Persekusi Ulama dan Arah Perubahan yang Seharusnya
Oleh: Kanti Rahmillah, M.Si.
MuslimahNews.com, OPINI – Rezim tampak sangat panik. Kedatangan HRS dari Arab Saudi yang disambut penuh kerinduan oleh jutaan masyarakat begitu paradoks kondisinya dengan demo-demo Omnibus law yang justru menunjukkan kemarahan rakyat pada penguasa.
Kepanikan rezim ini sangat beralasan. Selama ini HRS dikenal sebagai salah satu ulama yang cukup vokal menyerukan amar makruf nahi mungkar. Termasuk menyampaikan kritik pada penguasa, dengan kritik yang sangat tajam.
Kiprahnya dalam menggerakkan aksi-aksi massa kolosal sebagaimana Aksi Bela Islam serta kemampuannya membangun arus opini baru soal kepemimpinan yang lekat dengan isu-isu Islam dalam Pemilu 2019, memang telah membuatnya terposisi sebagai oposan.
Inilah yang diduga kuat melatari berbagai kasus hukum dan kriminalisasi yang dialaminya. Termasuk kasus pelecehan seksual yang tak masuk akal itu, serta kasus pencekalan oleh pemerintah Arab Saudi yang begitu banyak mengundang tanya.
Rezim Mengidap Islamofobia Akut (?)
Sesungguhnya kriminalisasi dan persekusi bukan hanya terjadi pada HRS. Beberapa ulama, ustaz dan aktivis dakwah ,serta ormas yang dikenal kritis dan vokal lainnya pun kerap mengalami kasus yang sama. Sebutlah Ustaz Abdul Somad, Ustaz Felix Siauw, Ustaz Muhammad Ismail Yusanto, HTI, FPI, dan lain-lain.
Wajarlah jika muncul simpulan rezim hari ini adalah rezim anti-Islam, antidakwah nahi munkar, bahkan mengidap islamofobia akut. Sampai-sampai Ustaz Abu Bakar Ba’asir yang sudah sangat sepuh dan tak berdaya pun masih saja dipenjara dengan alasan yang tampak sangat “dipaksakan”.
Sementara mereka yang kerap menista Islam, menghina Nabinya, dan para penyebar kemaksiatan di tengah-tengah masyarakat justru dibiarkan merajalela.
Kondisi ini tampak begitu telanjang. Alih-alih menjauhkan umat dari dakwah Islam dan ulamanya, seluruh propaganda busuk dan stigma yang disematkan rezim terhadap mereka, seperti cap teroris, radikal dan pemecah belah bangsa, justru membuat umat makin mencintai dan mendukung sepenuhnya.
Rupanya begitulah makar Allah SWT bekerja. Apa yang terjadi pada dakwah Islam dan penyerunya, justru makin menguatkan akidah umat dan membuka pintu hidayah bagi siapa saja yang mau berpikir jernih.
Umat justru semakin bisa melihat, siapa sebenarnya yang menciptakan kemudaratan. Ajaran Islam atau penguasa yang tak ingin diusik kepentingannya?
Persekusi Ulama demi Menutup Borok Sebenarnya
Saat ini, banyak yang sepakat penguasa tengah melakukan kejahatan konstitusi dengan mengesahkan Omnibus Law UU Cipta Kerja. Isinya yang nyata berpihak pada korporasi dan prosesnya yang kontroversi, semakin menambah ketidakpercayaan umat terhadap rezim.
Begitu pun ketidakadilan yang dipertontonkan penguasa, bak lelucon sirkus. Peradilan seperti sedang bertekuk lutut di bawah kepentingan oligarki.
Persekongkolan yudikatif, legislatif, dan eksekutif diperlihatkan secara vulgar, dan rasa keadilan telah dirampas gerombolan penguasa yang tak berhati nurani.
Kelakuan busuk mereka tak bisa tertutupi seluruhnya oleh pencitraan media. Medsos telah menelanjangi intrik busuk para pemburu rente dan para penghamba demokrasi sekuler. Inilah yang menjadikan umat, tak lagi menggantungkan harapan pada rezim.
Sungguh, ketidakpercayaan umat terhadap penguasa saat ini telah mengusik kepentingan mereka. Mereka paham, jika Islam tegak, tak ada tempat untuk mereka yang haus akan kuasa dan harta. Maka, sangat wajar jika para ulama yang kini dicintai umat, gerak-geriknya terus diawasi.
Khotbah Jumat dibatasi, materi Khilafah dan Jihad di buku-buku sekolah dihapus, hingga dai-dai pun disertifikasi. Semua adalah upaya mereka menutupi kebangkitan Islam. Semua itu dilakukan untuk membendung kebangkitan Islam.
Namun sungguh sayang, usaha mereka ibarat sedang meludahi matahari, akan berbalik mengotori muka-muka mereka sendiri.
Saatnya Ulama dan Umat Menggagas Perubahan ke Arah Islam
Sejatinya ulama yang lantang dalam menyuarakan kebenaran dan keras perlawanannya terhadap kezaliman, adalah ulama hanif yang harus kita muliakan. Caranya tentu bukan hanya dengan bersyukur atas ilmu yang diberikan, namun dengan menaati ajaran yang disampaikan.
Terlebih ulama adalah pewaris Nabi. Mereka sejatinya merupakan perpanjangan tangan Rasulullah Saw. dalam menyebarkan dakwah Islam ke seluruh alam. Sehingga memuliakan dan mengikuti dakwah para ulama lurus, hakikatnya merupakan manifestasi memuliakan Rasulullah Saw. dan ajarannya.
Sebaliknya, kriminalisasi terhadap mereka dipandang sebagai pelecehan terhadap ajaran baginda besar Rasulullah Saw.
Hanya saja, apa yang terjadi pada para ulama lurus hari ini, serta berbagai kezaliman yang menimpa umat, menunjukkan posisi kaum muslim masih sangat lemah. Hal ini tak lain akibat hilangnya institusi Khilafah Islamiyah yang akan melindungi mereka dan membawa Islam dan umatnya menuju kemuliaannya, melalui penerapan syariat kaffah.
Sejarah membuktikan, saat Khilafah tegak selama 14 abad, umat dalam kondisi mulia dan terjaga. Sepanjang itu pula umat Islam menjadi sebaik-baik umat di antara umat-umat lainnya. Saat itu, tak ada satu pun kepala para pencela agama yang masih terhubung dengan badannya.
Bahkan di masa Khilafah, para penguasa demikian memuliakan para ulama dengan mendatanginya dan meminta nasihatnya. Bukan malah mengkriminalisasi sebagaimana yang jamak terjadi dalam sistem demokrasi yang menyingkirkan agama dari kehidupan.
Memang hanya sistem Khilafah yang menerapkan Islam secara kafahlah yang akan melahirkan pemimpin yang memuliakan ulama dan rakyatnya. Yaitu Pemimpin yang senantiasa menjadikan ulama sebagai penasihat dalam setiap keputusannya.
Oleh karenanya, hari ini umat membutuhkan Khilafah satu-satunya institusi penegak syariat kaffah. Bukan sistem sekuler demokrasi yang nyata-nyata menista Islam dan dakwahnya, bahkan nyata-nyata telah memunculkan kemudaratan luar biasa.
Terkait hal ini, umat betul-betul menunggu arahan ulama yang berani lantang menyerukan dakwah ke arah Islam. Yakni ulama yang siap bergerak mengoreksi penguasa beserta sistem yang diterapkannya. Bukan hanya mengkritik siapa yang memimpin tapi juga berbicara dengan sistem apa dia memimpin, serta bagaimana jalan mewujudkannya.
Hal demikian telah gamblang dijelaskan dalam Al-Qur’an dan Sunah, juga diperjelas dalam kitab-kitab ulama, bahwa memang hanya Khalifahlah yang akan mengurusi umat dengan sistem Khilafah Islam.
Untuk mewujudkannya haruslah dengan metode yang diajarkan Nabi, yaitu jalan umat, bukan jalan demokrasi.
Oleh sebab itu, wahai kaum muslimin, marilah bersama-sama berjuang dengan para ulama akhirat yang senantiasa menyeru pada Islam dan mengamalkan apa yang mereka ajarkan. Karena sesungguhnya, ajaran yang mereka serukan semata bersumber dari Al-Qur’an dan Sunah yang merupakan pegangan umat muslim di dunia. [MNews/Gz]