[Syarah Hadis] Islam Memerintahkan Berlaku Baik terhadap Wanita
Menempatkan perempuan di bawah kepemimpinan laki-laki tidak menjadikan laki-laki berhak memperlakukan istri semaunya. Oleh sebab itu, Islam memerintahkan laki-laki berbuat baik terhadap istri, bahkan Rasulullah khusus berwasiat mengenai hal itu sebagaimana makna hadis di tulisan ini.
Penulis: Arini Retnaningsih
Muslimah News, SYARAH HADIS – Rasulullah saw bersabda,
اِسْتَوْصُوا بِالنِّسَاءِ خَيْرًا
“Aku wasiatkan kepada kalian untuk berbuat baik kepada para wanita.” (HR Muslim)
Islam adalah agama yang mengangkat derajat perempuan dan menempatkannya pada posisi mulia. Saat kaum jahiliah pra-Islam suka membunuh bayi perempuan hidup-hidup, Islam menjadikan memiliki anak perempuan adalah keberuntungan, yakni sebagai perisai api neraka bagi orang tuanya. Ini seperti yang Rasulullah saw. katakan,
مَنِ ابْتُلِيَ مِنْ هَذِهِ البَنَاتِ بِشَيْءٍ كُنَّ لَهُ سِتْرًا مِنَ النَّارِ
“Siapa yang diuji dengan kehadiran anak perempuan, maka anak itu akan menjadi tameng baginya di neraka.” (HR Ahmad 24055, Bukhari 1418, Turmudzi 1915, dan yang lainnya)
Saat kaum jahiliah terbiasa menjadikan perempuan sebagai harta warisan, Islam menolaknya, bahkan memerintahkan untuk memberikan harta warisan baginya dan mahar bila ingin menikahinya. Allah Swt. berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا يَحِلُّ لَكُمْ أَنْ تَرِثُوا النِّسَاءَ كَرْهًا
“Hai orang-orang yang beriman, tidak halal bagi kamu mempusakai wanita dengan jalan paksa.” (QS An-Nisa’: 19)
لِلرِّجَالِ نَصِيبٌ مِمَّا تَرَكَ الْوَالِدَانِ وَالْأَقْرَبُونَ وَلِلنِّسَاءِ نَصِيبٌ مِمَّا تَرَكَ الْوَالِدَانِ وَالْأَقْرَبُونَ مِمَّا قَلَّ مِنْهُ أَوْ كَثُرَ نَصِيبًا مَفْرُوضًا
“Bagi orang laki-laki ada hak bagian dari harta peninggalan ibu bapak, dan kerabatnya, dan bagi orang wanita ada hak bagian (pula) dari harta peninggalan ibu bapak, dan kerabatnya, baik sedikit atau banyak menurut bagian yang telah ditetapkan.” (QS An-Nisa’ [4]: 7)
وَءَاتُوا النِّسَآءَ صَدُقَاتِهِنَّ نِحْلَةً
“Berikanlah mahar kepada wanita (yang kamu nikahi) sebagai pemberian dengan penuh kerelaan.” (QS An-Nisa’: 4)
Jauh berbeda dengan yang diopinikan oleh kaum feminis bahwa Islam menyubordinasi perempuan atau menempatkannya pada posisi yang lebih rendah daripada laki-laki. Opini ini karena kedangkalan berpikir mereka dalam memahami ayat
الرِّجَالُ قَوَّامُونَ عَلَى النِّسَاءِ
“Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita…” (QS An-Nisa: 34)
Benar bahwa Islam menjadikan laki-laki memiliki kelebihan dari perempuan, tetapi kelebihan ini diberikan sesuai fitrah keduanya yang berbeda. Seandainya Islam menuntut perempuan untuk berperan sama dengan laki-laki, bagaimana perempuan akan mampu menyempurnakan fungsi keibuannya?
Justru yang digembar-gemborkan oleh feminisme bahwa perempuan harus mampu berperan ganda akan menjadi beban berat bagi perempuan. Setelah lelah bekerja di kantor, saat pulang ke rumah perempuan masih harus mengerjakan tugasnya mengurus anak-anak yang tidak mungkin diserahkan sepenuhnya kepada suami. Kalau istri yang dituntut bekerja dan suami mengurus rumah, bukankah itu artinya juga menyubordinasi laki-laki? Artinya, kesetaraan yang mereka diperjuangkan berakhir semu belaka.
—
Islam mengembalikan perempuan dalam fitrahnya. Ia tinggal di rumah, serta jauh dari persaingan kerja dan eksploitasi terhadap tenaga dan pikirannya untuk mengurus dan mendidik anak-anaknya. Ialah yang menyiapkan keperluan suami, menyejukkan, dan menenteramkan suami yang seharian bertarung dalam kerasnya perjuangan mencari nafkah. Ada sakinah, mawaddah, warahmah yang terbentuk di dalamnya, sesuai dengan apa yang Allah jadikan sebagai tujuan berkeluarga,
وَمِنْ آيَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا لِتَسْكُنُوا إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَوَدَّةً وَرَحْمَةً ۚإِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir.” (QS Ar-Ruum: 21)
Menempatkan perempuan di bawah kepemimpinan laki-laki tidak menjadikan laki-laki berhak memperlakukan istri semaunya. Oleh sebab itu, Islam memerintahkan laki-laki berbuat baik terhadap istri. Bahkan, Rasulullah khusus berwasiat mengenai hal itu sebagaimana makna hadis yang menjadi topik pembahasan kita.
Hadis lengkap dari sahabat Abu Hurairah tersebut adalah sebagai berikut:
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ فَلاَ يُؤْذِيْ جَارَهُ، وَاسْتَوْصُوْا بِالنِّسَاءِ خَيْرًا، فَإِنَّهُنَّ خُلِقْنَ مِنْ ضِلَعٍ، وَإِنَّ أَعْوَجَ شَيْئٍ فِي الضِّلَعِ أَعْلاَهُ، فَإِنْ ذَهَبْتَ تُقِيْمُهُ كَسَرْتَهُ، وَإِنْ تَرَكْتَهُ لَمْ يَزَلْ أَعْوَجَ، فَاسْتَوْصُوْا بِالنِّسَاءِ خَيْرًا.
“Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari Akhir, janganlah ia menganggu tetangganya dan berbuat baiklah kepada wanita. Sebab mereka diciptakan dari tulang rusuk, dan tulang rusuk yang paling bengkok adalah bagian atasnya. Jika engkau meluruskannya, maka engkau mematahkannya; dan jika engkau biarkan, maka akan tetap bengkok. Oleh karena itu, berbuat baiklah kepada wanita.”
Rasulullah saw. memberikan teladan yang sangat luar biasa dalam berbuat baik terhadap istri-istrinya. Diriwayatkan bahwa beliau saw. sering kali menambal baju, memperbaiki terompahnya sendiri, dan membantu istrinya dalam pekerjaan rumah tangga.
Aisyah binti Abu Bakar ra. pernah ditanya oleh salah seorang sahabat, “Apakah yang Nabi lakukan ketika berada di rumah bersama istrinya?” “Dahulu Nabi biasa membantu pekerjaan rumah keluarganya,” tutur Aisyah. (HR Bukhari)
Rasulullah saw. juga terbiasa berbincang-bincang dengan istrinya sebelum tidur. Beliau mengajak mereka bergurau, mendengarkan keluhan istrinya, dan menasihati mereka dengan lembut. Bahkan, Rasulullah tidak pernah memarahi istri-istrinya.
Lihatlah bagaimana beliau ketika marah kepada Aisyah, beliau berkata, “Tutuplah matamu!” Kemudian Aisyah menutup matanya dengan perasaan cemas, khawatir dimarahi Rasulullah. Nabi berkata, “Mendekatlah!” Tatkala Aisyah mendekat, Rasulullah kemudian memeluk Aisyah sambil berkata, “Humairahku, telah pergi marahku setelah memelukmu.”
Banyaknya nas yang memerintahkan untuk berbuat baik kepada perempuan menunjukkan bahwa hal tersebut adalah suatu tuntutan bagi kaum laki-laki. Bahkan Rasulullah saw. menggelari laki-laki yang paling baik terhadap istrinya sebagai orang terbaik. Beliau bersabda,
أَكْمَل الْمُؤْمِنِينَ إِيمَانًا أَحْسَنُهمْ خُلُقًا، وَخِيَارُكُمْ خِيَارُكُمْ لِنِسَائِهِمْ
“Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya dan sebaik-sebaik kamu adalah orang yang paling baik kepada istrinya.” (HR At-Tirmidzi, 3/466; Ahmad, 2/250 dan Ibnu Hibban, 9/483)
Dengan demikian tidak ada alasan bagi para aktivis feminis menolak Islam. Justru seharusnya mereka mengambil aturan-aturan Islam untuk mendapatkan kebahagiaan sejati dan kesamaan yang sesungguhnya, yaitu kesamaan pahala di sisi Allah sebagai hamba-Nya, seperti apa yang Allah jamin dalam firman-Nya,
مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَاكَانُوا يَعْمَلُونَ
“Barang siapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS An-Nahl: 97). [MNews/Rgl]
Sumber: https://suaramubalighah.com/2020/03/31/islam-memerintahkan-berlaku-baik-pada-perempuan/