Bahasa Arab Adalah Bahasa Agama Islam, Bukan Bahasa Radikal

Penulis: Wiwing Noeraini

MuslimahNews.com, FOKUS — Tak henti-hentinya segala hal yang berkaitan dengan Islam dituduh sebagai radikal. Syariatnya, pemeluknya, pejuangnya, dan kini bahasanya yaitu bahasa Arab juga dituduh sebagai radikal.

Hal tersebut dikatakan oleh pengamat intelijen, Susaningtyas Nefo Kertopati saat menyebut ciri anak muda yang terpapar radikalisme adalah banyak belajar bahasa Arab. Menanggapi itu, ketua Majelis Ulama (MUI) Pusat, Kiai Muhammad Cholil Nafis menilai apa yang disampaikan Susaningtyas bahwa bahasa Arab sebagai ciri teroris, merupakan tuduhan yang tak punya dasar. (eramuslim.com, 8/9/21)

Kiai Cholil merasa lucu dengan pernyataan tersebut. Dia menduga Susaningtyas tidak memahami bahasa Arab sehingga disangkutkan dengan teroris. Kiai Cholil menyebut Susaningtyas bukan pengamat, tapi penyesat (eramuslim.com, 8/9/21)

Pernyataan Susaningtyas yang mengaitkan bahasa Arab dengan radikalisme sebenarnya bukan hal baru. Mantan Menag Fachrul Rozi pernah menyatakan hal senada. Ia menuturkan bahwa penyebaran paham radikalisme di lingkungan Kementerian dan BUMN adalah melalui orang berpenampilan menarik (good looking) dengan penguasaan bahasa Arab yang bagus (merdeka.com, 4/9/20)

Sungguh, pernyataan tersebut sangatlah tendensius. Bahasa tak ada kaitannya dengan radikalisme ataupun terorisme, karena bahasa adalah cara berkomunikasi di antara manusia. Bahasa bisa digunakan oleh siapapun, untuk tujuan apapun. Maka menyebut bahasa Arab sebagai ciri radikalisme adalah salah satu bentuk islamofobia, ketakutan akan Islam dan segala hal yang berkaitan dengan Islam. Ini adalah serangan terhadap Islam.

Bagi umat Islam, bahasa Arab memiliki kedudukan yang sangat tinggi. Bahasa Arab dan Islam adalah satu kesatuan yang tidak terpisahkan satu dengan lainnya.

Bahasa Arab, Bagian Tak Terpisahkan dari Islam

Bahasa Arab adalah bagian yang tak terpisahkan dari Islam karena bahasa Arab adalah bahasa Al-Qur’an dan hadis. Kita diperintahkan untuk berpegang teguh kepada Al-Qur’an dan hadis sebagaimana sabda Rasul saw.,

تَرَكْتُ فِيكُمْ أَمْرَيْنِ، لَنْ تَضِلُّوا مَا تَمَسَّكْتُمْ بِهِمَا: كِتَابَ اللَّهِ وَسُنَّةَ نَبِيِّهِ

“Aku tinggalkan sesuatu bersama kalian, jika kamu berpegang teguh padanya, kalian tidak akan tersesat selama-lamanya yaitu Kitabullah dan Sunnahku.” (HR Imam Malik)

Baca juga:  [News] Intoleransi dan Radikalisme, Dosa Besar Pendidikan?

Untuk berpegang kepada Al-Qur’an dan hadis kita harus memahami kandungan keduanya. Sementara keduanya berbahasa Arab. Maka ini artinya kita diperintahkan untuk mempelajari bahasa Arab agar bisa memahami dan mengamalkan keduanya.

Imam Asy-Syathibi berkata,

“Al-Qur’an itu diturunkan dengan bahasa Arab secara keseluruhan. Untuk memahaminya dituntut harus dengan mempelajari bahasa Arab secara khusus. Karena Allah Swt. berfirman,

إِنَّا أَنزلْنَاهُ قُرْآنًا عَرَبِيًّا لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ

“Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa Al-Qur’an dengan berbahasa Arab, agar kamu memahaminya.” (QS Yusuf: 2).

بِلِسَانٍ عَرَبِيٍّ مُبِينٍ

“Dengan bahasa Arab yang jelas.” (QS Asy-Syu’ara: 195).

لِسَانُ الَّذِي يُلْحِدُونَ إِلَيْهِ أَعْجَمِيٌّ وَهَذَا لِسَانٌ عَرَبِيٌّ مُبِينٌ

“Padahal bahasa orang yang mereka tuduhkan (bahwa) Muhammad belajar kepadanya bahasa ‘Ajam, sedang Al-Qur’an adalah dalam bahasa Arab yang terang.” (QS An-Nahl: 103).

Ibnu Taimiyah berkata,

“Sesungguhnya ketika Allah menurunkan kitab-Nya dan menjadikan Rasul-Nya sebagai penyampai risalah (Al-Kitab) dan Al-Hikmah (As-Sunnah) serta menjadikan generasi awal agama ini berkomunikasi dengan bahasa Arab. Maka tidak ada jalan lain dalam memahami dan mengetahui ajaran Islam kecuali dengan bahasa Arab. Oleh karena itu, memahami bahasa Arab merupakan bagian dari agama. Keterbiasaan berkomunikasi dengan bahasa Arab mempermudah kaum muslimin memahami agama Allah Ta’ala dan menegakkan syiar-syiar agama ini, serta memudahkan dalam mencontoh generasi awal dari kaum Muhajirin dan Anshar dalam keseluruhan perkara mereka.” 

Mempelajari bahasa Arab juga sangat diperlukan untuk menjalankan ibadah-ibadah yang kita lakukan sehari-hari, baik yang wajib seperti salat fardu ataupun ibadah sunah seperti membaca Al-Qur’an, doa, dan zikir. Tak akan mungkin kita bisa menjalankan amalan-amalan tersebut kecuali mampu membaca tulisan berbahasa Arab.

Allah memerintahkan kita untuk membaca surat Al-Qur’an dalam salat kita dengan bahasa Arab,

“… karena itu bacalah apa-apa yang mudah (bagimu) dalam Al-Qur’an dan dirikanlah salat.” (QS Al-Muzammil: 20)

Baca juga:  Penguasa Islam Vs Rezim Demokrasi Kapitalis

Nabi saw. menyebutkan dalam hadis beliau

لاَ صَلاَةَ لِمَنْ لَمْ يَقْرَأْ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ

“Tidak ada salat bagi orang yang tidak membaca Al-Fatihah.” (HR Bukhari no. 756 dan Muslim no. 394)

Nab saw. bersabda di hadis yang lain

مَنْ صَلَّى صَلاَةً لَمْ يَقْرَأْ فِيهَا بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ فَهْىَ خِدَاجٌ

“Barang siapa yang melaksanakan salat dan tidak membaca Al-Fatihah di dalamnya, maka salatnya itu kurang.” Perkataan ini diulang sampai tiga kali. (HR Muslim no. 395)

Dari hadis-hadis di atas jelas bahwa di dalam salat kita diwajibkan membaca surah Al-Fatihah yang berarti membaca Al-Qur’an dan harus dalam bahasa Arab. Hal ini dapat dipahami bahwa Al-Qur’an hanya dipandang sebagai Al-Qur’an jika dibaca dalam bahasa Arab. Jika tidak, maka itu hanyalah merupakan terjemahan dan tafsiran arti Al-Qur’an saja.

Belajar Bahasa Arab Adalah Wajib

Karena pentingnya bahasa Arab ini, maka tak heran jika para ulama pun mewajibkan belajar bahasa Arab. Imam Syafi’i pernah berkata,

يَجِبُ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ أَنْ يَتَعَلَّمَ مِنْ لِسَانِ العَرَبِ مَا يَبْلُغُ جُهْدَهُ فِي أَدَاءِ فَرْضِهِ

“Wajib bagi setiap muslim untuk mempelajari bahasa Arab dengan sekuat tenaga agar bisa menjalankan yang wajib”.

Ibnu Taimiyah berkata, “Sudah semestinya untuk Al-Qur’an dan hadis Nabi saw. dipahami lafaznya dengan yang diinginkan Allah dan Rasul-Nya. Bagaimana kalam Allah bisa dipahami? Tentu dengan mempelajari bahasa Arab, dimana bahasa inilah yang dijadikan bahasa dialog dengan kita. Dari pemahaman pada bahasa itulah kita bisa tahu kehendak Allah dan Rasul-Nya.”(Majmu’ah Al-Fatawa, 7: 116)

Ibnu Taimiyah juga berkata,

 “Dan sesungguhnya bahasa Arab itu sendiri bagian dari agama. Hukum mempelajarinya adalah wajib, karena memahami Al-Qur’an dan As-Sunnah itu wajib, dan keduanya tidaklah bisa dipahami kecuali dengan memahami bahasa Arab. Hal ini sesuai dengan kaidah di dalam ilmu ushul fiqh: sebuah kewajiban yang tidak akan sempurna (pelaksanaannya) kecuali dengan melakukan sesuatu (yang lain), maka sesuatu yang lain tersebut hukumnya juga menjadi wajib. Namun di sana ada bagian dari bahasa Arab yang wajib ‘ain dan ada yang wajib kifayah.” 

Baca juga:  Proyek Radikalisme, Perang Melawan Islam

Dari sini dapat disimpulkan bahwa bahasa Arab adalah bahasa agama Islam. Kita tidak akan bisa memahami Al-Qur’an dan hadis dengan pemahaman yang benar dan selamat (dari penyelewengan) kecuali dengan bekal bahasa Arab. Menyepelekan dan meremehkan bahasa Arab akan mengakibatkan lemah dalam memahami agama serta jahil (bodoh) terhadap berbagai permasalahan agama.

Yang Harus Dilakukan Umat Hari Ini

Bahasa Arab adalah bahasa Islam, bukan bahasa radikal. Menjauhkan umat dari bahasa Arab sama saja menjauhkan umat dari ajaran Islam. Maka menuduh bahasa Arab sebagai ciri radikal dan teroris patut diduga sebagai upaya untuk membuat umat ini semakin jauh dari ajaran Islam.

Tentu menjadi hal penting bagi kita untuk terus memberikan edukasi kepada umat bahwa tak perlu takut akan berbagai tuduhan tersebut. Justru itu menjadi pelecut untuk semakin banyak belajar Islam yang dimulai dengan belajar bahasa Arab. Dengan menguasai bahasa Arab, akan menjadi mudah bagi kita untuk mempelajari Al-Qur’an dan hadis, untuk kemudian mengamalkannya.

Dan ini juga akan semakin membuka lebar mata umat, demikianlah kondisi umat tanpa Khilafah. Serangan terhadap Islam dan segala hal yang berkaitan dengan Islam hanya akan terhenti ketika Khilafah tegak karena Khilafah adalah junnah (perisai) yang akan melindungi umat dari segala hal yang membahayakannya. Rasulullah saw. bersabda

إنَّمَا الْإِمَامُ جُنَّةٌ يُقَاتَلُ مِنْ وَرَائِهِ وَيُتَّقَى بِهِ،

“Sesungguhnya al-Imam (Khalifah) itu (laksana) perisai, di mana (orang-orang) akan berperang di belakangnya (mendukung) dan berlindung (dari musuh) dengan (kekuasaan)nya.” (HR Al-Bukhari, Muslim, An-Nasa’i, Abu Dawud, Ahmad).

Bahkan Khilafah akan menjadikan bahasa Arab sebagai bahasa resmi negara, dan menempatkannya dalam posisi yang terhormat sebagai bahasa komunikasi, bahasa ilmu dan sekaligus sebagai bahasa syiar dan dakwah.

Wallahu a’lam bishshawab. [MNews]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.