Selamatkan Generasi Muda Muslim dari Racun Moderasi Beragama (Bagian 1/2)

MuslimahNews.com, FOKUS TSAQAFAH — Sepanjang peradaban manusia, pemuda memiliki peran sangat penting dalam proses perubahan sebuah bangsa. Bukan hanya karena pada usia mereka sedang penuh semangat, tetapi memang pada usia ini kemampuan berpikir mereka sedang dalam kondisi optimal.

Pemuda merupakan generasi penerus bangsa, di pundaknyalah bertumpu masa depan bangsa. Wajar jika banyak pihak menaruh harapan pada para pemuda untuk melakukan perbaikan dan perubahan ke arah yang lebih baik. Banyak pihak yang juga “mengincar” generasi muda ini untuk memuluskan berbagai program dan agenda berbagai pihak, termasuk pengusung moderasi beragama yang saat ini sangat masif mengaruskan idenya ke tengah-tengah umat.

Fakta menunjukkan bahwa ide moderasi beragama telah menyasar generasi muda. Tidak hanya para mahasiswa saja yang menjadi sasaran, tetapi telah masuk ke madrasah-madrasah, pondok pesantren, bahkan ke sekolah-sekolah umum. Padahal, sekolah adalah tempat penanaman ilmu dan pengetahuan, di samping pendidikan yang dilakukan oleh para orang tua di rumah. Terlebih dalam Islam, peran sekolah adalah tempat penyemaian lahirnya generasi khairu ummah.

Untuk memuluskan upaya ini, mereka—pengarus moderasi beragama—menarasikan isu radikalisme, intoleransi, dan sebagainya yang mereka anggap bahaya yang mengancam generasi muda, terutama para pelajar. Bahkan, ada upaya untuk mengopinikan ke publik dengan mengangkat sebuah riset yang digarap Tim Program Kreativitas Mahasiswa di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI).

Adalah Harakatuna yang menyuguhkan penelitian terbaru yang menyebutkan 44 dari 100 siswa SMA sederajat di Kota Bandung terindikasi berpaham radikal. Sebanyak 35% terindikasi radikal secara agama. Riset dilakukan terhadap para siswa di 33 sekolah setingkat SMA, termasuk SMK dan Madrasah Aliyah (MA). Riset ini dilakukan selama tiga bulan dari Juni—Agustus 2021. (harakatuna[dot]com).

Tidak hanya itu, beberapa pihak pun menilai banyak generasi muda mudah terjebak tindakan radikalisme dan tindakan negatif lainnya. Staf Khusus Ketua Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) mengatakan bahwa generasi muda sering kali melakukan tindakan bermotif kebencian. Perbuatan kebencian seperti menyebar berita hoaks, isu SARA, dan tindakan radikalisme selalu berkaitan dengan anak muda. (harakatuna[dot]com).

Baca juga:  Moderasi Beragama, Senjata Baru Barat (AS) dengan Ulama dan Cendekiawan sebagai Pelontarnya

Untuk mengatasi makin meluasnya paparan radikalisme ini, banyak pihak—tidak terkecuali pemerintah—mengupayakan berbagai langkah dengan mengaruskan moderasi agama. Mendikbudristek Nadiem Makarim menyebut pihaknya sedang menyiapkan materi kurikulum moderasi beragama untuk disisipkan dalam Kurikulum Program Sekolah Penggerak yang disusun bersama Kemenag. Menurutnya, pengajaran moderasi beragama penting karena merupakan salah satu dari tiga “dosa besar pendidikan.” di tanah air adalah intoleransi beragama. (cnnindonesia.com, 23/9/2021).

Kemenag sendiri telah meluncurkan empat modul moderasi beragama sebagai pedoman teknis implementasinya. Pertama, modul pendidikan karakter melalui moderasi beragama. Kedua, modul penguatan wawasan moderasi beragama. Ketiga, modul integrasi moderasi beragama pada pendidikan agama Islam. Keempat, modul pengelolaan kegiatan moderasi beragama bagi siswa. (republika.co.id, 23/9/2021)

Pusat Kerukunan Umat Beragama (PKUB) menggelar dialog guru dan tenaga kependidikan. Kepala PKUB Setjen Kemenag Nifasri mengatakan masa depan bangsa Indonesia berada di tangan para guru agama. “Jangan mempertentangkan agama satu dengan agama lainnya. Multikultural dan keragaman di Indonesia ini adalah anugerah yang belum tentu dimiliki negara lain. Agama adalah identitas Indonesia, orang Indonesia pasti beragama. Di tangan guru agama ini, masa depan Indonesia akan terlihat,” ujarnya. (kemenag.go.id).

Selain itu, banyak program lain yang diperuntukkan untuk generasi muda dalam rangka menguatkan pemahaman moderasi Islam ini, antara lain Sekolah Moderasi Beragama via daring. Kegiatan ini digelar Pimpinan Cabang Ikatan Pelajar Perempuan Nahdlatul Ulama (IPPNU) Kabupaten Cirebon dan Fahmina Institute.

Baca juga:  [News] Moderasi Beragama, Aktivis: Pengalihan dari Permasalahan Bangsa yang Sebenarnya Akibat Kapitalisme dan Sekularisme

Sekolah Moderasi Beragama diharapkan menjadi jalan bagi anak muda merawat kebinekaan di Indonesia. Seperti Buya Husein mengungkapkan, menjadi Indonesia adalah menjadi bineka. ”Sekolah ini untuk menguatkan cara pandang yang moderat dan menanamkan nilai-nilai toleransi beragama,” kata Ketua PC IPPNU Cirebon Devi Farida. (kompas.id, 06/09/2021).

Benarkah Radikalisme dan Intoleransi Mengancam Generasi?

Jika kita mencermati fakta generasi muda negeri ini, tidak ada yang menyangkal bahwa kondisinya memang tidak sedang baik-baik saja. Sejujurnya, tebersit dalam benak, apa benar generasi muslim kita saat ini terpapar paham radikal? Radikal seperti apa yang mereka maksud?

Bila maksudnya adalah melakukan ancaman terorisme, kita semua sepakat itu adalah berbahaya. Akan tetapi, bila maksud radikalisme adalah semangat para pelajar muslim untuk mengamalkan agamanya, apakah itu berbahaya? Bukankah agama kita memang memerintahkan untuk menjalankan aturan Islam secara keseluruhan dalam aspek kehidupan?

Jika semua orang tua bertanya dalam hati kecilnya, justru kondisi remaja seperti inilah yang menjadi harapan para orang tua. Siapa yang tidak bangga dan bahagia anak-anaknya paham Islam dan terus belajar Islam, serta berusaha menjalankan ajaran Islam dengan benar, hafiz Al-Qur’an, dan mampu berbahasa Arab?

Lalu bagaimana dengan anak-anak lain di luar sana yang makin jauh dari Islam? Mereka justru dekat dengan narkoba, terjebak pergaulan bebas, memakai pakaian minim, tidak menutup aurat, bahkan kecanduan video porno. Apakah ini yang mereka nilai lebih baik?

November lalu, di Kabupaten Bandung, muncul kasus pemerkosaan terhadap anak usia 10 tahun oleh remaja usia 17 tahun yang berakhir pada kematian korban. Perbuatan itu terpicu karena pelaku kecanduan video porno. (Pikiran Rakyat, 27/11/2021).

Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA) mengungkapkan, sekitar 34,5% anak laki-laki dan 25% anak perempuan sudah pernah melakukan kegiatan seksual. Ini berdasarkan hasil Survei Nasional Pengalaman Hidup Anak dan Remaja (SNPHAR) KPPPA. Tercatat ada 66% anak laki-laki yang pernah menonton kegiatan seksual melalui platform game online, dan 63,2% anak perempuan yang pernah melihat pornografi. (kompas.com, 30/11/2021).

Baca juga:  Jangan “Gamang” dengan Moderasi, Pemuda Pilih Islam sebagai Ideologi

Dari fakta ini, kita bisa menyimpulkan bahwa yang menjadi ancaman generasi muda kita adalah nilai-nilai kebebasan dari sistem kapitalisme sekuler yang saat ini tengah menguasai dunia, bukan “radikalisme” sebagaimana mereka tuduhkan.

Sistem kapitalisme sekuler adalah sistem buatan manusia yang mengagungkan kebebasan (berakidah, kepemilikan, berpendapat, dan bertingkah laku), dan menjadikan manfaat sebagai asas. Wajar jika akhirnya lahir generasi yang jauh dari nilai-nilai Islam, hidup serba bebas tanpa aturan tegas.

Lebih parahnya lagi, ketika tawaran solusinya adalah moderasi Islam. Di sinilah seharusnya umat Islam jeli dan tidak mudah terpengaruh berbagai informasi yang justru menyudutkan umat Islam sendiri. Ditambah dengan gencarnya opini moderasi Islam melalui Rumah Moderasi dan Sekolah Moderasi Beragama, telah makin memperjelas apa yang menjadi target para musuh Islam dan agen-agennya, yakni menyebarkan dan mengukuhkan Islam moderat, terutama di kalangan para pelajar dan generasi muda muslim.

Belakangan, mereka memberikan cap “radikal” kepada para pelajar yang berusaha menjalankan syariat Islam, kemudian seolah-olah “memberikan solusi” dengan memasukkan muatan moderasi beragama dalam kurikulum dan menyelenggarakan Sekolah Moderasi Beragama.

Belum lagi pelatihan untuk guru agama, serta para ustaz dan ustazah untuk mengegolkan tujuan tersebut, tanpa mereka sadari sesungguhnya yang mereka pelajari itu tidak akan menyolusi hal apa pun, bahkan malah makin menjauhkan dari pemahaman Islam yang benar. Tentu saja hal ini tidak boleh kita biarkan! [MNews/Gz]

Bersambung ke Bagian 2/2

2 komentar pada “Selamatkan Generasi Muda Muslim dari Racun Moderasi Beragama (Bagian 1/2)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.