[Nafsiyah] Meninggalkan Jejak Kebaikan

“Sebaik-baik kalian adalah yang diharapkan kebaikannya dan dirasakan aman dari keburukannya. Dan seburuk-buruk kalian adalah yang tidak diharapkan kebaikannya dan tidak dirasakan aman dari keburukannya.” (HR At-Tirmidzi)


Muslimah News, NAFSIYAH — Berbuat baik pada sesama manusia merupakan perkara yang Allah Swt. perintahkan bagi setiap hamba-Nya. Rasulullah saw. bersabda, “Sebaik-baik manusia di antaramu adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain.” (HR Bukhari)

Indikator baiknya seseorang ialah orang-orang terdekat (saudara dan keluarganya) mengatakan baik tentangnya. Hal yang aneh jika bersikap baik pada orang yang jauh, sementara sikapnya pada orang yang terdekat tidak baik. Begitu pula, aneh pula jika ia bersabar dengan orang yang jauh, tetapi tidak bersabar dengan orang terdekatnya, yaitu keluarga.

Kalau ada manusia yang dibenci karena adab atau akhlaknya, sungguh itu adalah musibah. Kalau ada manusia yang dibenci karena kebenaran, itu adalah anugerah.

Kita bisa contoh generasi pertama yang selalu memperhatikan adab/akhlak di balik ilmu. Mereka memahami bahwa tidak akan ada faedahnya jika adab/akhlak baik tidak menyertai kitab-kitab yang mereka pelajari.

Adab/akhlak sangat terkait dengan celaka atau selamatnya manusia di akhirat. Dalam ajaran Islam, adab/akhlak juga memiliki porsi penting selayaknya satu sayap bagi seekor burung.

Oleh sebab itu, sejatinya kita harus memiliki akhlak terlebih dahulu saat berinteraksi dengan manusia, barulah kita bisa meninggalkan jejak-jejak kebaikan di tengah manusia.

Perlahan tetapi pasti, kita terus memproses diri menuju ketakwaan. Tentunya dengan niat dan cara yang Islam ajarkan, niat semata karena-Nya, dan caranya sesuai syarak.

Kita harus melakukannya secara konsisten dan memenuhi waktu hidup kita dengan berbagai perkara kebaikan, semisal beramar makruf nahi mungkar, berdakwah bersama jemaah Islam, bersedekah, menolong saudara atau keluarga yang membutuhkan pertolongan, menahan diri untuk mengucapkan kata-kata kasar dan menyakiti saudara sesama muslim, menutup aib saudara sesama muslim, dan lain-lain.

Kita tentu berharap setiap kebaikan yang kita lakukan dapat meninggalkan jejak-jejak kebaikan dan manfaat untuk banyak orang sebagai bekal menghadapi kehidupan setelah kematian. Keutamaan meninggalkan jejak kebaikan itu sangat besar. Seseorang tidak akan diingat saat menutup mata selain jejak kebaikannya.

Agama Islam pertama kali diterima oleh sebagian Sahabat di Kota Madinah karena Rasulullah saw. berhasil menggores jejak kebaikan di hati para Sahabat. Saat para Sahabat sudah jatuh cinta dengan kebaikan akhlak Rasul, mereka menerima apa pun yang beliau sampaikan dan segala konsekuensi ketika mengikuti beliau.

Kita patut khawatir, jika selama ini kita rajin mengikut taklim atau berada dalam jemaah Islam ternyata malah meninggalkan jejak keburukan pada orang lain. Yang ada, orang lari dari kebenaran salah satunya karena kecewa saat seseorang tidak memiliki akhlak baik.

Dengan demikian, setiap muslim yang telah memahami hukum syarak yang berada dalam barisan jemaah dakwah Islam, semestinya menjadi contoh baik di tengah masyarakat.

Ini karena ia memahami dengan baik sabda Rasulullah saw., “Sebaik-baik kalian adalah yang diharapkan kebaikannya dan dirasakan aman dari keburukannya. Dan seburuk-buruk kalian adalah yang tidak diharapkan kebaikannya dan tidak dirasakan aman dari keburukannya.” (HR At-Tirmidzi)

Masyarakat pun akan senang menyambut seruan dakwah dari para pejuang Islam jika benar-benar mencerminkan adab/akhlak sebagai buah dari ketaatannya pada hukum syarak.

Walhasil, ketika seorang pejuang Islam wafat, ia akan banyak meninggalkan jejak kebaikan di tengah masyarakat dan menjadi pemberat amal salihnya di akhirat kelak.

Semoga kita menjadi salah satu bagian dari orang-orang yang senang melakukan kebaikan, serta mampu meninggalkan jejak kebaikan setelah kematian. Amin. Wallahualam. [MNews/Rindy]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.