[Fikrul Islam] Perbuatan dan Ketetapan Rasulullah ﷺ

Penulis: Muhammad Husain Abdullah

MuslimahNews.com, FIKRUL ISLAM — Perbuatan Rasulullah ﷺ dibagi menjadi tiga bagian, yakni

  1. Perbuatan jibiliyah, yaitu perbuatan yang dilakukan oleh kebanyakan manusia (tabiatnya) seperti berdiri, mendaki, makan, minum, berjalan, tersenyum, dan sebagainya. Tidak ada perselisihan lagi bahwa perbuatan-perbuatan semacam ini berhukum mubah (boleh), baik bagi Rasul dan umatnya.
  2. Perbuatan yang telah ditetapkan, yakni perbuatan-perbuatan tersebut merupakan kekhususan bagi Rasul ﷺ. Perbuatan-perbuatan semacam ini tidak boleh diikuti oleh umatnya. Seperti wajibnya salat Duha dan bolehnya puasa wishal bagi beliau ﷺ. Kedua perbuatan tersebut merupakan kekhususan dari Allah bagi Rasul ﷺ.
  3. Perbuatan yang tidak termasuk perbuatan jibiliyah dan bukan pula merupakan kekhususan bagi Rasul ﷺ. Pada perbuatan-perbuatan semacam ini, umat Islam diperintahkan untuk mengikutinya. Allah Swt. berfirman, لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِيْ رَسُوْلِ اللّٰهِ اُسْوَةٌ حَسَنَةٌ “Sesungguhnya telah ada pada diri Rasul itu suri teladan yang baik bagi kalian.” (QS Al-Ahzab[33]: 21)

Ketetapan Rasulullah ﷺ (al-Sunah al-Taqririyah)

Ketetapan Rasul ﷺ (taqrir) adalah ketika Rasul ﷺ menyaksikan suatu perbuatan atau mendengar suatu perkataan, beliau mendiamkannya (taqrir rasul adalah tidak adanya pengingkaran dan larangan dari beliau ﷺ). Misalnya perkara-perkara yang dilakukan oleh sahabat, baik di hadapan beliau atau tidak di hadapan beliau, kemudian beliau mengetahui hal tersebut, akan tetapi beliau tidak mengingkarinya, maka iqrar Rasul ﷺ terhadap masalah tersebut merupakan penjelasan bagi pensyariatan perkara tersebut. Yakni masalah tersebut merupakan bagian dari hukum syarak. Sedangkan status hukum perkara itu adalah mubah. [MNews/Rgl]

Sumber: Muhammad Husain Abdullah, Studi Dasar-Dasar Pemikiran Islam.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.