Sirah Nabawiyah

[Sirah Nabawiyah] Menuju Tegaknya Peradaban Islam

Oleh: Nabila Ummu Anas

MuslimahNews.com, SIRAH NABAWIYAH – Pada musim haji, Mush’ab bin Umair kembali ke Makkah. Suatu malam, Mush’ab bin Umair menemui Rasulullah Saw. Dia melaporkan kepada Rasulullah Saw. semua informasi yang berhasil diperolehnya tentang Madinah dan penduduknya. Tidak ada hal lain yang menjadi pembicaraan di tengah masyarakat Madinah kecuali Islam.

Rasulullah Saw. telah mengetahui dengan jelas orang-orang yang beriman dari penduduk Madinah dan benar-benar yakin akan wajibnya melindungi dan membela Rasulullah Saw. Beliau  sangat gembira mendengar kabar yang cukup banyak dari Mush’ab. Beliau berpikir keras terkait persoalan ini hingga mampu memberikan penilaian secara detail tentang Madinah.

Beda Masyarakat Makkah dengan Madinah

Di Makkah, Rasulullah Saw. telah menghabiskan waktu 12 tahun untuk mengajak penduduknya kepada Allah, berusaha keras menyebarkan risalah Islam. Beliau bersama kelompok dakwahnya mencurahkan segenap kemampuan untuk dakwah dan menanggung beragam jenis penganiayaan.   Akan tetapi masyarakat tetap membatu dan dakwah menemui jalan buntu.

Hati penduduk Makkah sangat keras, jiwa mereka penuh kebencian dan akal mereka membeku bersama masa lalu. Potensi penerimaan terhadap dakwah sangat lemah karena jiwa penduduknya telah dikuasai berhala kemusyrikan. Sementara Makkah adalah pusat berhala.

Risalah Islam terhenti hanya pada orang-orang Makkah yang telah masuk Islam. Kaum muslim banyak mengalami penganiayaan dan perlakuan kejam dari kaum Quraisy Makkah.

Penduduk Makkah lebih senang dengan kehidupan yang mereka jalani. Mereka berusaha keras mempertahankan status quo, terutama para pemuka kekufuran yang ada seperti Abu Lahab, Abu Jahal, dan Abu Sufyan.

Sebaliknya, masyarakat Madinah dalam waktu yang singkat dakwah Mush’ab disambut dengan baik. Islam berkembang dengan kecepatan yang menakjubkan.

Kaum muslim di Madinah tidak menemui penganiayaan sedikit pun. Baik dari kaum Yahudi maupun orang-orang musyrik. Pemikiran dan perasaan masyarakat Madinah terpengaruh dengan Islam.

Rencana Hijrah ke Madinah

Interak-interaksi yang terjadi di Madinah mempengaruhi pemikiran dan perasaan masyarakatnya. Kondisi ini akan memunculkan perubahan dan revolusi, meskipun jumlah pengemban dakwahnya sedikit.

Keadaan ini menjadikan Islam mantap dalam jiwa dan membuka jalan di hadapan kaum muslim.  Karena itu, jelas bagi Rasulullah Saw. bahwa Madinah jauh lebih layak daripada Makkah untuk pengembangan dakwah Islam. Masyarakat Madinah lebih berpotensi sebagai tempat terpancarnya cahaya Islam ke seluruh penjuru dunia.

Berdasarkan hal ini, Rasulullah Saw. berpikir keras untuk hijrah ke Madinah beserta para sahabatnya. Di Madinah mereka akan menemui saudara-saudara muslimnya. Mereka akan memperoleh keamanan di sisi saudaranya tersebut dan selamat dari penganiayaan kafir Quraisy.

Mereka  akan leluasa mengembangkan dan melanjutkan dakwah kepada tahapan praktis yaitu penerapan Islam dan mengemban risalahnya dengan kekuatan negara. Inilah satu-satunya sebab hijrah ke Madinah. Bukan karena Rasulullah Saw. dan sahabatnya sering mendapatkan siksaan, sehingga beliau berpikir untuk hijrah dari Makkah.

Beliau dan pengikutnya memang mengalami berbagai teror dalam aktivitas dakwah di Makkah. Namun kejahatan-kejahatan kafir Quraisy ini tidak pernah bisa melemahkan dakwah sedikit pun. Justru keyakinan akan pertolongan Allah semakin kokoh dan kuat.

Kala itu masyarakat Makkah berpikiran dangkal, berhati bebal, dan berkubang dalam kesesatan. Hal ini berpotensi  melemahkan cita-cita dakwah.

Rasulullah Saw. melihat bahwa dakwah harus dialihkan dari kondisi masyarakat Makkah ke kondisi masyarakat yang lain. Dan Madinah adalah sasaran yang tepat.

Kelompok Masyarakat di Madinah

Secara umum, gambaran masyarakat Madinah akan terdiri dari tiga kelompok:

  1. Orang-orang Arab di antara penduduk Madinah. Kelompok ini benar-benar solid setelah mereka masuk Islam. Dahulu mereka saling bermusuhan dan dilelahkan dengan banyak peperangan.
  2. Orang-orang Yahudi. Mereka kelompok yang tidak dapat dipercaya. Jiwa mereka dipenuhi oleh kebencian terhadap agama baru, yakni Islam. Mereka berusaha menghancurkan Islam dengan cara-cara kotor. Sehingga tidak banyak berharap kepada mereka untuk loyal kepada kepemimpinan Rasulullah Saw. dan Islam.
  3. Kaum muslim Makkah yang akan berhijrah dan datang ke Madinah. Mereka adalah kelompok yang sangat loyal terhadap Rasulullah Saw. dan risalah Islam.

Akan tetapi kelompok ini diliputi oleh kemiskinan. Sebab mereka akan meninggalkan semua hartanya di Makkah. Mereka berkumpul di Madinah untuk turut andil dalam membangun bangunan yang tinggi, sebuah peradaban di dalam Negara Islam di Madinah.

Hijrah ke Habsyi Berbeda dengan Hijrah ke Madinah

Ada perbedaan antara hijrah ke Habsyi dengan rencana hijrah ke Madinah. Hijrah ke habsyi untuk menjauhi siksaan kafir Quraisy. Para sahabat melakukan hijrah dari wilayah yang penuh fitnah untuk menyelamatkan agama mereka.

Memang benar, iman kepada Allah akan menjadikan seorang mukmin mampu mengorbankan dirinya dalam menghadapi ancaman bahaya di jalan dakwah. Akan tetapi, penganiayaan yang terus menerus dan pengorbanan yang tidak henti akan menjadikan seorang mukmin lebih menyibukkan diri dengan kesabaran menahan cobaan. Juga akan memusatkan perhatian terhadap berbagai macam pengorbanan tersebut.

Padahal pengemban dakwah harus berpikir cermat sehingga akan meningkatkan cakrawala pandangnya. Kesadarannya kepada kebenaran akan semakin kuat dan mendalam. Sehingga para sahabat harus hijrah dari wilayah yang penuh fitnah yaitu Makkah ke Habsyi.

Hijrah ke Habsyi secara tidak langsung juga menjadi momentum menyuarakan Islam keluar jazirah arab melalui pengemban dakwah yang beriman.

Adapun hijrah ke Madinah dilakukan agar memungkinkan terjadi perpindahan kondisi dakwah. Berpindah menuju kondisi yang akan menjadikan risalah Islam dapat hidup di tengah-tengah masyarakat yang baru.

Islam tidak hanya agama dalam peribadatan individu. Namun Islam berpengaruh dalam pemikiran dan perasaan masyarakat.

Kehadiran Islam terwujud dalam perilaku dan semua interaksi dalam masyarakat baru di bawah kepemimpinan Muhammad Saw. Beliau berposisi sebagai utusan Allah dan sekaligus sebagai kepala Negara Islam Madinah. Dari sini, Islam akan menyebar luas di seluruh permukaan bumi demi meninggikan kalimat Allah SWT. Wallahua’lam bishshawab. [MNews/Rgl]

Sumber: Sirah Nabawiyah, Sisi Politis Perjuangan Rasulullah Saw., Prof. Dr. Muh. Rawwas Qol’ahji, Al Azhar Press

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *