[Nafsiyah] Suami Berdakwah, Istri Raih Pahala
Jadilah istri yang berupaya membantu suami dalam memenuhi hak-hak Allah.
MuslimahNews.com, NAFSIYAH — Kehidupan keluarga dari pasangan suami dan istri yang memahami kewajiban dakwah tentu tampak berbeda dengan kehidupan keluarga muslim pada umumnya. Mereka memahami dengan benar tentang seruan Allah untuk melakukan aktivitas amar makruf nahi mungkar karena manusia, baik lelaki maupun perempuan, memikul kewajiban tersebut.
Lalu, bagaimana semestinya sikap seorang istri yang nafkahnya telah suami cukupi, tetapi suami memiliki aktivitas lain yaitu dakwah? Apakah istri harus rida menerima kondisi saat terkadang suami tidak membersamai menjalani aktivitas keseharian di rumah? Yang karena berbagai amanah dakwah, bahkan waktu-waktu suami terselingi dengan belajar (menuntut ilmu). Mungkinkah istri akan mengatakan suami kurang bertanggung jawab atau kurang peduli keluarga?
Duhai para istri, jangan tergesa-gesa mengatakan suami kurang perhatian, kurang bertanggung jawab, atau kurang peduli pada keluarga. Pahami bahwa amanah dakwah yang ia tunaikan merupakan kewajiban yang datangnya dari Allah Swt.. Selain memenuhi kewajiban sebagai kepala keluarga, ada hak Allah pula yang juga harus suami tunaikan.
Dukung Aktivitas Suami
Seharusnya, sikap seorang istri ialah mendukung aktivitas suami. Pertama, jika suami sedang belajar di rumah, berupayalah agar tidak “mengganggu” dan menjaga anak-anak agar tidak menyibukkan ayahnya.
Kedua, istri rida ketika suami keluar rumah untuk menuntut ilmu dan berdakwah sehingga kadang meninggalkannya dalam waktu tertentu.
Ketiga, hendaknya tidak sering protes jika suami meninggalkannya untuk perkara kebaikan. Agar suami dapat berkonsentrasi berdakwah di luar.
Keempat, doakanlah suami agar Allah Swt. memberi kemudahan dalam menunaikan setiap amanah dakwah. Insyaallah banyak kebaikan dan pahala yang akan istri dapatkan jika rida atas aktivitas dakwah suaminya.
Rasulullah saw. bersabda, “ … Pahamilah, wahai Ibu, dan beritahu para wanita di belakangmu bahwa ketaatan istri kepada suaminya, usahanya untuk memperoleh ridanya, dan kepatuhannya terhadap keinginannya menyamai semua itu.” (Usudul Ghaayah fi Ma’rifatis Shahabah. 7: 17. Darul Kutub Al-‘Ilmiyah).
Sabda Nabi saw. di atas menggambarkan pahala kebaikan yang istri dapat jika taat dan rida atas suaminya, seperti menyamai pahala jihad dan dakwah. Oleh karenanya, janganlah khawatir, duhai istri, jika suami berdakwah, itulah kesempatan istri meraih banyak pahala yang sungguh luar biasa.
Cobalah belajar dari shahabiyah Asma binti Abu Bakar yang setia mendampingi Zubair bin Awwam dalam kehidupan dan perjuangan. Asma pernah berkata, “Zubair menikahiku, sedangkan dia tidak memiliki apa-apa kecuali kudanya. Akulah yang mengurusnya dan memberinya makan, dan aku pula yang mengairi pohon kurma dan mencari air. Aku juga yang mengusung kurma setelah dipotong Rasulullah dari tanahnya Zubair. Aku pula yang membawa kurma dengan mengangkatnya di atas kepalaku dan berjalan sejauh dua pertiga farsakh.”
Inilah sosok istri tangguh, membersamai suaminya dalam kondisi suka dan duka. Jangan tanya perkara kesetiaannya mendampingi perjuangan sang suami. Tentu telah teruji.
Sungguh, seorang wanita yang menaati suaminya di rumah kala suaminya pergi berdakwah akan mendapatkan pahala setara upaya sang suami. Oleh karena itu, bersabar dan dukunglah suamimu, wahai para istri. Kurangi keluhan, gantilah dengan doa-doa kepada Allah agar suami mendapat kemudahan serta pertolongan dalam dakwahnya.
Jadilah istri yang berupaya membantu suami dalam memenuhi hak-hak Allah. Ketahuilah, suami yang memenuhi hak-hak Allah tidak akan abai dalam pemenuhan hak-hak manusia, terutama hak istri dan anak-anaknya. Masyaallah. [MNews/Rndy]