[Fikrul Islam] Perbuatan Manusia menurut Islam
Penulis: Ustaz Hafidz Abdurrahman
MuslimahNews.com, FIKRUL ISLAM – Perbuatan yang dilakukan oleh manusia tidak akan terlepas dari upaya manusia untuk memenuhi kebutuhan jasmani dan naluri. Karena itu, dorongan untuk melakukan perbuatan dari dalam diri manusia merupakan bagian dari fitrahnya. Kadang dorongan tersebut lahir dari kebutuhan jasmani dan kadang dari naluri.
Meskipun dorongan tersebut merupakan fitrah manusia, tetapi motivasi manusia untuk melakukan perbuatan sampai terlaksananya perbuatan tersebut bukan merupakan fitrah. Karena itu, motivasi tersebut bisa berubah dan diubah.
Demikian juga dengan tujuan manusia dalam melakukan perbuatan, juga bukan merupakan fitrah. Tujuan perbuatan manusia sangat erat kaitannya dengan nilai (al-qimah) yang hendak direalisasikan ketika perbuatan tersebut dilaksanakan. Demikian halnya dengan maksud atau niat manusia untuk melakukan perbuatan, juga bukan merupakan fitrah.
Karena itu, motivasi, tujuan, dan maksud perbuatan manusia itu memang mampu, dan bahkan harus, ditentukan oleh manusia itu sendiri ketika hendak merealisasikan aktivitasnya. Sedangkan sesuatu yang bisa mempengaruhi manusia dalam menentukan motivasi, tujuan, dan maksud perbuatannya tidak lain selain mafhumnya.
Agar motivasi, tujuan, dan maksud perbuatannya menjadi benar, harus dibangun berdasarkan pemahaman (mafhum) yang benar. Jika mafhum seseorang terhadap motivasi, tujuan, dan maksud perbuatan tersebut salah, pasti motivasi, tujuan, dan maksudnya pun akan menjadi salah. Akibatnya, perbuatan yang dikerjakannya kemudian juga menjadi salah.
Di samping pentingnya membangun pemahaman yang benar mengenai motivasi, tujuan, dan maksud perbuatan, yang tidak kalah pentingnya adalah membangun asas yang menjadi landasan perbuatan manusia, yaitu keimanan yang sahih. Bahkan tidak hanya sampai di situ, sebab jika keimanan yang menjadi landasannya sahih, motivasi, tujuan, dan maksudnya juga akan sahih, tetapi jika tidak dilakukan dengan qa’idah amaliyah (kaidah amal) yang sahih, perbuatan tersebut tidak akan berhasil dengan baik. Karena itu, Allah Swt. bukan hanya memerintahkan agar perintah-Nya dikerjakan dan larangan-Nya ditinggalkan, tetapi juga memerintahkan agar apa yang diperintahkan dan dilarang itu benar-benar terlaksana dengan baik.
Sebagai contoh, Allah memerintahkan kaum muslimin untuk berjihad di jalan Allah. Perintah tersebut bukan sekadar agar dikerjakan, lalu dianggap selesai. Allah juga memerintahkan bagaimana jihad tersebut dapat dilaksanakan dengan baik dan berhasil dengan gemilang, maka Allah Swt. juga memerintahkan agar kaum muslimin menyiapkan kekuatan semaksimal mungkin agar bisa menggentarkan musuh mereka, baik musuh yang tampak maupun tidak (musuh dalam selimut).
Hal ini sebagaimana yang diperintahkan oleh Allah Swt.,
وَاَعِدُّوْا لَهُمْ مَّا اسْتَطَعْتُمْ مِّنْ قُوَّةٍ وَّمِنْ رِّبَاطِ الْخَيْلِ تُرْهِبُوْنَ بِهٖ عَدُوَّ اللّٰهِ وَعَدُوَّكُمْ وَاٰخَرِيْنَ مِنْ دُوْنِهِمْۚ لَا تَعْلَمُوْنَهُمْۚ اَللّٰهُ يَعْلَمُهُمْۗ
“Dan siapkanlah kekuatan apa saja yang mampu kalian usahakan untuk menghadapi mereka, seperti menambatkan kuda, yang dengan cara seperti itu dapat menakut-nakuti musuh Allah dan musuh kalian. Begitu pula orang lain, selain mereka, yang tidak kalian ketahui.” (QS al-Anfal: 60)
Karena itu, membangun pemahaman manusia mengenai kaidah perbuatan tertentu juga sangat urgen dan mendesak. Tidak kalah pentingnya dengan membangun mafhum yang lain.
Motivasi Perbuatan Manusia
Kuat dan lemahnya dorongan manusia untuk melakukan aktivitas tidak terlepas dari motivasi (al-quwah) yang menjadi landasan manusia dalam melakukan perbuatan. Motivasi ini juga sangat menentukan berhasil atau tidaknya perbuatan yang dilakukan oleh manusia. Karena itu, memahami motivasi yang sahih dan kuat supaya aktivitas yang dilakukan seseorang dapat terealisasi dengan baik dan sempurna adalah wajib bagi setiap orang.
Muhammad Ismail menguraikan motivasi yang mendorong seseorang untuk melakukan aktivitasnya, antara lain:
- Motivasi materi atau kebendaan (al-quwwah al-madiyah), yang meliputi tubuh manusia dan alat yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan jasmaninya.
- Motivasi emosional atau nonmateri (al-quwwah al-ma’nawiyah), yang berupa kondisi kejiwaan yang senantiasa dicari dan ingin dimiliki oleh seseorang.
- Motivasi spiritual (al-quwwah ar-ruhiyah), yang berupa kesadaran seseorang, bahwa dirinya mempunyai hubungan dengan Allah Swt.. [MNews/Rgl]
Sumber: Hafidz Abdurrahman, Islam Politik & Spiritual