Waspada Wacana Perempuan Agen Perubahan ala Gender
Oleh: Arum Harjanti
MuslimahNews.com, ANALISIS – Peran perempuan dalam kehidupan adalah satu keniscayaan. Peran perempuan juga nyata-nyata dibutuhkan, tidak hanya oleh anak-anak atau sesama perempuan, namun juga oleh laki-laki.
Oleh karena itu, Islam mendorong perempuan untuk berkiprah dalam kehidupan, menjadi agen perubahan untuk mewujudkan kehidupan yang lebih baik.
Namun tentu saja, bagi muslimah, landasan kiprahnya adalah syariat Allah. Dengan berpegang teguh pada aturan yang sudah ditetapkan Allah, maka kiprah muslimah ini akan membawa kebaikan kehidupan dunia, dengan tetap menjaga kemuliaannya dan tentu saja juga mendapatkan keridaan-Nya. Semuanya itu akan terwujud dalam naungan Khilafah Islamiyah.
Sayangnya, orang-orang kafir tidak ingin para muslimah istiqamah dalam syariat Allah. Karena itu, mereka berusaha menghalangi dengan berbagai cara. Apalagi sejak Khilafah diruntuhkan pada 1924, kaum muslimin tidak lagi memiliki pelindung dan perisai dari berbagai marabahaya yang mengancam eksistensi kaum muslim, termasuk pemikirannya.
Barat menjadikan perempuan muslimah sebagai agen perubahan ala Barat. Jadilah mereka menjerat muslimah dengan racun berbalut madu dalam bentuk kampanye kesetaraan gender.
Kesetaraan gender dinarasikan sebagai solusi berbagai persoalan yang menjerat perempuan, bahkan diyakini dapat memperbaiki pertumbuhan ekonomi dunia bila partisipasi perempuan dalam dunia kerja sama persis seperti laki-laki.[1]
Keberadaan UN Women sebagai lembaga khusus yang mengawal terwujudnya kesetaraan gender di dunia, dianggap memberikan kontribusi yang sangat berarti, sebagaimana dikatakan Camille Wauters yang telah bergabung dengan UN Women sejak 2008.[2]
Barat menjanjikan dunia yang setara pada 2030 dengan menetapkan SDGs, di mana kesetaraan gender menjadi bagian penting di dalamnya.
Sesungguhnya Barat pesimis akan terwujudnya kesetaraan gender, mengingat pasca 25 tahun BPfA, belum ada satu negara pun yang berhasil mewujudkan kesetaraan gender.
Butuh waktu 100 tahun bahkan 257 tahun agar terwujud kesetaraan gender dalam bidang ekonomi. Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya mempercepat peningkatan peran perempuan dalam kehidupan demi terwujudnya dunia yang setara.[3]
Terjadinya pandemi Covid -19 ternyata telah membuat para pegiat gender bangkit semangatnya. Pada awalnya pandemi Covid -19 dirasakan membuat perjuangan mewujudkan kesetaraan gender berbalik ke belakang.
Pandemi ini memperdalam ketidaksetaraan yang sudah ada sebelumnya,[4] dan memberikan dampak yang lebih berat terhadap perempuan,[5] baik dalam hal risiko penularan maupun dampak ekonomi[6] yang dalam jangka panjang dapat membahayakan semua manusia[7]
Namun, saat ini justru dinyatakan bahwa pandemi Covid-19 memberikan harapan baru untuk mewujudkan kesetaraan gender dengan meningkatkan peran perempuan.
Julianna Lai, peneliti magang di Program Asia Tenggara di CSIS menyatakan krisis akibat Covid-19 semakin mengungkap peran besar yang dimainkan perempuan dalam pekerjaan informal, baik dalam pekerjaan perawatan maupun dalam industri.[8]
Bahkan dianggap memainkan peran penting karena mereka menjadi penanggap dan pemimpin pertama saat krisis kemanusiaan terjadi, termasuk dalam pandemi Covid-19 ini.
Oleh karena itu, upaya untuk mendukung gerak mereka sangat mendesak, apalagi para perempuan diyakini telah mengubah kehidupan dan menjadi agen perubahan dalam berbagai aksi kemanusiaan di berbagai penjuru dunia[9] Juga dalam menciptakan ekosistem yang inklusif gender dalam membantu kewirausahaan perempuan, sebagaimana yang diamati Uni Eropa, UN Women, dan mitranya Bopinc dan The DO School[10]
Dalam peringatan World Humanitarian Day 2020 pada 19 Agustus lalu, Direktur Eksekutif UN Women menyatakan bahwa dalam berbagai krisis yang terjadi di dunia, untuk menangani kebutuhan mendesak perempuan dan anak perempuan yang terkena dampak krisis, dibutuhkan upaya untuk memberdayakan perempuan dan meningkatkan kepemimpinan dan keterlibatan mereka dalam memperjuangkan kesetaraan gender.
Kebutuhan itu makin nyata dalam pandemi Covid-19. Lebih-lebih juga terjadi pandemi bayangan berupa kekerasan terhadap perempuan dan anak perempuan, kehilangan mata pencaharian, tidak adanya jaminan pengaman sosial, bahkan juga hambatan partisipasi dan kepemimpinan perempuan.
UN Women sendiri saat ini sudah bermitra dengan lebih dari 750 organisasi yang dipimpin perempuan. Dan khusus dalam menanggulangi pandemi Covid-19 ini, UN Women telah mendukung rancangan dan peluncurannya Jendela Tanggap Darurat Covid-19 khusus, yang telah mendanai 42 organisasi wanita yang bekerja di garis depan penanganan Covid-19 di 18 negara.[11]
Di Indonesia, perempuan juga didorong untuk berkiprah dalam kehidupan. Anggota Komisi IX DPR RI Sri Meliyana mendorong perempuan untuk menjadi energi pembangunan Indonesia, apalagi jumlah perempuan hampir sama dengan jumlah laki-laki.
Oleh karena itu, harus dijadikan kekuatan dan energi baru dalam membangun negara dan diberi ruang untuk berpartisipasi dalam segala hal, termasuk meningkatkan partisipasi perempuan dalam angkatan kerja, yang baru mencapai 54 persen, sementara laki-laki 83 persen.[12]
Perempuan juga perlu dilibatkan dalam kepemimpinan sebagaimana pada pemulihan pasca-konflik di Aceh. Ketua Komnas Perempuan, Andy Yentriyani, mengatakan pelibatan perempuan dalam membina perdamaian sangat penting, apalagi menurut laporan UN Women dalam Global Study 1325, pelibatan 20 persen perempuan akan menambah usia perdamaian selama dua tahun. Bahkan jika sampai 35 persen, perdamaian akan bertambah 15 tahun.[13]
Demikianlah, peningkatan peran perempuan disuarakan di berbagai penjuru dunia, termasuk Indonesia. Namun tentu saja peran perempuan itu dalam arahan UN Women sebagai badan PBB yang mendapat mandat untuk mewujudkan kesetaraan gender di dunia.
Dalam versi UN Women, perempuan menjadi agen untuk mewujudkan masyarakat yang setara. Dalam kondisi belum ada satu negara pun yang berhasil mewujudkan kesetaraan[14] maka langkah ini tentu saja sangat efektif bagi UN Women.
Namun langkah ini justru menghantarkan kehancuran dalam pandangan Islam, karena perubahan yang dikehendaki justru bertentangan dengan Islam.
Kesetaraan gender mengajak manusia untuk taat pada kehendak manusia dalam mewujudkan Planet 50×50, yaitu terwujud kesetaraan penuh antara perempuan dengan laki-laki, termasuk dalam hal kesempatan kerja dan peran politiknya.
Para pegiat gender berpendapat, kesetaraan adalah termasuk hak asasi perempuan sebagai manusia. Hal ini jelas sangat bertentangan dengan Islam yang mengharuskan ketaatan total kepada aturan Allah sebagai Pencipta.
Islam sudah memberikan garis tegas yang mengatur aktivitas perempuan. Islam jelas mendorong perempuan berkiprah dalam kehidupan, bahkan berlomba-lomba melaksanakan kebaikan sebagaimana laki-laki.
Islam juga membolehkan perempuan bekerja dan menghargai jerih payah perempuan sebagaimana laki-laki sesuai dengan keahliannya. Namun Islam juga mewajibkan perempuan untuk mewujudkan peran mulianya sebagai istri dan ibu generasi, peran yang akan menjaga kualitas generasi penerus masa depan umat, sekaligus tetap menjaga kemuliaannya.
Islam juga membolehkan perempuan terlibat dalam berbagai aktivitas politik, namun melarangnya untuk duduk dalam kursi kekuasaan karena Rasulullah Saw. telah memperingatkan, “Tidak akan beruntung suatu kaum, yang menyerahkan urusan kekuasaannya kepada kaum perempuan.”
Barat justru sengaja menyelewengkan arah peran perempuan dalam kehidupan demi mempertahankan hegemoninya di negeri-negeri muslim. Kampanye kesetaraan gender adalah salah satu senjata Barat untuk merusak kaum muslim sebagaimana arahan Rand Corporation.
Organisasi perempuan pegiat kesetaraan gender dijadikan sebagai mitra kerja Barat untuk memasukkan nilai-nilai Barat seperti penerimaan terhadap sumber hukum nonsektarian. Hak Asasi Manusia dan kesetaraan gender, hak untuk berpartisipasi penuh dalam proses politik, termasuk hak untuk memimpin kantor politiknya[15]
Keseriusan Barat dalam menjadikan Kesetaraan gender sebagai alat tampak jelas ketika Barat menjadikan kesetaraan gender sebagai tujuan kelima dalam SDGs, bahkan menjadikan kesetaraan gender sebagai inti dari SDGs dan Agenda 2030, yang menegaskan kesetaraan gender sebagai hak asasi manusia yang fundamental dan landasan yang diperlukan untuk dunia yang damai, sejahtera, dan berkelanjutan.[16]
Dengan kesetaraan gender sebagai asas, sudah pasti akan terjadi perubahan, namun perubahan menuju kehancuran umat manusia, bukan hanya perempuan saja, karena perempuan adalah ibu kehidupan.
Inilah yang perlu diwaspadai para muslimah akan jebakan Barat. Sesungguhnya, tidak ada yang menafikan peran penting perempuan, Islam bahkan juga sangat mendorong perempuan berperan dalam kehidupan.
Sebagai bagian dari masyarakat, yang terdiri dari laki-laki dan perempuan, tentu peran perempuan sangat dibutuhkan, lebih-lebih ada beberapa hal yang khas perempuan yang memang akan lebih tepat ketika ditangani sesama perempuan.
Namun tentu saja peran perempuan muslimah harus sesuai dengan Allah Pencipta manusia, karena Penciptalah yang memahami kondisi masing-masing jenis kelamin.
Oleh karena itu, akan menjadi bencana ketika perempuan diseret menjadi agen perubahan dalam peran yang berbeda bahkan bertentangan dengan ketetapan Penciptanya. [MNews]
[1] https://www.mckinsey.com/featured-insights/employment-and-growth/how-advancing-womens-equality-can-add-12-trillion-to-global-growth
[2] https://asiapacific.unwomen.org/en/news-and-events/stories/2020/08/camille-wauters-we-see-how-positive-these-changes-have-been-for-the-whole-society
[3] https://www.weforum.org/our-impact/gender-gap-accelerators
[4] https://www.unwomen.org/-/media/headquarters/attachments/sections/library/publications/2020/policy-brief-the-impact-of-covid-19-on-women-en.pdf?la=en&vs=1406
[5] https://twitter.com/UN_Women/status/1240342223545339909
[6] https://www.unwomen.org/en/news/stories/2020/3/statement-ed-phumzile-covid-19-women-front-and-centre
[7] https://www.un.org/en/un-coronavirus-communications-team/pandemic-exposing-and-exploiting-inequalities-all-kinds-including
[8] https://www.csis.org/blogs/new-perspectives-asia/covid-19s-gender-problem-informal-southeast-asia
[9] https://www.unwomen.org/en/news/stories/2020/8/feature-women-transforming-lives-through-humanitarian-action
[10] https://asiapacific.unwomen.org/en/news-and-events/stories/2020/08/helping-women-entrepreneurs-in-asia-and-europe-to-thrive-under-lockdown
[11] https://www.unwomen.org/en/news/stories/2020/8/statement-ed-phumzile-world-humanitarian-day-2020
[12] https://www.antaranews.com/berita/1678654/anggota-dpr-sri-meliyana-dorong-perempuan-jadi-energi-pembangunan
[13] https://www.voaindonesia.com/a/perempuan-aceh-dinilai-dapat-memimpin-pemulihan-pascakonflik/5547203.html
[14] http://www.unwomen.org/en/news/stories/2019/5/speech-ed-phumzile-g7-ministerial-meeting
[15] Building Moderate Muslim Networks, Rand Corporation, 2007
[16] https://www.undp.org/content/undp/en/home/librarypage/womens-empowerment/gender-equality-as-an-accelerator-for-achieving-the-sdgs.html#:~:text=Gender%20equality%20lies%20at%20the,peaceful%2C%20prosperous%20and%20sustainable%20world.
Nah, betulll sekali.. Seharusnya peran perempuan harus dikembalikan ke hukum syara’ bagaimana Islam mengaturnya.
Nah, betulll sekali.. Seharusnya peran perempuan harus dikembalikan ke hukum syara’ bagaimana Islam mengaturnya. Karena islam sangatlah memuliakan perempuan
Kkg bertentangan dgn syariat islam
Para penggiat kesetaraan gender hanya memberlakukan kesetaraan gender dalam satu sisi. Tapi pada sisi lain mereka tidak maunada kesetaraan gender. Kembalilah kepada kodratnya sebagaimana Allah telah tetapkan
Ma syaa Allah
Astaghfirullah semakin menjadi2 program dari kapitalisme, semakin menjauhkan wanita dari kodrat dan fitrahnya sebagai perempuan yang mulia dan ummubwaratubait
Hanya Islam yg memuliakan perempuan..
Kaum feminis yang dimotori oleh Barat (kapitalisme) tidak akan pernah berhenti menyuarakan ide kesetaraan gender terutama dikalangan umat Islam yang dianggap merupakan batu sandungan dalam mengkampanyekan ide mereka. termasuk disini menggunakan perempuan sebagai agent of change ala gender. Ide kesetaraan gender tidak dikenal di dalam Islam begitupun gerekan perempuan untuk mengkampanyekan ide ini pun tidak dibutuhkan. Umat hanya hanya membutuhkan penerapan syariat islam secara kaffah karena dengan demikian secara otomatis hak perempuan termasuk jg laki2 akan terpenuhi dan tidak ada peremehan satu dengan yang lainnya.
Saatnya ambil peran sebagai perempuan muslimah yang sesuai dengan Allah Pencipta manusia, karena Penciptalah yang memahami kondisi masing-masing jenis kelamin.
Subhanallah
person wanita Muslimah sdh jls dlm alquran Dan assunnah..
islam memuliakan wanita
Makan akan menjadi bencana ketika perempuan menjadi agen perubahan dalam peran yang berbeda bahkan bertentangan dengan ketetapan Penciptanya.
Mari lakukan perubahan dengan peran dan tugas kita sebagai perempuan…
Maa Syaa Allah Tabarakallah
Kembalikan perempuan kpd fitrahnya sbg ummun warobbatul bait, hanya Islam yg memuliakan perempuan
Peran perempuan muslimah harus sesuai dengan Allah Pencipta manusia, karena Penciptalah yang memahami kondisi masing-masing jenis kelamin.
MasyaaLlah ?
Islam telah menempat kan perempuan di posisi yg mulia,,dan Sang pencipta sangat mengetahui kekurangan dan dan kelebihan yg d miliki baik laki2 dan perempuan
Oelh sebab itu islam mengatur antra perempuan dan laki2 saling melengkapi
Bukan menjadi saingan
MaasyaAllah, muslimah hanya akan menjadi mulia dan terhormat di dalam naunganIslam dan aturan sang pencipta Allah SWT
Islam Rahmatan lil’Alamin, perempuan mulia dengan adanya syariat Islam..
Barat justru sengaja menyelewengkan arah peran perempuan dalam kehidupan demi mempertahankan hegemoninya di negeri-negeri muslim.
Islam mampu memuliakan perrmpuan.
masyaAllah hanya islamlah yg bisa memuliakan perempuan
Dengan kesetaraan gender sebagai asas, sudah pasti akan terjadi perubahan, namun perubahan menuju kehancuran umat manusia, bukan hanya perempuan saja, karena perempuan adalah ibu kehidupan. Inilah yang perlu diwaspadai para muslimah akan jebakan Barat. Sesungguhnya, tidak ada yang menafikan peran penting perempuan, Islam bahkan juga sangat mendorong perempuan berperan dalam kehidupan. Islam menjaga kehormatan perempuan.
MaasyaAllah wanita mulia di dalam Islam
maasyaAllahh indahnya islam
Hanya Islam yg scr hak benar2 memuliakan perempuan…
Astaghfirullah perempuan memiliki peran tersendiri dalam islam, yang dimana peran penting seorang perempuan adalah menjadi masdrasah pertama untuk anak2nya kelak, menjadi ibu pembangun peradaban pencipta generasi2 unggulan untuk agama ini dididik oleh ibu yang tangguh dan syara akan syar’iat.
Hanya Islam yg memuliakan perempuan
Giat aktivis gender yg smakin mnjerumuskn prempuan dlm jurang khancurn