Bagaimana Rasulullah ﷺ Membahagiakan Keluarga?
Penulis: Najmah Saiidah
MuslimahNews.com, KELUARGA — Kehidupan pernikahan adalah kehidupan yang memberi ketenangan, sehingga terjalin persahabatan yang penuh kebahagiaan dan ketenteraman antara pasangan suami-istri, selanjutnya menaungi seluruh anggota keluarga.
Inilah yang terjadi dalam rumah tangga Rasulullah ﷺ. Hal ini tergambar dalam hadis Rasulullah ﷺ.
Dari Ibnu Abbas, Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya aku akan berhias untuk istriku, sebagaimana ia berhias untukku. Aku suka jika ia menyampaikan secara bersih segala apa yang merupakan hakku atasnya sebagaimana aku menyampaikan secara bersih apa-apa yang menjadi haknya atasku.”
Karenanya Allah berfirman, “Dan para wanita memiliki hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang makruf.”
Dari Ibnu Abbas, “Hak istri adalah persahabatan dan pergaulan yang baik dari suami terhadapnya setimbang dengan kewajibannya berupa ketaatan kepada suaminya.”
Baginda Rasulullah ﷺ. merupakan pribadi yang penyayang, sangat melindungi dan mencintai keluarganya.
Dalam hadis yang diriwayatkan Imam At-Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ibnu Hibban, Rasulullah ﷺ. bersabda, “Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap keluarganya. Dan akulah yang paling baik di antara kalian dalam bermuamalah dengan keluargaku.”
Hadis ini menegaskan bagaimana perlakuan dan perhatian beliau terhadap keluarga sangatlah besar.
Penuh dengan cinta kasih, akhlak terpuji, hingga kebahagiaan menaungi keluarga Rasulullah ﷺ.
Lalu, bagaimana Rasulullah ﷺ. membahagiakan keluarga dan istrinya?
- Bergaul secara makruf dengan seluruh anggota keluarga
Allah telah memerintahkan agar suami bergaul dengan istrinya dengan cara yang makruf, sebagaimana layaknya seorang sahabat secara sempurna.
Memberikan hak-haknya, nafkah dan mahar baginya, tidak bermuka masam di hadapan istrinya dan sebaliknya, dan tidak menampakkan kecenderungan kepada wanita lain.
Firman Allah Swt.
“Dan bergaulah dengan mereka secara patut. Kemudian jika kamu tidak menyukai mereka maka bersabarlah karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.” (QS An-Nisaa’: 19)
Rasulullah ﷺ teladan terbaik, bergaul dengan makruf kepada keluarganya. Dari Muawiyah al-Qusyairi, Nabi pernah ditanya,
“Apakah hak seorang wanita atas suaminya?” Rasulullah menjawab, “Engkau memberinya makan jika engkau makan dan engkau memberi pakaian jika engkau berpakaian. Janganlah memukulnya pada wajah, jangan mencaci maki dan jangan menjauhinya, melainkan dalam rumah.” (HR Ahmad, Abu Daud, dan Ibnu Majah)
Rasulullah ﷺ adalah sosok penyayang terhadap keluarganya dan ramah kepada anak-anak. Anas bin Malik berkata,
“Aku belum pernah melihat seseorang yang lebih sayang kepada keluarga, selain Rasulullah.”
Keakraban beliau kepada keluarga diabadikan dalam hadis. Pernah Rasulullah mencium cucunya, Hasan bin Ali.
Kejadian itu disaksikan al-Aqra‘ bin Habis, ia pun berkomentar,
“Aku memiliki sepuluh orang anak, tapi tak ada satu pun yang biasa kucium.” Rasulullah ﷺ menoleh ke arahnya dan menjawab, “Siapa yang tak sayang, maka tak disayang.” (HR Bukhari dan Muslim)
- Berbincang-bincang dengan istrinya sebelum tidur
“Adalah dahulu Nabi ﷺ jika berkumpul bersama Aisyah ra di malam hari maka Rasulullah berbincang-bincang dengan putri Abu Bakar ra..” (HR Bukhari)
Hadis ini menunjukkan bahwa suami yang baik adalah lelaki yang meluangkan waktunya untuk berbicara dengan istri. Berbincang seputar hal yang bermanfaat.
Entah perkara dunia atau akhirat. Hadis ini juga mengisyaratkan bahwa rumah tangga yang harmonis terwujud manakala terjadi komunikasi yang baik antar anggota keluarga.
Banyak pula periwayatan yang menggambarkan bahwa Rasulullah bergaul dengan sangat baik kepada keluarganya, bersenda gurau dan lemah lembut terhadap mereka.
Rasulullah ﷺ sering kali bercakap-cakap sebentar dengan keluarganya selepas salat isya, sebelum beliau tidur dengan percakapan yang menyenangkan.
Bercengkerama dengan istri dan anak-anak adalah salah satu perkara yang bermanfaat. Bahkan termasuk ibadah.
- Berseri-seri dan Selalu Menjaga Perasaan Istri
Sebagaimana yang dituntut pada istri, maka suami pun harus selalu berseri-seri di hadapan para istrinya dan mampu menjaga perasaannya.
Sebagaimana pesan Rasulullah ﷺ kepada putrinya Fatimah ra., “Wahai Fatimah, Tiada seorang istri yang tersenyum di hadapan suaminya kecuali Allah akan memandangnya dengan pandangan kasih (rahmat),”
Dalam satu riwayat disebutkan, pernah sekali bunda Aisyah ra. merasa amat khawatir lantaran hingga menjelang subuh ia tidak mendapati suaminya, Nabi Muhammad ﷺ, tidur di sebelahnya.
Dengan gelisah, Aisyah pun mencoba berjalan keluar. Ketika pintu dibuka, Aisyah merasa terkejut. Sebab, ia menemukan Rasulullah ﷺ sedang tidur di depan pintu.
Aisyah pun lantas bertanya, “Wahai Nabi Allah, mengapa engkau tidur di sini?”
Kemudian Rasulullah menjawab, “Aku pulang larut malam. Karena khawatir mengganggu tidurmu, aku tak tega mengetuk pintu. Itulah sebabnya aku tidur di depan pintu,” jawab Rasulullah.
Begitulah cara nabi memperlakukan istrinya.
- Berbicara Perlahan dan dibumbui panggilan dan kata-kata indah
Sebagaimana yang telah diriwayatkan dari bunda Aisyah ra.,
“Rasulullah tidaklah berbicara seperti yang biasa kamu lakukan (yaitu berbicara dengan nada cepat). Namun beliau berbicara dengan nada perlahan dan dengan perkataan yang jelas dan terang lagi mudah dihafal oleh orang yang mendengarnya.” (HR Abu Daud)
“Tutur kata Rasulullah sangat teratur, untaian demi untaian kalimat tersusun dengan rapi, sehingga mudah dipahami oleh orang yang mendengarkannya.” (HR Abu Dawud)
Rasul menyapa istrinya dengan sapaan hangat dan baik. Rasul menyapa Khadijah dengan sebutan ya habibi, wahai kekasihku.
Begitu juga dengan Aisyah yang disapa dengan ya humaira’, wahai wanita yang pipinya kemerahan. Rasulullah berpesan kepada para suami agar tetap bersabar menghadapi sikap para wanita yang kurang disukai.
“Janganlah marah (laki-laki Muslim/suami) kepada seorang wanita Muslimah (istri). Jika tidak menyukai perangai darinya, maka sukailah perangai lainnya.”
Betapa indah, jika suami istri bisa mengamalkan teladan mulia ini. Jika itu terjadi, maka sungguh kebahagiaan rumah tangga akan semakin sempurna.
Berbicaralah dengan perlahan dan jelas. Jangan terburu-buru, sehingga apa yang diucapkan menjadi tidak jelas didengar oleh pasangan.
Sebab, tidak sedikit pertengkaran terjadi karena salah paham yang bermula dari pembicaraan yang tidak jelas.
- Berdiskusi dan Meminta Pendapat Istrinya
Semasa hidupnya, Rasulullah biasa berbincang dengan para istri beliau. Bahkan terkadang beliau membahas berbagai persoalan penting dengan mereka.
Sesungguhnya Rasulullah hendak memberi pelajaran kepada umat Islam tentang posisi penting yang dimiliki kaum wanita.
Sebuah peristiwa besar yang selalu kita ingat, yaitu Perjanjian Hudaibiyah. Perintah Allah yang berasal dari wahyu, yang tidak dapat dipungkiri terasa berat bagi Rasulullah dan juga sebagai hantaman bagi para sahabat, sehingga mereka tidak bersegera menyambut perintah Rasulullah ﷺ.
Ketika melihat para sahabat enggan memenuhi perintahnya, Rasulullah pun masuk ke dalam tenda beliau dan meminta saran kepada Ummul Mukminîn, Umm Salamah ra..
Beliau menyampaikan pendapatnya dengan penuh hormat, “Wahai Nabiyullah Sebaiknya engkau keluar dan jangan bicara pada siapa pun, tetapi langsung sembelih saja hewan korbanmu. Setelah itu panggillah orang yang biasa mencukur rambut dan bercukur.”
Maka Rasulullah pun melakukannya, tidak lama kemudian para Sahabat yang melihatnya, langsung bangkit untuk menyembelih kurban dan kemudian saling bercukur.
Akhirnya para sahabat menyadari ini merupakan wahyu dari Allah Swt..
- Rasulullah suka membantu pekerjaan rumah tangga
Aisyah binti Abu Bakar pernah ditanya oleh salah seorang sahabat.
“Apakah yang Nabi lakukan ketika berada di rumah bersama istri-nya?” Kemudian Aisyah menjawab, “Dahulu Nabi biasa membantu pekerjaan rumah keluarganya” (HR Bukhari)
Suami yang baik adalah lelaki yang tidak sungkan membantu istri menggarap pekerjaan rumah tangga. Mengerjakan pekerjaan rumah tangga juga sesungguhnya bukanlah sesuatu yang merendahkan derajat suami.
Istri akan semakin mencintai suaminya apabila senantiasa mendapat bantuan dari suami dalam pengerjaan kewajiban-kewajibannya di dalam rumah.
- Rasulullah tidak pernah membenci istrinya
Rasulullah ﷺ bersabda, “Janganlah seorang mukmin benci kepada seorang wanita mukminah (istrinya), jika ia membenci sebuah sikap (akhlak) istrinya maka ia akan rida dengan sikapnya (akhlaknya) yang lain.” (HR Muslim)
Berkata An-Nawawi, “Yang benar adalah Rasulullah melarang, yaitu hendaknya dia tidak membencinya karena jika mendapati sikap (akhlak) yang dibencinya pada istrinya maka ia akan mendapati sikapnya yang lain yang ia ridai. Misalnya wataknya keras namun ia wanita yang taat beribadah, atau cantik, atau menjaga diri, atau lembut kepadanya, atau (kelebihan-kelebihan) yang lainnya.”
Suami yang paling sedikit mendapat taufik dari Allah dan yang paling jauh dari kebaikan adalah seorang suami yang melupakan seluruh kebaikan-kebaikan istrinya, atau pura-pura melupakan kebaikan-kebaikan istrinya dan menjadikan kesalahan-kesalahan istrinya selalu di depan matanya.
- Menghibur kesedihan istri
“Suatu saat Shafiyah safar bersama Rasulullah, saat itu adalah hari gilirannya. Dia ketinggalan (rombongan) karena untanya berjalan lambat, lalu menangis. Maka Rasulullah datang mengusap air mata Shafiyah dengan kedua tangannya kemudian berusaha membuatnya berhenti menangis.” (HR Nasa’i)
Pelajaran yang diambil dari hadis ini adalah bahwa menghibur istri dan berusaha menghilangkan kesedihan dan kesusahan istri adalah sesuatu yang disyariatkan Islam.
Suami yang baik tidak akan tahan dan tinggal diam manakala melihat istrinya menangis atau bersedih hati.
Demikianlah realitas kehidupan pernikahan Rasulullah ﷺ, yang tergambar dalam hadis-hadis Rasulullah ﷺ.
Sebuah kehidupan pernikahan yang penuh dengan kecintaan dan kasih sayang, saling memberikan ketenangan dan ketenteraman yang satu dengan yang lainnya.
Rasulullah ﷺ, sebagai suami menjadi sahabat yang sempurna bagi para istrinya dan ayah yang baik bagi anak-anaknya. Bergaul dengan makruf terhadap seluruh anggota keluarganya.
Bagaimana Rasulullah ﷺ membahagiakan istri dan keluarganya sangat luar biasa. Ini semua menjadi teladan bagi kita semua.
Semoga Allah memberikan kemudahan bagi kita untuk selalu berupaya dan mampu meneladani Rasulullah ﷺ dalam segala hal.
Termasuk dalam kehidupan berumah tangga, sebagai bukti kecintaan kepada Allah dan Rasul-Nya. Aamiin. Wallahu a’lam bishshawwab.[MNews/Juan]