Ummu al-Hasan, Muslimah Cerdas dari Andalusia
MuslimahNews.com, KISAH INSPIRATIF — Pernahkah kita mendengar kalimat “Guru adalah kurikulum berjalan bagi setiap anak didiknya”? Kalimat itu sangat pas tatkala berkisah tentang seorang murid teladan dari seorang guru hebat dari Andalusia, Imam Baqi’ bin Mikhlad. Murid tersebut bernama Ummu al-Hasan.
Imam Baqi’ sendiri adalah murid kebanggaan Imam Ahmad yang mencatatkan diri sebagai penuntut ilmu sejati. Demi mendapat riwayat hadis sang guru, ia berjalan kaki dari Andalusia ke Baghdad. Ketekunan Imam Baqi’ rupanya menurun kepada muridnya. Dialah Ummu Al Hasan, muslimah cerdas sekaligus murid kesayangan Imam Baqi’ bin Mikhlad.
Bernama lengkap Ummu al-Hasan binti Abi Liwa bin Asbagh bin Abdullah bin Wansus bin Yarbu al-Miknasi. Kakek buyutnya, Yarbu al-Miknasi adalah mantan budak Khalifah dari Bani Umayyah, Sulaiman bin Abdul Malik.
Ummu al-Hasan menimba ilmu kepada Imam Baqi’ bin Mikhlad, murid teladan dari Imam Ahmad. Status Imam Baqi’ yang terkenal sebagai murid kesayangan Imam Ahmad membuat Ummu al-Hasan tertarik berguru kepadanya. Ummu al-Hasan belajar ilmu fikih dan hadis kepada Imam Baqi’.
Di hadapan Baqi’, Ummu al-Hasan menyetor hafalannya dari kitab Ad Duhur. Putra Imam Baqi’, Ahmad bin Baqi’, turut hadir untuk menyimak bacaan Ummu al-Hasan. Bersama sang ayah, Ahmad turut serta menjadi guru bagi Ummu al-Hasan.
Tanpa kenal lelah, Ummu al-Hasan senantiasa menyerap ilmu dari Baqi’ hingga mampu menguasai fikih dan meriwayatkan hadis. Tak berselang lama, nama Ummu al-Hasan pun mulai terkenal dan masyhur di kalangan para ulama karena kecerdasannya. Ia pun dikenal sebagai murid utama Imam Baqi’. Bahkan hampir di setiap kitab yang mengulas gurunya, nama Ummu al-Hasan turut menyertainya.
Berhaji dan Menuntut Ilmu
Dalam kitab Al Muskitah, Amir Abdullah bin Abdurrahman III bin Muhammad menuturkan tentang Ummu al-Hasan, “Seorang wanita berilmu dan salihah, putri dari Abu Liwa datang setiap Jumat ke majelis Jumatnya Baqi’ bin Mikhlad di rumah Abu Abdurrahman. Wanita itu merupakan seorang berilmu yang istimewa. Ia juga telah berhaji.”
Menunaikan ibadah haji menjadi momen bagi Ummu al-Hasan dalam meningkatkan kapasitas keilmuannya. Di tanah haram tersebut, ia tak hanya menunaikan ibadah, namun juga menuntut ilmu. Ia memanfaatkan waktu sebaik mungkin demi mencari ilmu di negeri kelahiran Islam. Perjalanan jauhnya ke dua kota suci ia gunakan untuk mengumpulkan ilmu sebanyak-banyaknya.
Sepulang dari haji, ia menambah banyak sekali ilmu tentang fikih dan meriwayatkan banyak hadis. Bahkan, saat kembali ke Andalusia dan belajar kembali pada gurunya, Baqi’, Ummu al-Hasan meriwayatkan hadis baru dari kota suci yang tak pernah diriwayatkan Baqi’. Sang guru pun kemudian meriwayatkan hadis dari muridnya, yakni Ummu al-Hasan.
Ummu al-Hasan menjadi salah satu ulama fikih yang cerdas dan menulis banyak karya. Ia sangat giat menulis buku-buku fikih dan hadis agar ilmunya tersampaikan kepada umat. Ummu al-Hasan memiliki akhlak yang sangat baik, zuhud terhadap dunia, dan dikenal bijak dalam menyelesaikan setiap masalah yang dikonsultasikan kepadanya. Ia pun menjadi ulama perempuan rujukan umat, tempat bertanya umat dalam persoalan syariat.
Ummu al-Hasan berkesempatan kembali ke Makkah untuk haji kedua kalinya. Ia sangat bersemangat karena dapat mendulang banyak ilmu di sana. Namun ternyata ajalnya telah tiba. Ia mengembuskan napas terakhir di Kota Makkah dan dimakamkan di sana.
Khatimah
Betapa banyak keteladanan tentang menuntut ilmu. Dari satu guru melahirkan murid yang patut ditiru. Begitulah sepatutnya realisasi ilmu yang bermanfaat. Keilmuannya memberikan kebaikan dan keberkahan kepada orang yang ia ajarkan.
Dari seorang Ummu al-Hasan kita kembali takjub bagaimana Islam memuliakan perempuan. Kewajiban menuntut ilmu bukan hanya untuk laki-laki, tetapi berlaku juga bagi perempuan. Dari Anas bin Malik ra., Rasulullah saw. bersabda, “Menuntut ilmu wajib atas setiap muslim.” (HR Al Baihaqi)
Imam Ahmad menjelaskan, “Wajib hukumnya menuntut ilmu yang dengannya seseorang bisa menegakkan agamanya.” Ditanyakan kepada beliau, “(Ilmu) seperti apa?” Beliau menjawab, “Ilmu tentang urusan-urusan yang ia tidak boleh bodoh tentangnya, seperti salatnya, puasanya, dan sebagainya.” [MNews/Chs-Juan]
*Disarikan dari berbagai sumber
Subhanallah. Khasanah Islam memang melahirkan banyak ilmuan perempuan, bahkan pendiri rumah sakit pertama di dunia adalah perempuan.