OpiniRemaja

[Remaja] Dating Violence? Islam Kafah Solusinya!

Penulis: Shezan Adzkayra Gerung

MuslimahNews.com, OPINI REMAJA — Pembahasan kekerasan dalam pacaran (KDP) belakangan ramai, ya? Emang apa sih KDP itu? KDP alias dating violence merupakan istilah yang menggambarkan hubungan laki-laki dan perempuan yang berpacaran, tetapi si laki-laki cenderung berperilaku kasar, agresif, dan selalu membatasi. Udah kayak suami istri aja, ya?

Istilah dating violence ini awalnya muncul dari pengasong feminis. Tujuannya untuk memunculkan sensitivitas gender. Kaum laki-laki gak boleh mendominasi perempuan. Kudu setara.

Dengan sendirinya, istilah ini merujuk pada aktivitas mencegah terjadinya penguasaan laki-laki atas perempuan. Nah, dalam konteks pacaran, laki-laki tidak boleh membatasi pasangannya.

Kasus NWS

Sobat muslimah, kasus viral mengenai kematian tragis seorang mahasiswa Universitas Brawijaya berinisial NWS menguak kembali pembahasan dating violence. Aktivis feminis pun seolah mendapatkan momentum. Maklum, kematian NWS ini dramatis banget. Rasanya, mak-mak se-Indonesia panas. Meski fakta sebenarnya belum sepenuhnya terkuak, berita kadung bergulir ke mana-mana. Emosi jiwa!

Meski demikian, kasus ini sebenarnya bukan pertama kali. Beberapa kasus juga pernah mengemuka. Kasus NWS ini sedikit berbeda karena pas banget dengan momen Permendikbudristek No.30 tentang Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual di Perguruan Tinggi baru disahkan. Di sisi lain, aktivis feminis lagi getol-getolnya menyerukan pengesahan RUU TPKS.

Jadi klop, deh. Sayangnya, tawaran solusi para feminis jauh dari solutif. Logikanya bahkan jauh dari nalar. Emang, apa solusi yang mereka tawarkan?

Tawaran Feminis Penuh Masalah

Sebenarnya, solusi dari feminis memang blunder, sih. Sebab mereka menyuguhkan solusi berdasarkan sudut pandang liberal. Menurut mereka, individu wajib memperoleh kebebasan, termasuk bergaul bebas. Perempuan gak boleh dilarang bergaul karena hal itu bermakna membatasi.

Baca juga:  Peran Nizham Ijtima’i Islam (Aturan Pergaulan Islam) dalam Menghentikan Kekerasan Seksual

Menurut aktivis feminis, kekerasan seksual terjadi karena tidak adanya kesetaraan laki-laki dan perempuan. Jika kesetaraan terwujud, tidak akan ada laki-laki yang menindas dan bahkan melecehkan perempuan. Sesederhana itukah solusinya?

Ternyata, masalah kian rumit. Upaya penghapusan kekerasan seksual dengan membiarkan sistem pergaulan yang bebas, terlebih menuntut agar perempuan dan laki-laki setara, ibarat memadamkan kebakaran bukan pada sumber apinya. Mari kita telaah bersama.

Logika Tidak Waras

Feminis berdalih bahwa pelecehan terhadap perempuan akan selesai jika perempuan memiliki akses di ranah publik sebagaimana laki-laki. Kondisi ini telah mendorong kaum perempuan ramai-ramai berkiprah di luar rumah tanpa batasan. Mereka pun turut bekerja dan menanggung ekonomi keluarga. Di sinilah masalah itu berawal.

Fakta menunjukkan bahwa pelecehan seksual justru kerap terjadi di ranah publik. Lapangan kerja yang sebagian besar mengeksploitasi sisi keperempuanan dengan mensyaratkan berpenampilan menarik dan syarat fisik lainnya, justru menjadi pemantik munculnya pelecehan seksual. Logika feminis memang sudah salah sejak awal.

Menurut mereka, pelecehan seksual di tempat kerja terjadi karena perempuan belum setara dengan laki-laki. Adapun fakta bahwa tempat kerja mensyaratkan penampilan menarik, itu bukan masalah. Bahkan, setiap perempuan boleh-boleh saja menonjolkan sisi sensualitas mereka.

Toh, menurut mereka, “My body is mine.” “Bukan tubuh gue yang salah, tetapi mata lu yang liar.Mempertontonkan tubuh sah-sah saja, toh setiap manusia terjamin bebas bertingkah laku. Jadi sekali lagi, menurut mereka, jangan salahkan perempuan jika berpenampilan menarik.

Baca juga:  Kapitalisme Langgengkan Pacaran, Ikatan Cinta Terlarang dalam Islam

Sadis, ya? Oh, bukan hanya sadis, tetapi gak waras! Laki-laki disuguhin pemandangan kayak gitu, apa gak kesetrum otaknya? Naluri tuh, teorinya, akan bangkit kalau pemicunya ada, termasuk syahwat. Jadi kan aneh logika para feminis ini. Lantas, bagaimana Islam menyelesaikan kasus kekerasan seksual dan turunan masalahnya?

Jurus Islam Menuntaskan Dating Violence

Maksiat itu akan berhenti jika pintunya ditutup. Pelecehan seksual itu jelas kemaksiatan. Syariat Islam tidak hanya memberlakukan sanksi kepada pelaku tetapi juga memiliki aturan yang bersifat preventif. Syariat Islam berupaya semaksimal mungkin menutup pintu masuk terjadinya pelecehan seksual. Apa saja aturan itu?

Pertama, Islam memerintahkan kepada laki-laki dan perempuan untuk menutup aurat dan menjaga kemaluan. Islam memerintahkan perempuan untuk menggunakan pakaian syar’i berupa jilbab (gamis) dan kerudung (khimar). Tidak boleh bagi seorang perempuan mengumbar aurat di hadapan nonmahram.

Kedua, Islam melarang laki-laki dan perempuan untuk berkhalwat/berdua-duaan. Rasulullah saw. bersabda, “Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka janganlah sekali-kali bersepi-sepi dengan seorang perempuan yang bukan mahram karena yang ketiganya adalah setan.(HR Ahmad)

Aktivitas pacaran tidak lepas dari khalwat. Dengan sendirinya, dating violence itu gak akan ada dalam Islam. Karena pacaran haram.

Baca juga:  Peran Nizham Ijtima’i Islam (Aturan Pergaulan Islam) dalam Menghentikan Kekerasan Seksual

Ketiga, Allah melarang perempuan untuk berdandan berlebihan (tabarruj) yang merangsang naluri seksual laki-laki. Ini sih kontras dengan logika feminis yang membebaskan perempuan untuk berpenampilan sesuka hatinya. Islam jelas memahami bahwa pelecehan seksual kerap terjadi karena penampilan yang menonjolkan sisi tertentu dari tubuh perempuan.

Bukan sekadar masalah tubuh ini adalah milik kita, bukan. Lebih jauh lagi, ini tentang menjaga interaksi lawan jenis dan menjaga sehatnya sistem sosial di masyarakat. Lagian, tubuh kita milik Allah, lho. Wajib mengikuti aturan Allah, bukan mengikuti logika bebas ala liberalis.

Keempat, untuk mencegah terjadinya kekerasan seksual, negara wajib hadir untuk mengontrol ketat seluruh tayangan maupun materi pemberitaan media. Coba deh perhatikan tayangan-tayangan yang ada, miskin edukasi dan full konten negatif. Apalagi di media sosial, begitu mudah mengakses situs-situs porno yang menayangkan adegan tidak senonoh.

Teror tayangan ini berdampak pada pelampiasan naluri melalui pemerkosaan, pelecehan seksual, dan sejenisnya. Alhasil, begitu kesempatan ada, langsung deh dilampiaskan. Mudah saja kita menemukan pasangan yang melakukan hubungan layaknya suami istri, meski belum terikat dalam pernikahan yang sah. Apalagi sudah bucin banget, tanpa sadar keperawanan tergadaikan. Sedih, Sob!

Islam sesungguhnya memuliakan perempuan dengan aturan di atas, bukan mengekang seperti persepsi pejuang kesetaraan. Makanya, yuk belajar Islam kafah, biar kamu paham betapa Islam melindungi dan memuliakan perempuan. Yakin deh, ketika syariat Islam jadi tuntunan, dating violence gak bakal terjadi. Wallahualam.[MNews/Rgl]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *