Nafsiyah

[Nafsiyah] Rela Mengakui Kesalahan dan Sanggup Memperbaikinya

MuslimahNews.com, NAFSIYAH — Lidah bisa melukai hati orang tanpa melukai badan. Luka hati meninggalkan bekas, tidak mudah hilang kecuali di kalangan muttaqin yang selalu ingat akan kebaikan orang lain terhadap dirinya dan tidak lupa berutang budi pada orang lain, bahkan dengan ikhlas ia melupakan segala jasa dan kebaikan yang pernah ia berikan kepada orang Iain.

Bila suami istri berakhlak seperti itu, rumah tangganya akan menjadi surga dunia. Sebaliknya, bila mereka rajin menghitung jasa dan kebaikan dirinya kepada orang lain, rumah tangga atau persahabatannya akan kehilangan mawaddah wa rahmah dan akan tumbuh dengan subur kebencian dan kedengkian, pada saat seperti itu pihak ketiga ikut meniup-niupkan api permusuhan.

Sayidina Umar adalah seorang sahabat yang dikatakan oleh Rasulullah bahwa setan segan untuk mengganggunya. Ia seorang yang kuat dan keras, tetapi ia tetap manusia.

Sewaktu ia tersinggung oleh ucapan Abu Bakar, hatinya luka, ia pulang, dan Abu Bakar ditinggalkannya untuk menjaga agar luka hatinya tidak bertambah parah. Kesempatan itu tidak dijadikan oleh setan untuk diadudombakan. Abu Bakar menyesal, salah atau benar tindakan dan sikap dirinya tidak menjadi pertimbangan yang nyata.

Abu Bakar pergi ke rumah Umar untuk minta maaf, sebab ia merasa bersalah. Dia tidak membiarkan perasaan buruk itu menghantui dirinya sendiri, sebab hati nurani itu selalu jujur, ia mengakui kesalahan dan kekeliruannya sekalipun lidahnya memungkiri.

Baca juga:  Banjir, Isyarat Langit yang Sering Terabaikan

Yang penting bukan cinta tapi dicintai. Kecintaan yang tidak mendapatkan balasan akan beralih menjadi azab, menjadi siksaan batin, sebab yang menjadi kenikmatan itu adalah dicintai orang, dan yang mendorong untuk berkorban adalah kecintaan.

Abu Bakar merasa tersiksa batinnya tatkala ia ditolak oleh Umar. Umar tidak mau memberi maaf kepadanya. Ia tidak kuat menahan kepedihan hati karena niat baiknya tidak diterima. Lalu dia pergi menghadap Rasulullah saw..

Sungguh tajam firasat Rasulullah saw., beliau mengetahui Abu Bakar datang membawa sesuatu yang berat di dalam hatinya. Setelah menerima keterangan dari Abu Bakar dan juga pengakuan atas kesalahan yang telah ia lakukan, ia menyatakan sangat menyesal atas kejadian itu, maka Rasulullah merasa sangat prihatin. Beliau ingat kebaikan dua sahabat terkemuka itu, beliau berat kepada mereka berdua yang kini tersiksa batinnya.

Di antara yang diucapkan oleh Abu Bakar ialah

يَا رَسُولَ اللَّهِ، إِنَّهُ كَانَ بَيْنِي وَبَيْنَ عُمَرَ شَيْءٌ، فَأَسْرَعْتُ إِلَيْهِ، ثُمَّ إِنِّي نَدِمْتُ عَلَى مَا كَانَ مِنِّي إِلَيْهِ، فَسَأَلْتُهُ أَنْ يَغْفِرَ لِي، فَأَبَى عَلَيَّ، فَتَبِعْتُهُ الْبَقِيعَ كُلَّهُ، حَتَّى تَحَرَّزَ بِدَارِهِ مِنِّي، وَأَقْبَلَتُ إِلَيْكَ

“Wahai Rasulullah, sesungguhnya antara aku dan Umar telah terjadi sesuatu (ada ucapanku yang membuat Umar marah). Aku pun segera mendatanginya dan menyesali apa yang telah kuperbuat terhadapnya. Aku meminta maaf kepadanya, tetapi ia menolak. Maka aku mengikutinya sampai keliling kampung Baqy, bahkan saat tiba di rumahnya pun ia menghindar dariku. Kini aku menghadap kepadamu.” (HR Bukhari dari Abu Darda)

Baca juga:  [Nafsiyah] Berpikir Positif tentang Wabah

Lalu Rasulullah berdoa dan meyakinkan bahwa Allah pasti akan mengampuni mereka. Beliau mengucapkan doa itu sebanyak tiga kali. Kemudian Umar pun menyesal atas perbuatannya karena ia menutup pintu waktu Abu Bakar datang minta maaf. Lalu ia pergi ke rumah Abu Bakar, tetapi ternyata Abu Bakar tidak ada di rumahnya. Kemudian ia pergi ke rumah Rasulullah dan di sana mereka bertemu.

Kedua sahabat itu bukannya menghitung-hitung jasa dan bukan pula saling membela diri bahwa dia yang paling benar sementara yang lain salah, tetapi kebalikan dari itu.

Abu Bakar berkata,

يا رَسولَ اللَّهِ، واللَّهِ أنَا كُنْتُ أظْلَمَ

“Demi Allah wahai Rasulullah, akulah yang paling bersalah.” (HR Bukhari)

Ungkapan tulus ini ia ucapkan karena ia tidak ingin Rasulullah akan menyalahkan Umar. Abu Bakar ra. tahu diri bahwa ialah yang mengawali dan membuat persahabatan terganggu.

Dengan demikian, suasana menjadi jernih kembali. Mereka saling memaafkan dan kenikmatan persahabatan menghapus semua rasa kesumat dan kedengkian berkat ketakwaan mereka yang mendorong untuk kembali ke jalan yang Allah ridai.

Kita mesti melupakan yang patut dilupakan dan tidak boleh lupa akan sesuatu yang tidak boleh dilupakan, yaitu kebaikan orang terhadap kita atau jasa-jasa baiknya pada masyarakat.

Baca juga:  [Hadits Sulthaniyah] ke-53 dan 54: Muhasabah kepada Penguasa

Tidak diragukan lagi bahwa para Sahabat—semoga Allah meridai mereka—adalah manusia biasa. Mereka bisa marah dan berselisih, sama seperti umumnya manusia, tetapi mereka segera kembali kepada Al-Haq.

Sehubungan dengan kejadian itu, Rasulullah saw. menerangkan kebaikan Abu Bakar,

إنَّ اللَّهَ بَعَثَنِي إلَيْكُمْ فَقُلتُمْ: كَذَبْتَ، وقَالَ أبو بَكْرٍ: صَدَقَ، ووَاسَانِي بنَفْسِهِ ومَالِهِ، فَهلْ أنتُمْ تَارِكُوا لي صَاحِبِي؟ مَرَّتَيْنِ، فَما أُوذِيَ بَعْدَهَا

“Sesungguhnya Allah mengutusku kepada kalian sebagai Rasul, lalu kalian waktu itu berkata, ‘Engkau dusta,’ tetapi Abu Bakar berkata, ‘Engkau benar.’ Dia membantuku dengan jiwa dan hartanya. Pantaskah kiranya kalian membiarkan sahabatku? Beliau mengucapkannya dua kali. Setelah itu, Abu Bakar tidak pernah disakiti.” (HR Bukhari)

Sikap para Sahabat itu sesuai firman Allah Swt.,

إنَّ ٱلَّذِينَ ٱتَّقَوْاْ إِذَا مَسَّهُمْ طَٰئِفٌ مِّنَ ٱلشَّيْطَٰنِ تَذَكَّرُواْ فَإِذَا هُم مُّبْصِرُونَ

“Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa bila mereka ditimpa waswas dari setan, mereka ingat kepada Allah, maka seketika itu juga mereka melihat (kesalahan-kesalahannya).” (QS Al-A’raf: 201). [MNews/Gz]

https://t.me/renunganhikmah/60

2 komentar pada “[Nafsiyah] Rela Mengakui Kesalahan dan Sanggup Memperbaikinya

  • Alhamdulillah mendapat ilmu dan pencerahan…suka menyakiti hati anak-anak… semoga mereka bisa memaafkan karena maksudku baik… mengingatkan dan mendidik ke arah ketakwaan

    Balas
  • MasyaAllah ya Rabbi jadikanlah kami sbgai pengemban dakwah yg pemaaf saling menambahi bilamana ada dlm kekurangan ilmu dan saling mengingatkan dlm berlebihan ucap kata

    Balas

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *