Komentar PolitikNasionalOpini

Sistem Negara Bobrok, Pengamat: Saatnya Keluar dari Ideologi Kapitalisme

MuslimahNews.com, KOMENTAR POLITIK — Pernyataan Surya Paloh yang menyebutkan sistem bernegara Indonesia menganut sistem kapitalis yang liberal, saat memberikan kuliah umum di Universitas Indonesia, Salemba, Jakarta Pusat, memantik tanggapan pengamat politik, Pratma Julia Sunjandari.

Terlepas dari kepentingan dan ‘perceraian politik’ Surya Paloh dengan koalisinya yang membuatnya berani tajam berkomentar, masyarakat memang telah mengindra kebobrokan sistem bernegara di Indonesia,” tukas Pratma kepada MNews, Kamis (15/8/2019).

Pratma menambahkan, para pengampu negara menjalankan politik transaksional demi melestarikan kekuasaan oligarkis, para mafia yang terus mempermainkan kepercayaan rakyat.

Realitas itu terjadi, lanjut Pratma, karena Indonesia senang hati menerapkan kapitalisme, yang menjalankan politik berbasis demokrasi sekuler, sehingga sikap religi hanya sebagai jubah saja.

Pun negeri ini mengadopsi ekonomi liberal materialistis yang tak pernah peduli pada kesejahteraan rakyat,” tegas Pratma.

Surya Paloh, yang merupakan ketua umum partai Nasional Demokrat (Nasdem), juga mengkritik para akademisi yang menutup mata terhadap kerusakan yang terjadi.

Kritikan ini ditanggapi Pratma, “Di jagad kapitalisme, virus ‘wani piro’ memang menjalari siapa pun termasuk akademisi. Wajar jika mereka turut andil dalam melestarikan sistem kenegaraan transaksional ini.

Baca juga:  [Editorial] Biang Kerok Ketidakadilan itu bernama "Sistem Kapitalisme NeoLiberal"

Menurutnya, cendekiawan adalah pihak pertama yang harusnya lantang menyuarakan kebenaran. Sebagaimana Imam Malik bin Anas yang memilih dihukum Gubernur Madinah karena teguh mempertahankan prinsip syariat. Atau Imam Ahmad yang menghadapi cambukan hingga ekstradisi dari empat penguasa.

Pratma memaparkan, solusi kebobrokan sistem bernegara tak boleh berhenti pada kegelisahan semata, atau terpaku pada solusi basi jika masih gagal ‘move on’ dari demokrasi. Sekalipun terkesan mengubah visi, misi, dan strategi. Apalagi bila masih membebek pada dikte asing, negara adikuasa, yang terus menerus mengaruskan kapitalisme dengan tema-tema yang terus direvisi.

Sudah waktunya berpikir dan beraksi ‘out of box’. Keluar dari ideologi kapitalisme yang jelas-jelas menampakkan kerusakan di bumi, dan menerapkan kembali Islam sebagai ideologi,” ajak Pratma.

Islam, bukanlah ideologi baru sebagaimana tuduhan para pembenci Islam, jelas Pratma. Ideologi ini dibawa Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam sebagai sistem komprehensif atas seluruh masalah manusia.

Tak perlu ‘evidence based’ untuk membuktikannya, kata Pratma lagi, karena ideologi ini dijamin kesahihannya sebagai wahyu dari Allah SWT, hingga bertahan dalam sistem khilafah selama hampir 14 abad.

Juga tak perlu latah teriak radikal pada para pendakwah khilafah, karena hanya sistem ini yang mampu mencegah politik transaksional dan menjamin distribusi kekayaan secara adil pada seluruh rakyat, Muslim, dan selainnya,” tutup Pratma. [MN]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *