Tapak Tilas

[Tapak Tilas] Mengambil Hikmah dari Lembah Badar

Oleh: Siti Nafidah Anshory, M.Ag.

MuslimahNews.com, TAPAK TILAS – 17 Ramadan tahun kedua hijriah (624 M) adalah tanggal bersejarah bagi umat Islam. Di hari itu, sebuah peperangan besar terjadi di suatu lembah bernama Badar. Al-Qur’an pun sampai mengabadikan momen itu dengan sebutan Yaumul Furqan (hari pembeda hak dan batil).

Perang ini kelak disebut dengan Perang Badar Pertama. Sebuah perang yang menandai strategi politik baru perjuangan meneguhkan dan menyebarkan Islam. Sekaligus menjadi batu uji bagi loyalitas dan komitmen kaum muslimin dalam menjaga kehormatan agama dan eksistensi negara mereka yang baru dua tahun saja tegak di Madinah.

Bukan Karena Dorongan Dendam

Beberapa hari sebelumnya, tepatnya tanggal 8 Ramadan, Nabi saw. bersama rombongan para sahabatnya keluar dari kota Madinah. Dalam kitab Ad-Daulah Al-Islamiyah karya Syekh Taqiyuddin An-Nabhani disebutkan, rombongan tersebut berjumlah 305 orang, ditambah 70 orang berkendaraan unta yang ditunggangi secara bergiliran.

Mereka berangkat dengan target operasi menghadang kafilah dagang Abu Sufyan yang baru pulang dari negeri Syam di daerah yang disebut sumur Badar (sumur Rauha). Yaitu tempat yang biasa disinggahi kafilah yang hendak pergi atau pulang dari Syam, dan berjarak sekitar 80 km dari kota Madinah.

Sebelumnya, Rasulullah berupaya menghadang kafilah ini saat mereka berangkat menuju Syam. Namun tidak berhasil. Sehingga beliau berkehendak mencegatnya kembali saat rombongan itu pulang menuju Makkah. Tentu dengan membawa laba yang sangat besar.

Sebagaimana diketahui, saat umat Islam berhijrah ke Madinah, banyak harta benda yang mereka tinggalkan di Makkah dan dirampas oleh orang-orang kafir Quraisy. Beberapa waktu sebelumnya, orang-orang Quraisy pun telah menebarkan fitnah ke seluruh bangsa di jazirah, bahwa umat Islam telah melanggar konvensi bangsa Arab. Yakni melakukan pembunuhan di bulan suci berkaitan dengan ekspedisi Abdullah bin Jahsyi.

Inilah yang -menurut Muhammad Husain Haekal dalam bukunya Sejarah Hidup Muhammad (terj.)– menjadi pertimbangan baginda Nabi Saw untuk membangun strategi politik baru dalam menghadapi kekuatan kafir Quraisy yang senantiasa memusuhi Islam.

Apalagi para penguasa bangsa Quraisy telah menjadi penghalang fisik bagi penyebaran risalah Islam yang harus dihadapi dengan aktivitas fisik pula. Yakni dengan strategi perang, yang syariatnya baru saja ditetapkan.

Bagi Quraisy, Ini Urusan Harta dan Kehormatan

Perang ini melibatkan nyaris seluruh penduduk Makkah mengingat mereka menyimpan saham dalam bisnis yang dipimpin Abu Sofyan tadi. Muhammad Husein Haikal menyebut, tak ada penduduk laki-laki dan perempuan yang bisa memberi saham yang tidak turut serta dalam bisnisnya. Hingga omset seluruhnya mencapai jumlah 50.000 dinar (1 dinar setara dengan 4,25 gr emas murni).

Tak heran ketika para informan mengabari ancaman yang datang dari kaum Muslim, orang-orang Quraisy tergerak untuk turut menyelamatkan harta mereka. Lalu di bawah kendali Abu Jahal, mereka memobilisasi kekuatan untuk menghadapi umat Islam dalam kondisi siaga perang.

Kabar mobilisasi kekuatan musuh ini diterima oleh Nabi Saw. saat beliau dan rombongan sudah sampai di sebuah wadi bernama Dzafiran. Maka, beliau pun mulai mempersiapkan diri untuk menghadapi sebuah perang besar. Terutama menyangkut kesiapan mental para sahabatnya dan strategi yang akan diambilnya.

(Foto kawasan Badar sebelum penataan)

Maka ketika beliau qana’ah (merasa tenteram) dengan komitmen para sahabat, khususnya dari kaum Anshar, berangkatlah mereka menuju lembah Badar yang akan dijadikan sebagai medan pertempuran. Lembah ini berjarak sekira 130 km dari kota Madinah.

Sebagai catatan, kaum Anshar sejatinya tak memiliki persoalan dengan kaum Quraisy. Namun mereka paham, bahwa perang ini bukanlah ajang pembalasan dendam, melainkan perang membela kemuliaan Islam, negara Islam dan keberlangsungan risalah Nabinya.

Hal ini tampak dari ungkapan Sa’ad bin Mu’az saat melihat Rasulullah Saw. tampak menanti pendapatnya tentang perang itu.

Beliau berkata, “Kami sungguh-sungguh mengimani dan membenarkanmu. Kami bersaksi bahwa apa yang engkau datangkan adalah benar. Atas dasar itu, kami memberikan kepada engkau janji dan kebulatan tekad untuk selalu mendengar dan menaati engkau. Karena itu, lakukanlah wahai Rasulullah apa yang engkau inginkan, maka kami tetap bersama engkau. Demi Zat Yang mengutus engkau, seandainya engkau mengajak kami menyeberangi lautan ini, lalu engkau terjun ke dalamnya, pasti kami turut terjun bersama engkau. Tidak seorang pun dari kami yang akan berbalik dan kami tidak benci jika besok hari engkau mempertemukan kami dengan musuh kami. Sesungguhnya kami pasti sabar dalam peperangan, benar dalam pertemuan. Semoga Allah memperlihatkan kepadamu sesuatu dari kami yang dapat menenangkan matamu. Berjalanlah bersama kami dengan naungan berkah Allah.”

Ungkapan ini tentu saja menggembirakan Rasulullah, sehingga dikatakan bahwa wajahnya begitu bercahaya karena gembira.

Urgensi Perang Badar bagi Umat Islam

Di lembah badar inilah, beliau saw. mulai menggencarkan aktivitas mata-mata mencari kabar tentang pergerakan dan kekuatan musuh. Hingga diperoleh kabar bahwa musuh mengerahkan kekuatan besar. Yakni antara 900-1.000 orang pasukan.

Bahkan mendapati informasi, bahwa para bangsawan Quraisy pun turut serta dalam peperangan. Itu artinya selain kaum muslimin harus berhadapan dengan musuh yang kekuatannya tiga kali lebih besar, beliau pun menyebutkan bahwa Makkah telah memberikan sepotong hatinya kepada mereka.

Lembah Badar sendiri waktu itu dikenal sebagai tempat pesta tahunan. Sehingga, apa yang akan terjadi di lembah ini akan menentukan image kedua belah pihak di hadapan bangsa-bangsa Arab.

Bagi orang Quraisy, kemenangan di perang ini akan menyelamatkan muka mereka dari label pengecut. Mengingat sebetulnya kafilah Abu Sofyan dan harta mereka sudah lolos dari incaran Rasulullah dan rombongannya. Mereka bisa saja berbalik ke belakang. Namun mereka tak mau dianggap sebagai pecundang.

Tentu saja mereka bertekad untuk menang. Bahkan begitu optimis menang sehingga mereka sengaja membawa anak-anak dan istri-istri mereka, berikut harta-harta mereka ke medan perang.

Lalu di Badar mereka merencanakan akan tinggal selama tiga malam sambil berpesta pora dengan makan-makan, pesta khamr dan biduan-biduan. Tujuannya, agar dikagumi bangsa Arab dan demi menakut-nakuti umat Islam.

“Semua suku Arab akan mendengar bagaimana kita akan maju ke depan dengan segala kemegahan kita, dan mereka akan mengagumi kita untuk selama-lamanya.” Itulah ungkapan Amr bin Hisyam, salah satu pemuka dari mereka.

Sementara, bagi kaum muslimin, perang ini adalah peluang untuk meneguhkan diri di hadapan musuh agama. Sehingga sekalipun sudah kehilangan peluang mendapatkan harta, tapi mereka punya visi yang jauh lebih besar; memenangkan peperangan demi meraih kemuliaan Islam.

Dalam peristiwa ini kita dapati begitu banyak pelajaran. Tentang kepemimpinan, tentang kecintaan, komitmen dan loyalitas, tentang pentingnya musyawarah, tentang strategi perang, tentang pemetaan potensi dan kerja sama tim, tentang pengorbanan, dan lain-lain.

Demi memenangi peperangan, beliau saw. tak sungkan-sungkan menerima saran seorang sahabat bernama Hubab Bin Mundzir Bin Jamuh, terkait tempat yang harus dipilih sebagai basis pertahanan. Juga menerima usul Sa’ad Bin Mu’az tentang posisi pusat komando Rasul saw. yang harus aman dan bagaimana memetakan orang-orang sesuai kebutuhan dan strategi memenangi perang.

Hingga tibalah waktunya saat-saat yang dinantikan. Diawali perang tanding antara wakil terbaik di kedua belah pihak, hingga akhirnya berujung perang yang melibatkan seluruh pasukan dan persenjataan dalam jumlah yang tidak imbang.

(Gambar ilustrasi dari film ArRisalah)

Di sinilah kekuatan ruhiah begitu tampak. Berbekal keyakinan dan doa Rasulullah, kaum muslimin bertempur habis-habisan melawan kaum Quraisy. Saat itu Rasulullah berdoa dengan doa yang menggentarkan:

اللَّهُمَّ هَذِهِ قُرَيْش قَدْ أَتَتْ بِخُيَلَائِهَا وَفَخْرهَا ، تُجَادِل وَتُكَذِّب رَسُولك , اللَّهُمَّ فَنَصْرك الَّذِي وَعَدَّتْنِي اللهُمَّ إِنْ تُهْلِكْ هَذِهِ الْعِصَابَةَ مِنْ أَهْلِ الْإِسْلَامِ ، لَا تُعْبَدْ فِي الْأَرْضِ

“Allahumma ya Allah. Kaum Quraisy kini datang dengan segala keangkuhannya, berusaha mendustakan Rasul-Mu. Ya Allah, pertolongan-Mu juga yang Engkau janjikan kepadaku. Ya Allah, jika pasukan Islam ini binasa, tak lagi ada ibadah kepada-Mu di muka bumi.”

Di saat sama, beliau pun terus menyemangati para sahabatnya dengan ungkapan:

والذى نفس محمد بيده لايقاتلهم اليوم رجل فيقتل صابرا محتسبا مقبلا غير مدبر إلا أدخله الله الجنة

“Demi Dia yang memegang hidup Muhammad, setiap orang yang sekarang bertempur dengan sabar, bertahan mati-matian, terus maju dan pantang mundur, lalu ia tewas, maka Allah akan menempatkannya di dalam surga”.

Ungkapan inilah yang memicu para sahabat kian bersemangat menjemput syahid. Hingga digambarkan, kekuatan mereka meningkat melebihi semangatnya. Hingga kekuatan seorang dari mereka setara dengan dua orang, bahkan sama dengan sepuluh orang.

Hal ini diabadikan dalam Al-Qur’an,

يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ حَرِّضِ الْمُؤْمِنِينَ عَلَى الْقِتَالِ ۚ إِنْ يَكُنْ مِنْكُمْ عِشْرُونَ صَابِرُونَ يَغْلِبُوا مِائَتَيْنِ ۚ وَإِنْ يَكُنْ مِنْكُمْ مِائَةٌ يَغْلِبُوا أَلْفًا مِنَ الَّذِينَ كَفَرُوا بِأَنَّهُمْ قَوْمٌ لَا يَفْقَهُونَ

“Hai Nabi, kobarkanlah semangat para mukmin untuk berperang. Jika ada dua puluh orang yang sabar di antaramu, niscaya mereka akan dapat mengalahkan dua ratus orang musuh. Dan jika ada seratus orang yang sabar di antaramu, niscaya mereka akan dapat mengalahkan seribu dari pada orang kafir, disebabkan orang-orang kafir itu kaum yang tidak mengerti.” (QS Al-Anfal: 65)

Berujung Kemenangan

Perang ini terjadi demikian heroik dan dahsyat. Dan Allah SWT menunaikan janjinya dengan menolong kaum muslimin dan memenangkan mereka. Ribuan malaikat bahkan malaikat Jibril diturunkan untuk membantu pasukan Muslim. Hingga pasukan musuh kocar-kacir dan pulang dengan membawa rasa malu dan dendam yang makin besar.

Kemenangan ini tentu membawa pengaruh besar. Kekuatan dan ketangguhan kaum Muslim pun semakin meningkat baik di dalam kota Madinah yang berhadapan dengan Yahudi dan munafikin. Maupun di hadapan bangsa-bangsa Arab lainnya.

Sementara bagi bangsa Quraisy kekalahan ini menjadi warning untuk lebih serius melakukan persiapan guna menebus kekalahan besar di Badar dan menghadapi ancaman yang tak bisa lagi disepelekan. Perang Badar benar-benar membuat mereka kehilangan banyak hal. Harta, nyawa puluhan orang, dan kehormatan yang selalu dibangga-bangga.

Hari ini, jejak perang Badar hanya tampak berbentuk kompleks makam. Sederhana dan terkunci rapat di dalam benteng yang bersahaja. Tak ada yang tahu pasti berapa jumlah jasad syuhada yang dimakamkan di sana, meski ada yang mengatakan jumlahnya sekira 14 orang. Namun jejak semangatnya akan tetap menginspirasi orang-orang beriman di sepanjang jaman. Bahwa keimanan, berimplikasi ketaatan dan pengorbanan. [MNews/Juan]

Kisah disarikan dari berbagai sumber, berikut juga foto-fotonya.

One thought on “[Tapak Tilas] Mengambil Hikmah dari Lembah Badar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *