[Nafsiyah] Menjaga Kualitas Waktu
MuslimahNews.com, NAFSIYAH — Orang yang cerdas senantiasa memahami bahwa waktu terus berjalan. Ia pun pasti akan memaksimalkan setiap waktu yang dimiliki. Karena manusia ialah lembaran-lembaran waktu yang terkumpul sampai ditentukan ajal.
Waktu bagi pengemban kapitalisme adalah uang. Mereka berupaya tidak melewatkan setiap waktu untuk menghasilkan uang. Sementara bagi kaum muslim, waktu adalah pedang. Waktu akan membawa keberkahan dari Allah Swt jika digunakan dengan baik.
Saudariku, orang yang cerdas merupakan orang yang serakah dan pelit dengan waktu. Mereka merasa tidak cukup dengan waktu yang ada. Mereka mengetahui akan mendapatkan manifestasi kebaikan saat melakukan suatu kegiatan. Inilah yang membentuk karakter mereka.
Para ulama tidak pernah melewatkan waktu selain beramal. Manjemen waktu mereka sangat baik. Mereka memberikan porsi lebih banyak pada sesuatu yang bermanfaat.
Ialah Ahmad bin Muhammad bin Hambal, salah satu ulama besar di bidang hadis dan fikih yang pernah dimiliki dunia Islam. Ia begitu tekun belajar hadis, bahasa, dan administrasi. Ia juga berguru kepada Imam Syafi’i dan mengikutinya sampai ke Baghdad.
Karya monumentalnya yaitu Musnad Ahmad ibn Hambal disusun dalam jangka waktu sekitar 60 tahun. Menghimpun 40 ribu hadis yang diseleksi dari sekitar 700 ribu hadis yang dihafalnya. Serta puluhan kitab karya yang telah ditorehkannya. Bahkan hampir setiap hari ia berpuasa dan tidurnya pun sedikit sekali di waktu malam. Ia lebih banyak salat malam dan witir hingga subuh tiba.
Para ulama salaf telah membagi waktu dengan cukup seimbang. Waktu untuk menuntut ilmu, mencari nafkah, mendakwahkannya, serta tak lupa mengamalkannya. Bahkan kebiasaan para ulama salafushshalih ialah tidak banyak makan agar tidak terlalu lama waktu terbuang saat membuang hajat ke kamar mandi.
Hasan al-Bashri pernah berkata, “Ketika Allah tidak menyukai seorang hamba, Allah akan sibukkan ia dengan perkara-perkara yang tidak bermanfaat untuk dunianya.” Sementara orang-orang yang terpilih adalah orang yang diberikan waktu kemudian memanfaatkannya pada suatu kebaikan. Mereka merupakan bagian yang mendapatkan rahmat-Nya.
Betapa luar biasa para ulama memanfaatkan waktu. Waktu akan menjadi berkah bagi mereka yang serakah dan pelit dengan waktu. Mereka senantiasa memberikan kebaikan dalam setiap waktu yang dimiliki.
Sudah semestinya saudariku untuk menjaga kualitas waktu dalam kehidupan kita sebab salah satu yang disesali oleh penduduk neraka yaitu ketika waktu mereka di dunia tidak dihabiskan dengan beramal saleh.
Setelah hisab di Padang Masyhar, hanya ada dua golongan yakni ahli neraka dan ahli surga. Ahli neraka berteriak ingin kembali ke dunia untuk taat menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya.
Allah Swt. berfirman, “Dan mereka berteriak di dalam neraka itu, ‘Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami, niscaya kami akan mengerjakan amal yang saleh berlainan dengan yang telah kami kerjakan.’ Dan apakah Kami tidak memanjangkan umurmu dalam masa yang cukup untuk berpikir bagi orang yang mau berpikir, dan (apakah tidak) datang kepada kamu pemberi peringatan? Maka rasakanlah (azab Kami) dan tidak ada bagi orang-orang yang zalim seorang penolong pun.” (QS Fatir: 37)
Imam Ibnu Katsir menafsirkan ayat di atas, bahwa mereka meminta dikembalikan ke dunia untuk mengerjakan amal saleh. Namun Allah Swt. telah mengetahui bahwa seandainya mereka dikembalikan lagi ke dunia, pastilah mereka akan kembali mengerjakan apa yang Allah larang. Dan sesungguhnya mereka benar-benar berdusta dalam pengakuannya itu.
Seharusnya kita memanfaatkan waktu untuk meninggalkan jejak-jejak kebaikan di dunia. Sebagaimana perkataan Ibnu Katsir, “Orang yang binasa dan dekat dengan kerugian dapat dilihat dari pengelolaan waktunya yang berantakan.”
Oleh karena itu, penting bagi kita memiliki ilmu dalam mengelola waktu, karena ilmu laksana nasihat. Dengan ilmu ia bisa mengelola waktu dan mengembangkan segala potensi yang ada pada dirinya. [MNews]