[Editorial] Moderasi Islam Menyasar Milenial
MuslimahNews.com, EDITORIAL — Pelibatan generasi muda dalam penguatan moderasi beragama sedang terus digencarkan pemerintah. Targetnya adalah dalam rangka mencegah dan menanggulangi paham radikalisme dan terorisme yang digadang-gadang sebagai ancaman serius dan berbahaya bagi bangsa ini.
Dengan upaya ini, diharapkan nuansa keberagamaan kaum milenial bisa lebih ramah, santun dan toleran, serta mengedepankan kedamaian; bukan kebencian, hoaks atau tindakan kekerasan yang mengatasnamakan agama.
Pengarusutamaan gagasan Islam moderat di kalangan milenial ini sejalan dengan klaim bahwa terorisme dan radikalisme kian memapar entitas potensial ini. Kasus yang menimpa laskar FP1, penangkapan besar-besaran teroris milenial di daerah Lampung, serta temuan video pelatihan militer pemuda Jamaah Islamiyah baru-baru ini seakan mengonfirmasi semua klaim tadi.
Hal ini lalu dikuatkan dengan hasil survei PPIM UIN Jakarta beberapa waktu lalu yang menyebut ide-ide radikal sudah menjamur melalui media sosial yang mayoritas penggunanya adalah kaum milenial. Sehingga pemerintah merasa berkepentingan untuk memastikan lebih banyak pemuda yang aktif di media sosial turut terlibat dalam melawan ide-ide radikal dengan mengadopsi gagasan moderasi Islam.
Siapa pun bisa melihat, istilah radikalisme atau Islam radikal sesungguhnya tertuju pada gagasan-gagasan Islam kaffah dan dakwah penegakan Khilafah. Di mana gagasan-gagasan ini kian terbuka dibincangkan di tengah umat termasuk di kalangan milenial yang kian jengah atas merebaknya fakta buruk yang dihasilkan sistem hidup sekuler demokrasi yang sedang mengungkung kehidupan mereka.
Tak heran jika para penjaga sistem ini, termasuk para penguasanya, terus memosisikan gagasan Islam kaffah, Khilafah, dan para pengembannya sebagai musuh bersama. Sekaligus distigma sebagai biang kerok persoalan bangsa yang harus diberangus hingga ke akar.
Maka, tak kurang-kurang upaya rezim untuk menjegal dakwah Islam kaffah dan Khilafah ini. Mulai dari stigmatisasi, monsterisasi, bahkan kriminalisasi ajaran Islam.
Tak hanya itu, upaya persekusi, alienasi, bahkan persekusi dilakukan kepada para pengembannya, dengan target menjauhkan umat dari gagasan Islam kaffah dan penegakan Khilafah.
Rezim penguasa bahkan juga berusaha menghapus ingatan umat—terutama kalangan milenial—dari semua narasi yang mengandung gagasan, ataupun yang sekadar mengandung diksi Khilafah dengan menghilangkannya dari kurikulum agama dan pelajaran sejarah.
Lalu di saat sama, diaruskanlah narasi Islam moderat yang begitu welcome terhadap nilai-nilai Barat dan ditampilkan sebagai Islam yang ramah. Sementara sebaliknya, ajaran Islam kaffah dan Khilafah terus dipropagandakan sebagai Islam “marah” yang tak layak untuk mereka jamah.
Proyek moderasi Islam dan deradikalisasi kini seakan menjadi primadona kebijakan penguasa hari ini, sejalan dengan proyek penyempurnaan liberalisasi ekonomi di tengah pengukuhan politik oligarki dan politik dinasti.
Mereka tak sungkan-sungkan merangkul berbagai pihak yang dipandang bisa mendukung suksesnya agenda ini. Mulai dari kalangan media massa, para influencer, aktivis ormas, dan ulama liberal, termasuk kaum milenial. Semuanya di-setting sebagai amplifier propaganda anti-Islam kaffah dan anti-Khilafah.
Di pihak lain, screening pun dilakukan atas semua pihak yang diduga rentan menjadi benih penyebarluasan gagasan Khilafah. Hingga penguasa tak sungkan-sungkan melontar gagasan untuk menyertifikasi para ustaz dan ulama. Juga menggagas aplikasi ASN No Radikal yang menjadi alat aduan atas keberadaan ASN yang diduga pro radikal.
Adapun untuk menancapkan paham Islam moderat di kalangan milenial, selain melalui perubahan kurikulum, digagas pula kegiatan-kegiatan inovatif untuk menginfiltrasi pemikiran rusak ini. Misalnya melalui propaganda di media massa dan media sosial, kegiatan-kegiatan seremonial, agenda-agenda super camp, perlombaan-perlombaan, webinar, dan lain-lain.
LEBIH ironis lagi, keseriusan pemerintah melawan dakwah Khilafah yang distigma sebagai paham radikal ini, ternyata tak diikuti dengan kesungguhan mereka dalam menyelesaikan berbagai persoalan umat yang terus bermunculan, termasuk menyangkut kondisi milenial yang potretnya kian tampak buram.
Siapa pun tahu kalangan milenial hari ini mulai tergerus arus deras liberalisasi dan sekularisasi yang mengikis jati diri mereka. Hingga berbagai perilaku rusak dan menyimpang seolah begitu lekat dengan kehidupan sebagian besar milenial.
Free sex, penyimpangan seksual, narkoba, tawuran, kriminalitas remaja, hedonisme, hidup konsumtif, menjadi hal lazim di kalangan milenial dan mengancam masa depan mereka. Mirisnya, di saat yang sama, milenial yang punya girah Islam, lekat dengan Al-Qur’an, dekat dengan masjid dan aktif di Rohis, dicurigai bahkan distigma sebagai pengikut paham radikal dan benih teroris yang membahayakan.
Di pihak lain, krisis politik dan ekonomi yang memicu ketidakadilan, kezaliman, dan perilaku korup seolah tiada henti. Utang pun terus menumpuk, dan Indonesia seolah sulit keluar dari jebakan lubang resesi dan penguasaan aset strategis kapitalis aseng dan asing akibat rusaknya sistem ekonomi dan konspirasi negara-negara imperialis.
Wajarlah jika masyarakat pun makin hilang simpati dan kepercayaan kepada kepemimpinan demokrasi yang selalu diagung-agungkan sebagai konsep politik paling ideal ini.
Mereka bisa menangkap, gencarnya narasi radikalisme dan moderasi Islam hanyalah akal-akalan penguasa untuk menutupi kegagalan menyejahterakan rakyatnya, menutupi kegagalan mengatasi wabah yang korbannya terus bertambah-tambah, serta menutupi jati dirinya sebagai bagian dari penjajah.
SELAIN sebagai kedok penutup bagi kegagalan mewujudkan fungsi negara, umat pun mesti memahami, pemikiran-pemikiran Islam moderat adalah racun pembunuh bagi anak-anak dan para pemuda mereka. Yang saat ditenggak akan hilanglah imunitas dan ketahanan ideologis mereka sebagai umat mulia.
Bahkan mereka, yakni kaum milenial penerus peradaban umat ini akan jauh dari modal kebangkitan yang justru hari ini sangat dibutuhkan. Mereka akan mudah diseret menjadi penggembira, dipecah belah, bahkan diperalat untuk memperpanjang umur penjajahan kapitalisme global. Tak peduli kapitalisme Timur maupun Barat.
Oleh karenanya, umat—termasuk para pemuda—semestinya segera sadar, justru hanya dengan berpegang teguh pada Islam kaffah mereka akan kembali mulia.
Yakni dengan terus berjuang agar bisa segera hidup di atas akidah dan syariat, dalam institusi negara bernama Khilafah Islamiah. Sebuah institusi yang akan menyatukan semua potensi umat melawan hegemoni kekufuran dan hegemoni kapitalisme global.
Mereka pun tak boleh terjebak pada propaganda bahwa Islam kaffah dan semua ajarannya berbahaya. Karena sejatinya tegaknya Islam hanya berbahaya bagi kekuasaan mereka, yang selama ini telah menghisap darah umat, menodai kehormatan umat, bahkan berkehendak menghapus eksistensi umat.
Sungguh, wajib pula bagi kita untuk membongkar kedok mereka, yang tanpa malu memilih tunduk di ketiak penjajah. Sampai-sampai mereka rela mengorbankan agama dan saudaranya demi dunia yang tak seberapa.
Sebagaimana firman Allah Ta’ala,
وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يُعْجِبُكَ قَوْلُهُ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَيُشْهِدُ اللَّهَ عَلَىٰ مَا فِي قَلْبِهِ وَهُوَ أَلَدُّ الْخِصَامِ
“Dan di antara manusia ada orang yang ucapannya tentang kehidupan dunia menarik hatimu, dan dipersaksikannya kepada Allah (atas kebenaran) isi hatinya, padahal ia adalah penantang yang paling keras.” (Al-Baqarah: 204)
Dan firman-Nya,
وَكَذَٰلِكَ جَعَلْنَا لِكُلِّ نَبِيٍّ عَدُوًّا شَيَاطِينَ الْإِنْسِ وَالْجِنِّ يُوحِي بَعْضُهُمْ إِلَىٰ بَعْضٍ زُخْرُفَ الْقَوْلِ غُرُورًا ۚ وَلَوْ شَاءَ رَبُّكَ مَا فَعَلُوهُ ۖ فَذَرْهُمْ وَمَا يَفْتَرُونَ
“Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu setan-setan (dari jenis) manusia dan (dan jenis) jin, sebahagian mereka membisikkan kepada sebagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia). Jikalau Tuhanmu menghendaki, niscaya mereka mengerjakannya, maka tinggalkanlah mereka dan apa yang mereka ada-adakan.” (QS Al An’am: 112). Allaahu A’lam. [MNews/SNA]
Semoga anak2 kaum muslim terlindungi dari opini-opini musuh Islam dan dan segera dpertemukan anak-anak muslim dgn ilmu Islam yang mampu mempersatukan umat Islam hingga umat menjadi kuat dan disegani musuh-musuhnya. Aamiin
Hanya syariat islam yg bs mnghantarkn kebahagian baik di dunia dan akhirat.
Hanya karena kerakusan fan keserkahnlah yg ttp mmpertahankn sstem demokrasi yg bersumber dr manusia yg kita fahami bhw manusia itu siapaun orangny lemah ketrgantungan dan tdk kuat)smg kita mnjd bagian orang yg trus mndakwahkn islam
Saatnya sadarkan umat siapa musuh sejati, islam satu-satunya sistem hidup yang layak dinanti sebagai pengganti sistem rusak sekuler-kapitalis-demokrasi.
Krisis identitas sebagai umat islam
Kapitalis dan liberalis merusak kaum milenial, agar generasi selanjutnya punah,