Catatan Kecil AICIS 2021: Penguatan Perempuan sebagai Agen Moderasi

Sejatinya, perempuan sebagai agen moderasi beragama memang sudah menjadi rekomendasi pengusung gagasan Islam moderat.


Penulis: Arum Harjanti

MuslimahNews.com, FOKUS — Akhir Oktober 2021 lalu, Kementerian Agama (Kemenag) menggelar Annual International Conference on Islamic Studies (AICIS) yang mereka anggap sebagai miniatur kajian Islam Indonesia yang terbuka dan moderat. Oleh karena itu, Kemenag terus mengusung moderasi beragama sebagai ciri khas bangsa, baik dalam lingkup bangsa Indonesia maupun pergaulan internasional.[1]

AICIS 2021 mengusung tema umum “Islam in a Changing Global Context: Rethinking Fiqh Reactualization and Public Policy”. Ada berbagai bahasan, termasuk tentang penguatan peran perempuan.

Beberapa diskusi panel yang membahas tentang perempuan di antaranya mengambil topik (1) Women: Tradition, Social, and Health in Marriage, (2) Elastisitas Peran Perempuan di Masa Pandemi; Kreativitas, Negosiasi, dan Kekerasan Terselubung, (3) Islam Gender and Governance: The Leadership of Prosperious Women in Archipelago, (4) Reinforce the Role of Women in the Privat and Public Sphere to Build a Harmonious Life, (5) Family Resilience in the View of Fiqh, Positive Law, Gender Relation, and Psychology Towards Fair and Harmonious Families in Indonesia, (6) The Role and Involvement of Women In The Control Of Coronavirus Outbreak (COVID19) In Indonesia, dan lain-lain.[2] Berbagai topik ini tentu saja mereka bahas dengan kacamata yang sama dengan agenda Kemenag, yaitu moderasi beragama.

Baca juga:  Ide Islam Nusantara Dikritik Keras Putra KH Maemoen Zubair

Penguatan Moderasi Beragama

Menariknya, bersamaan dengan acara tersebut, Dharma Wanita Persatuan (DWP) Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) Kemenag RI menggelar focus group discussion (FGD). Mengambil tema “Peran DWP dalam Penguatan Literasi Moderasi Beragama”, FGD tersebut dihadiri jajaran DPW seluruh Indonesia. Dalam sambutannya, Ketua DWP Kemenag Pusat memberikan arahan agar ke depannya program DWP harus sejalan dengan kebijakan Kemenag.

Adapun Penasihat DWP sekaligus pemateri dalam FGD ini, Eny Retno Yaqut menyatakan, “DWP PTKIN merupakan mitra dari Kemenag, maka otomatis memiliki tanggung jawab untuk mendukung program program Kemenag, salah satunya adalah penguatan moderasi beragama.”

Mereka memandang perlunya penguatan moderasi beragama karena realitas bangsa Indonesia yang multikultural, multireligius, dinamika demokratisasi, dan banyaknya praktik kekerasan akibat intoleransi yang bahkan melibatkan perempuan. Perempuan dianggap berperan penting menanamkan moderasi beragama, mengingat ibu berperan menanamkan nilai-nilai kebaikan tentang Islam yang rahmatan lil ‘alamin kepada anak-anak mereka, dengan harapan kelak akan menjadi karakter dalam diri mereka hingga dewasa.[3]

Bahkan, perempuan sangat tepat jika menjadi akar atau sumber dalam menciptakan moderasi beragama karena perempuan atau ibu merupakan madrasah pertama bagi anak-anaknya dan merupakan salah satu bagian penting dalam rumah tangga.

Penerapan moderasi beragama akan efektif jika mulai dari wilayah terkecil dahulu yakni rumah tangga. Selain itu, perempuan juga memiliki berbagai peran strategis yang sangat bermanfaat dalam pemasyarakatan sikap moderasi beragama sehingga moderasi beragama dapat lebih cepat tersebar.[4]

Baca juga:  Tuntutan Partisipasi Politik Perempuan, Upaya Memoderatkan T4lib4n

Agen Moderasi

Sejatinya, perempuan sebagai agen moderasi beragama memang sudah menjadi rekomendasi pengusung gagasan Islam moderat. Adalah Rand Corporation yang mencetuskan ide membangun jaringan Islam moderat untuk menghadang “muslim militan, radikal, dan fundamentalis”, label yang Barat sematkan kepada kaum muslim yang berjuang menerapkan Islam kafah.

Dalam konteks moderasi Islam, pelibatan perempuan sangatlah strategis karena muslim moderat menghormati hak-hak perempuan dengan mewujudkan kesetaraan gender. Oleh karena itu, kelompok perempuan pegiat kesetaraan gender adalah mitra potensial. Apalagi perempuan dianggap sebagai pihak yang paling “dikalahkan” oleh Islam fundamentalis, bahkan paling tidak diuntungkan dalam penerapan syariat Islam yang kaku di berbagai tempat di dunia Islam.

Isu hak perempuan merupakan medan pertempuran terbesar dalam perang gagasan yang terjadi di dunia Islam. Promosi kesetaraan gender merupakan komponen penting setiap proyek untuk memberdayakan muslim moderat.[5]

Barat jelas membutuhkan pelibatan perempuan sebagai agen moderasi demi menghadang Islam militan. Peran perempuan muslimah tentu sangat strategis karena yang mereka suarakan akan lebih dipercaya umat Islam, terlebih ketika negara juga mengaruskannya.

Selain itu, banyak syariat Islam yang sengaja mereka pelintir—dengan sumbu kebebasan Barat—sebagai aturan yang mendiskriminasi perempuan. Jadilah muncul anggapan bahwa seruan moderasi adalah angin segar bagi kemajuan perempuan yang akan mengantarkan kebaikan untuk perempuan. Rendahnya kesadaran politik membuat umat memandang indah jalan kehancuran.

Baca juga:  [Editorial] Serangan Barat di Balik Isu Ekstremis dan Moderat

Membawa pada Kehinaan

Sejatinya, moderasi beragama hanya membawa perempuan pada kehinaan. Moderasi beragama membuat perempuan jauh dari aturan Allah dan hidup bebas ala Barat. Kampanye hak-hak perempuan dalam pandangan Barat justru menjerumuskan perempuan pada hilangnya martabat dan kemuliaannya sebagai manusia.

Sesungguh, Barat membidik rusaknya muslimah sebagai salah satu jalan untuk merusak kaum muslim. Ketika negara juga ikut mengaruskan, ancaman itu sungguh makin besar. Bahkan, bencana besar tidak hanya mengancam perempuan, tetapi juga seluruh warga negara, termasuk generasi muda.

Dengan demikian, muslimah harus menyadari bahwa sejatinya hanya Islam yang memiliki tuntunan sahih yang akan menjaga kemuliaan manusia, khususnya pada perempuan. Islam juga memberi ruang bagi muslimah untuk berkiprah dalam kehidupan sesuai aturan Allah.

Kiprah perempuan dalam bingkai syariat Allah ini akan membawa kebaikan kepada semua umat manusia. Hal ini hanya akan terwujud ketika perempuan hidup dalam naungan Khilafah Islamiah. Wallahualam. [MNews/Gz]

Referensi:

[1] https://www.antaranews.com/berita/2480261/kemenag-harap-pemikiran-islam-di-indonesia-jadi-referensi-global

[2] http://diktis.kemenag.go.id/

[3] https://kampusitahnews.iain-palangkaraya.ac.id/berita/2021/10/30/dwp-ptkin-wajib-dukung-penguatan-moderasi-beragama/

[4] https://mubadalah.id/peran-perempuan-dalam-mewujudkan-moderasi-beragama/

[5] Building Moderate Muslim Network, 2007, Rand Corporation

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.