[Hadits Sulthaniyah] ke-50: Lebih Baik Mati dalam Keadaan Terasing daripada Bekerja Sama dalam Kerusakan
Hadis mengenai “Garis Pembatas” (Hadis ke-46—50)
MuslimahNews.com, HADITS SULTHANIYAH — Hadis ke-50: “Orang-orang bertanya kepada Rasulullah ﷺ tentang kebaikan (Islam), tetapi aku bertanya tentang kejahatan (kekufuran), karena aku khawatir kalau-kalau hal itu akan menimpaku.
Aku bertanya, ‘Wahai Rasulullah, dahulu kita berada dalam masa jahiliah dan kejahatan, lalu Allah mendatangkan kepada kita kebaikan ini (yakni Islam), maka apakah setelah kebaikan ini akan ada kejahatan?’
‘Ada,’ ujar beliau.
Aku bertanya lagi, ‘Apakah setelah kejahatan itu ada kebaikan?’
Beliau menjawab, ‘Ya ada, tetapi di situ terdapat kesamaran.’
Aku pun bertanya lagi, ‘Apakah kesamaran itu?’
Beliau menjawab, ‘Suatu kaum yang mengikuti sunah, tetapi bukanlah sunahku; dan mengikuti petunjuk, tetapi bukan petunjukku. Kenalilah mereka olehmu dan laranglah.’
Aku bertanya lagi, ‘Apakah setelah kebaikan itu masih ada kejahatan?’
Beliau menjawab, ‘Ya ada, yaitu para dai yang menyeru ke pintu (neraka) jahanam. Barang siapa memenuhi ajakan mereka, maka ia akan dilemparkan ke dalam jahanam.’
Kemudian aku bertanya, ‘Wahai Rasulullah, terangkan kepada kami sifat-sifat mereka.’
Beliau menjawab, ’Mereka adalah dari kalangan kita sendiri, dan berbicara dengan bahasa kita.’
Aku melanjutkan pertanyaan lagi, ‘Wahai Rasulullah, apa yang harus aku lakukan apabila menjumpai hal seperti itu?’
Rasulullah ﷺ menjawab, ‘Hendaklah engkau menyertai jemaah kaum muslim dan imam (khalifah) mereka.’
Aku bertanya, ‘Bagaimana jika mereka tidak mempunyai jemaah dan imam?’
Beliau menjawab, ‘Hendaklah engkau menjauhkan diri dari semua golongan, asalkan engkau berpegang teguh pada akar pohon (Islam) hingga engkau menemui ajalmu dalam keadaan demikian.’” (HR Bukhari No. 3338)
Penjelasan:
a. Riwayat di atas menyatakan dengan tegas bahwa wajib bagi kaum muslim untuk terikat dengan jemaah kaum muslim dan dengan imam mereka, jika Negara Khilafah dan Khalifah ada di tengah mereka.
b. Ada pula sebuah perintah eksplisit dalam hadis di atas untuk menghindari segala bentuk kerusakan, dengan menggunakan sebuah ungkapan ‘menggigit akar pohon’, yang memberikan tekanan agar kaum muslim tidak terlibat dan tidak ikut serta dalam kemaksiatan.
c. Sebagian kalangan keliru menafsirkan hadis ini dengan mengatakan bahwa dalam keadaan masyarakat yang penuh kemaksiatan, maka setiap muslim harus mengasingkan diri dari masyarakat dan tidak perlu menggabungkan diri dengan berbagai gerakan dan kaum muslim lainnya yang menyerukan tegaknya Islam.
Kalangan ini berpandangan bahwa seruan ‘berpaling dari semua golongan’ dalam hadis tersebut berarti berdiam diri dari upaya perjuangan penegakan Islam. Padahal, telah jelas bahwa dalam hadis tersebut Rasulullah ﷺ memerintahkan kaum muslim agar menjauh dari kelompok-kelompok yang memiliki karakteristik tertentu, yakni ‘kelompok-kelompok yang menyeru manusia menuju pintu neraka’.
Rasulullah tidak memerintahkan umatnya untuk berdiam diri atau tidak ikut berjuang menegakkan din ini. Beliau ﷺ juga tidak memerintahkan untuk mengasingkan diri dari kebanyakan kaum muslim. Akan tetapi, beliau ﷺ memerintahkan kaum muslim untuk menjauhkan diri dari kelompok-kelompok yang menyerukan kepada kekufuran dan kemaksiatan. Hal ini dapat diringkas dengan kalimat ‘berpegang teguh pada din ini dan berpaling dari propaganda dan seruan kufur’. [MNews/Gz]
Sumber: Abu Lukman Fathullah, 60 Hadits Sulthaniyah (Hadits-Hadits tentang Penguasa), 2010.
Smoga kami termasuk dlm golongan yg menjauhi kekufuran, bukan diam melihat kekufuran.Aamiin
Aamiin allahumma aamiin.
Semoga kami termasuk orang2 yang asing itu, Aamiin
Maasyaalloh..sangat jelas..kewajiban mengikuti jamaah Islam..Khilafah..Allohuakbar
Kita di perintahkan berjamaah.
Tpasih bnyak yg enggan krn takut masuk dalam jamaah yg sesat.