Fikrul Islam

[Fikrul Islam] Motivasi Perbuatan Manusia (Bagian 1/2)

Penulis: Ustaz Hafidz Abdurrahman

Muslimah News, FIKRUL ISLAM – Motivasi yang mendorong seseorang untuk melakukan aktivitasnya, antara lain adalah

1. motivasi materi atau kebendaan (al-quwwah al-mâdiyyah), yang meliputi tubuh manusia dan alat yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan jasmaninya;

2. motivasi emosional atau nonmateri (al-qudwah al-ma’nawiyah), yang berupa kondisi kejiwaan yang senantiasa dicari dan ingin dimiliki oleh seseorang;

3. motivasi spiritual (al-quwwah ar-rûhiyyah), yang berupa kesadaran seseorang, bahwa dirinya mempunyai hubungan dengan Allah Swt..

Tiga motivasi inilah yang mampu mendorong seseorang untuk melakukan perbuatan. Adapun pengaruh masing-masing motivasi tersebut berbeda antara satu dengan yang lain.

Motivasi materi atau kebendaan, misalnya, mempunyai pengaruh yang lemah dan mudah dipatahkan. Sebab, motivasi materi atau kebendaan tersebut berasal dari kebutuhan jasmani atau naluri manusia, serta alat yang digunakan untuk memenuhi keduanya.

Kadang kala, kebutuhan jasmani atau naluri yang mendorong seseorang melakukan perbuatan, tetapi orang tersebut tidak memenuhinya karena ia tidak memerlukannya ataupun karena dapat menahan dorongan nafsunya.

Orang lapar biasanya didorong oleh kebutuhan jasmaninya untuk makan, tetapi dorongan tersebut kadang bisa ia tahan sehingga dorongan tersebut tidak ia penuhi dalam wujud melakukan aktivitas makan.

Uang, mobil, rumah, atau barang-barang lainnya adalah alat yang dapat mendorong naluri manusia untuk memilikinya dengan melakukan aktivitas tertentu sehingga semuanya tadi bisa ia peroleh. Namun, motivasi materi atau kebendaan seperti ini kadang tidak mampu mendorong seseorang untuk melakukan aktivitas tertentu.

Baca juga:  [Nafsiyah] Balasan Sesuai dengan Jenis Perbuatan

Orang yang diberi hadiah uang miliaran bahkan triliunan rupiah, mobil mewah, rumah indah, serta barang-barang mewah lainnya, jika bersedia melakukan perbuatan tertentu, misalnya bersumpah palsu di pengadilan, membuat pengakuan palsu, dan sebagainya, mungkin saja tidak bersedia melakukannya hanya sekadar untuk mendapatkan materi tersebut jika ia mempunyai kekuatan emosional, seperti takut berdusta, tidak ingin mengorbankan harga diri, ataupun karena tidak ingin dicap sebagai pengkhianat, pembohong, dan sebagainya.

Inilah bentuk motivasi materi atau kebendaan yang mampu mendorong seseorang untuk melakukan perbuatan. Motivasi seperti ini sangat lemah, mudah dipatahkan, dan hilang. Oleh karena itu, jika perbuatan manusia dibangun berdasarkan motivasi seperti ini, pasti tidak akan pernah berhasil. Dengan demikian, motivasi seperti ini tidak bisa dijadikan sebagai landasan untuk membangun perbuatan yang mantap dan sahih dalam diri seseorang.

Sementara, jika motivasi emosional atau psikologis (al-quwwah al-ma’nawiyyah) dibandingkan dengan motivasi materi atau kebendaan, hasil atau pengaruhnya lebih kuat meskipun sifat motivasi ini juga tidak konstan dan tahan lama. Sebab, motivasi tersebut merupakan kondisi kejiwaan atau psikologis seseorang yang sangat temporal.

Contohnya adalah perlawanan oleh seseorang kepada orang lain yang telah merusak nama baiknya, ini adalah perbuatan yang didorong oleh kondisi kejiwaan atau psikologis seseorang. Begitu juga perlawanan yang dilakukan terhadap rezim yang zalim yang dilakukan oleh sebuah bangsa yang tertindas, ini adalah perbuatan yang dilakukan karena kondisi kejiwaan.

Baca juga:  [Fikrul Islam] Motivasi Perbuatan Manusia (Bagian 2/2)

Dukungan pada gerakan menentang penguasa zalim karena simpati kepada tokoh, ataupun karena menentang kesewenang-wenangan, juga merupakan perbuatan yang didorong oleh motivasi psikologis, emosional, atau ma’nawiyyah tadi.

Untuk melakukan perbuatan tersebut, seseorang kadang-kadang mampu mengorbankan materi, tenaga, atau apa saja yang ia miliki. Namun, perbuatan yang dibangun berdasarkan motivasi tersebut bisa dipatahkan dan hilang jika kondisi kejiwaan atau psikologis yang dihadapi seseorang berubah atau teralihkan pada kondisi psikologis yang lain.

Contohnya adalah gerakan reformasi di Indonesia dan Malaysia. Rakyat Indonesia, misalnya, secara psikologis merasa tertekan karena kejahatan Soeharto dan kroni-kroninya ketika mereka mengeksploitasi kekayaan alam Indonesia untuk kepentingan pribadinya yang mengakibatkan jumlah rakyat miskin menjadi sangat banyak. Kondisi kejiwaan ini ditambah dengan krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia pada pertengahan tahun 1997 yang dianggap sebagai kesalahan pemerintahan Soeharto, yang mengakibatkan rakyat Indonesia makin tertekan dan menderita.

Kondisi inilah yang memicu lahirnya gerakan reformasi hingga mengorbankan nyawa para “budak” reformasi. Namun, setelah Soeharto berhasil diturunkan pada awal 1998, gerakan yang banyak dipelopori kaum muslimin itu akhirnya terhenti. Mereka kehilangan orientasi, arah, dan tujuan yang jelas. Sebaliknya, kelompok nonmuslim yang selama pemerintahan sebelumnya banyak “tertindas” atau karena tidak ingin dikuasai oleh kelompok Islam, bangkit melakukan gerakan reformasi tandingan.

Baca juga:  [Fikrul Islam] Perbuatan Manusia menurut Islam

Demikian halnya yang terjadi di Malaysia. Gerakan ini berawal setelah Wakil Perdana Menteri Anwar Ibrahim dicopot dari seluruh jabatannya. Dukungan pada gerakan tersebut terus mengalir seperti gelombang lautan. Namun, akhirnya sedikit demi sedikit menyusut setelah kondisi psikologisnya dialihkan oleh Pemerintahan Mahathir pada masalah persidangan kasus penyimpangan seks dan tuduhan suap atas diri Anwar. Gerakan tersebut makin menyusut, bahkan mulai hilang semangatnya.

Inilah gambaran motivasi psikologis atau emosional. Motivasi ini berbeda dengan motivasi materi atau kebendaan. Sebab, pemahaman yang dijadikan sebagai landasan untuk memenuhinya lebih tinggi dibanding pemahaman yang dijadikan landasan motivasi materi tersebut.

Meskipun demikian, motivasi emosional atau psikologis ini tetap tidak bisa dijadikan landasan untuk membangun aktivitas manusia. Sebab, jika motivasi seperti ini digunakan untuk membangun perbuatan manusia, tentu juga tidak akan berhasil meskipun mungkin ada yang berhasil. [MNews/Rgl]

Bersambung ke bagian 2/2

Sumber: Hafidz Abdurrahman. Islam Politik & Spiritual.

One thought on “[Fikrul Islam] Motivasi Perbuatan Manusia (Bagian 1/2)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *