Ramadan Sedunia

Ramadan di Suriah, Satu Dekade di Pengungsian

MuslimahNews.com, RAMADAN SEDUNIA — Sepuluh tahun sudah konflik terjadi di Suriah. Ratusan ribu muslim Suriah terpaksa menjalani Ramadan di pengungsian di Idlib. Mereka terlantar, kehilangan rumah, tak punya pekerjaan, dan kondisi ekonomi yang memprihatinkan.

Mereka tidak punya persiapan apa pun untuk Ramadan kecuali doa-doa. Harga semua barang telah melonjak sehingga muslim Suriah tidak mampu membeli barang-barang kebutuhan dasar.

Sudah bertahun-tahun anak Suriah tidak merasakan nikmatnya daging. Harga semua barang telah melonjak, membuat sebagian besar pengungsi tidak mampu membeli komoditas dasar.

Foto: akamaized.net

Dulu, sebelum konflik berkecamuk, warga Suriah terkenal dermawan. Pelajar Indonesia yang salat di masjid-masjid di Damaskus turut merasakan kedermawanan mereka. Setelah salat, jemaah yang kaya biasanya gemar memberikan uang yang diawali dengan sapaan, obrolan hingga salam tempel perpisahan. Jumlah uang yang diberikan sekitar 500 Lyra atau lebih. Jika pemberian itu ditolak, sang pemberi akan kecewa.

Tak hanya orang kaya, para pedagang di Suriah juga terkenal dermawan. Mereka sering memberikan diskon pada para pelajar, membolehkan berutang, atau malah memberikan secara gratis.

Sebagai gantinya, mereka minta didoakan. Sikap dermawan ini merupakan karakter mayoritas penduduk Suriah, baik yang kaya maupun biasa. Sayangnya, dengan kondisi ekonomi yang sulit seperti saat ini, kedermawanan itu tak bisa terwujud.

Baca juga:  [News] Anak-Anak Suriah Dibunuh, lalu Kapan Mereka Akan Didukung?
Foto: detik.net.id

Namun masyarakat Suriah tetap berupaya agar tidak meminta-minta, meski kondisi mereka sangat sulit. Dulu mereka memiliki tradisi iftar bersama dengan kerabat, tapi kini tradisi itu tak bisa dilakukan rasa enggan untuk merepotkan orang lain.

Meski masih dalam suasana konflik, umat Islam di Suriah tetap berupaya menyambut Ramadan dengan ceria. Banyak pasar malam digelar dan dipenuhi dengan keluarga-keluarga yang berbelanja. Tradisi yang juga masih diteruskan adalah hakawati atau pendongeng. Mereka menceritakan kisah mitos, pahlawan, dan dongeng, serta cerita dari Al-Qur’an.

Masyarakat Suriah umumnya berbuka dengan berbagai jenis makanan seperti sup, beragam salad (fatoush), roti spesial Ramadan, aneka hidangan daging, buah-buahan, dan makanan penutup tradisional.

Foto: tmpo.co

Salah satu hidangan populer di Suriah yang biasanya dimakan saat berbuka adalah foul. Yaitu kacang fava yang dimasak bersama minyak zaitun, perasan lemon, bawang bombai, bawang putih, tomat, peterseli, tahini, dan jinten. Foul biasanya disantap bersama roti.

Selain itu, ada pula kibbeh yang menjadi camilan saat berbuka. Kibbeh terbuat dari roti tradisional yakni burghul, daging giling, bawang, dan rempah-rempah. Makanan khas Timur Tengah ini berbentuk seperti kroket goreng berbentuk torpedo yang diisi daging sapi atau domba cincang.

Baca juga:  Warga Ghouta dalam Kendali Assad: Diperkosa Hingga Dipaksa Jadi Tentara

Kuliner nikmat ini kini sulit diperoleh rakyat Suriah. Kebiadaban Bashar Assad telah menjadikan Ramadan di Suriah tak lagi seperti dulu. Desing peluru dan dentuman bom telah meluluhlantakkan segalanya. [MNews/Rgl]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *