Lensa Daerah

[Sumut] Masalah Ekonomi Keluarga di Sistem Kapitalis, Ibu Bunuh Tiga Anaknya

MuslimahNews.com, LENSA DAERAH — Ibu muda tega membunuh tiga anak kandungnya dengan cara sadis di Dusun II, Desa Banua Sibohou, Kecamatan Namohalu Esiwa, Kabupaten Nias Utara, Sumatera Utara (Sumut), Rabu (9/12/2020). Tersangka berinisial MT berdalih karena faktor himpitan ekonomi hingga tega membunuh ketiga anak lelakinya menggunakan parang. (sumut.inews.id, 10/12/2020)

Pembunuhan terjadi saat seluruh keluarga pergi Ke TPS untuk mencoblos Pilkada di Nias Utara. Ketiga anak lelakinya nahas tewas dibantai ibu kandungnya sendiri. Ketiga anak lelakinya berinisial YL (5), SL (4), dan DL (2).

Menurut keterangan Humas Polres Nias, Aiptu Yadsen Hulu, ketiga korban dalam keadaan tidak bernyawa dengan luka gorok pada leher. Sementara sang ibu tidur berada di samping ketiga korban tewas dengan kondisi tangan masih memegang parang. Tak lama, ia pun digelandang polisi.

Setelah beberapa hari peristiwa pembunuhan terjadi, MT akhirnya meninggal dunia karena sakit. Dikutip dari Antara, MT tidak mau makan dan minum, lalu mengalami muntah-muntah, sehingga harus dilarikan ke rumah sakit dan akhirnya meninggal dunia.

Bukan baru kali pertama terjadi di Indonesia, kasus ibu membunuh anak kandungnya dan juga membunuh dirinya sendiri. Ekonomi disinyalir selalu menjadi soal utama penyebab tindakan tersebut dilakukan.

Baca juga:  Defisit BPJS Kesehatan: Komplikasi Kezaliman Rezim Demokrasi dan Cacat Bawaan Model Pembiayaan Kesehatan Sekularisme

Pejabat Merasa Miris, Pertanyakan Dana Bansos

Ketua DPD RI AA LaNyalla Mahmud Mattalitti merasa miris atas peristiwa yang terjadi pada ibu muda tersebut. Kemiskinan harus merenggut nyawa anak-anak tidak berdosa sekaligus sang ibu. Bahkan menurut pengakuan suaminya, keluarga mereka sering hanya makan sekali dalam tiga hari karena masalah ekonomi keluarga.

Fakta tragis ini kemudian menjadi indikasi bobroknya penanganan daerah tertinggal seperti Nias Utara, di mana keadaan ekonomi masyarakatnya masih di bawah garis kemiskinan.

Sebagai daerah tertinggal, seharusnya Nias Utara mendapatkan saluran bantuan. LaNyalla pun mempertanyakan penyaluran bantuan sosial oleh Pemda kepada warganya. Ia menilai terjadi penyaluran bantuan sosial (bansos) yang tidak tepat sasaran, hingga warga yang susah makan luput dari perhatian.

Diketahui, anggaran untuk bansos yang telah disediakan pemerintah tahun ini mencapai Rp234,33 triliun, dengan perincian bansos non-Jabodetabek sebesar Rp33,1 triliun. (kabarbisnis24.com).

Oleh sebab itu, patut dipertanyakan ke manakah dana bansos itu disalurkan? Rakyat tetap dalam kondisi miskin kelaparan, dana bansos raib entah ke mana. Sementara para pejabatnya hanya bisa turut berduka cita sembari mengatakan miris.

Nias, Daerah Tertinggal Sejuta Kekayaan SDA

Sebagai wilayah kepulauan, Nias yang berada di Samudera Hindia memiliki potensi sumber daya laut yang luar biasa, termasuk sejumlah pantai yang sangat indah dan alami yang layak menjadi potensi obyek wisata selancar.

Baca juga:  [Editorial] Di Tangan Rezim Neoliberal, Kran Impor Benar-benar Dol dan Ekonomi pun Kian Ambrol!

Bahkan, Gubernur Sumatera Utara, Eddy Rahmayadi berkata, Nias sebagai tempat wisata selancar nomor dua dunia setelah Hawai.

Dilansir dari dkp.sumutprov.go.id, potensi pengembangan Nias ialah penangkapan ikan, pengolahan ikan. Budi daya laut terdiri dari rumput laut, kerapu, dan kakap; budi daya tawar terdiri dari ikan mas, ikan nila, ikan lele, ikan patin, ikan gurame, ikan tawes, dan ikan nilam. Sedangkan budi daya tambak terdiri dari udang vaname, udang windu, kerapu, kakap, dan bandeng.

Belum lagi hasil pertanian yang dikelola masyarakatnya. Seharusnya, warganya tidak mengalami kesulitan ekonomi, apalagi sampai harus menahan lapar karena kemiskinan. Maka ironis sekali ketika masih mendapati keluarga yang hanya makan sekali dalam tiga hari di wilayah yang kaya sumber daya alamnya.

Islam Lindungi Ibu dan Anak dari Masalah Ekonomi

Sering kali tekanan ekonomi memaksa ibu untuk bekerja meninggalkan anaknya. Bahkan tak jarang, hati nurani seorang ibu mati hingga sanggup mengakhiri hidup anak-anaknya dengan cara membunuh mereka. Hal seperti ini hanya bisa terjadi dalam sistem kapitalisme sekuler.

Berbeda bila hidup dalam sistem Islam. Kebutuhan dasar merupakan masalah asasi manusia yang wajib dipenuhi. Karenanya, Islam mewajibkan Negara menyediakan lapangan kerja yang layak agar para kepala keluarga mampu menafkahi keluarganya.

Baca juga:  Gelombang Resesi di Depan Mata, Rakyat Harus Bagaimana?

Tidak akan ada anak yang harus dibunuh karena ibunya yang tak sanggup menahan beban ekonomi. Tidak akan ada orang tua yang stres yang berakibat melakukan tindakan kekerasan pada anak-anaknya. Para ibu dapat fokus menjalankan fungsinya sebagai pengasuh, penjaga, dan pendidik anak.

Selain itu, kaum ibu tidak akan dibebani tanggung jawab nafkah. Anak-anak akan tumbuh serta berkembang dalam keamanan dan kenyamanan, jauh dari segala bahaya yang mengancam. Sebab Negara diatur berdasarkan aturan Islam, sangat kecil kemungkinan rakyat mati kelaparan.

Oleh karenanya, negara saat ini wajib bertanggung jawab menghilangkan penyebab utamanya, yaitu akibat penerapan ekonomi kapitalis. Negara harus berupaya mengakhiri derita ibu dan anak disebabkan kerakusan orang-orang berdasi yang duduk di kursi kekuasaan, hingga lupa diri untuk mengurusi rakyatnya sendiri.

Sistem Islam tersebut hanya akan dapat diterapkan dalam sistem pemerintahan bernama Khilafah, yang harus diupayakan kehadirannya oleh seluruh kaum muslimin. [MNews/Rnd-Gz]

3 komentar pada “[Sumut] Masalah Ekonomi Keluarga di Sistem Kapitalis, Ibu Bunuh Tiga Anaknya

  • Dewina wulansari

    Astaqfirullah…akibat kebobrokan sistem , meluas kemana mana ya…#rindu khilafah

    Balas
  • Ibarat kelaparan di tengah lumbung padi. Kelaparan di tengah kekayaan alam. Sudah saatnya masyarakat terbuka, bahwa kasus ini karena kelalaian pemerintah.

    Balas
  • Rusmiyanti

    Astaghfirullah

    Balas

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *