Humaidah binti An-Nu’man, Penyair yang Berani
MuslimahNews.com, KISAH INSPIRATIF — Nama besar Humaidah menjulang tinggi ke langit menggapai bintang gemintang. Ayah, kakek, dan neneknya adalah sahabat-sahabat Rasulullah saw. dan termasuk kaum Anshar yang paling dermawan.
Kakeknya adalah sahabat mulia, alumni madrasah binaan Rasulullah saw., sosoknya menyilau di Baiat Aqabah dan salah seorang tujuh orang yang berbaiat aqabah kepada Nabi Saw.. Dialah Basyir bin Sa’ad bin Tsa’labah al-Khazraji. Ia adalah seorang penulis pada masa jahiliah ketika tak banyak orang-orang yang bisa menulis.
Neneknya adalah shahabiyah mulia yang ikut berperan dalam perang Khandaq. Ia adalah Amrah binti Rawahah al-Anshariyah, saudara perempuan Abdullah bin Rawahah. Amrah turut serta dalam perang Khandaq dalam menyediakan makanan kepada seluruh pasukan perang yang sedianya ia kirim untuk suami dan saudara laki-lakinya.
Sedang ayah Humaidah adalah bayi pertama yang lahir untuk kaum Anshar di Madinah setelah Rasulullah hijrah ke sana. Ketika melahirkan An-Nu’man, Amrah binti Rawahah membawanya ke hadapan Rasulullah saw..
Nabi meminta kurma, lalu mengunyahnya, memasukkannya ke mulut An-Nu’man, dan menggosoknya dengan kurma tersebut. Amrah binti Rawahah berkata, “Wahai Rasulullah, doakan anak ini agar ia memiliki harta dan anak yang banyak,” Rasululah bersabda, “Apakah engkau tidak rida, jika ia (An-Nu’man) hidup seperti pamannya dari jalur ibu dengan terpuji, dibunuh dalam keadaan syahid dan masuk surga?”
Ayah Humaidah adalah An-Nu’man bin Basyir bin Sa’ad. Ia adalah komandan ahli perang, sahabat, serta putra sahabat dan shahabiyah Rasulullah saw.. Humaidah binti An-Nu’man merupakan putri sahabat yang tersohor di kalangan para sahabat. Sejarah mencatat sebagian riwayat tentang dirinya serta syair-syairnya.
Humaidah lahir dan tumbuh di lingkungan keluarga yang memiliki tingkat keimanan luar biasa. Ia dikenal sebagai salah satu perempuan cerdas dan memiliki kefasihan dalam melantunkan syair. Humaidah juga dianggap sebagai salah satu penyair terpandang dan terhormat di kalangan tabiin.
Kemampuan ini tidak terlepas dari pengaruh sang kakek yang memang diketahui memiliki kemampuan menulis dan membaca. Pada saat itu, hanya orang-orang terpandanglah yang memiliki kemampuan tersebut.
Humaidah dikenal sebagai salah seorang ahli sastra dan memiliki kefasihan dalam menyampaikan pesan lewat karya-karya sastra berupa syair. Baik dalam bentuk pujian maupun kritikan terhadap pejabat atau para penguasa.
Dengan ketajaman lidah dan keindahan kata-katanya, Humaidah binti An-Nu’man tanpa takut menentang kezaliman, meskipun orang yang berbuat zalim itu adalah menantunya sendiri, Gubernur Hajjaj bin Yusuf. Sehingga Hajjaj bin Yusuf yang kejam dan berkuasa pun sangat khawatir dengan ketajaman lidah ibu mertuanya ini.
Kepiawaian Humaidah dalam melantunkan syair sempat diungkapkan oleh ahli sejarah, Zainab binti Yusuf Fawaz. Dia menyebut, ”Humaidah termasuk wanita-wanita Arab yang cantik dan paling ahli tentang seni sastra. Humaidah tumbuh dalam kebesaran jiwa, sehingga sulit mendapatkan orang yang sepadan dengannya.’‘ [MNews/Chs]
*Disarikan dari berbagai sumber