Nyasar Nyisir Jejak Sejarah, Urgennya Mitigasi Serangan terhadap Ide Khilafah
Oleh: Nindira Aryudhani, S.Pi., M.Si. (Koordinator LENTERA)
MuslimahNews.com, OPINI – Sudah viral, film “Jejak Khilafah di Nusantara” (JKdN) masih terus menggelindingkan energi positifnya. Terlebih, konten film ini jelas mengaduk-aduk perasaan umat akan nenek moyang sejati mereka.
Yang ternyata, nenek moyang itu bukanlah yang tradisional ala animisme dan dinamisme, maupun ketika kehidupan diklaim berkultur agama pagan tertentu. Melainkan nenek moyang yang lebih modern, bahkan beradab dan sesuai fitrah.
Yakni mereka yang tak lain adalah para pelaku sekaligus saksi pengembanan dan penyebaran dakwah Islam di Nusantara.
Pihak yang pro dan kontra tentu saja ada. Bahkan lontaran opini panas mereka jauh lebih hebat, hanya demi membendung tersebarnya ide “Khilafah”.
Apalagi kita tahu, porsi Khilafah sebagai bagian dari ajaran Islam dan diajarkan di sekolah-sekolah Islam, telah dikurangi dan dihilangkan.
Di tengah era sekuler, opini tentang Islam dan Khilafah, sudah barang tentu menjadi sasaran empuk untuk dimusuhi. Namun demikian, justru yang membicarakan Khilafah tak hanya satu pihak yang selama ini paling fokus memperkenalkan kembali istilah “Khilafah” sejak terkubur pascaruntuhnya kekuasaan Ottoman (Kekhalifahan Turki Utsmaniy) pada 1924.
Istilah “Khilafah” juga coba ditentang otentisitasnya selaku sejarah gemilang oleh pihak-pihak yang mengaku intelektual yang mendalami Islam dan sejarah Islam. Mereka berupaya menyamarkan “Khilafah” dengan istilah “dinasti” maupun “kerajaan Islam”.
Namun bi idznillah, ternyata ada pihak-pihak lain yang lebih jujur dan jernih hatinya sehingga dengan terang-terangan menyatakan betapa erat relasi Khilafah dengan Nusantara, terkhusus Indonesia. Bahkan hal ini adalah klaim yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah dan akademis.
Padahal mereka ini sebelumnya bukan termasuk pejuang maupun pengemban ide Khilafah di abad 21 ini. Tapi pengakuannya telah memberi sebongkah cahaya kepada umat akan sejarah besar nenek moyang sejati mereka.
Bahwa kini warga negeri ini adalah masyarakat yang berakidah Islam. Yang di balik itu semua pernah ada jejak panjang penyebaran dakwah hingga kemudian di era milenium ini kita masih bisa merasakan manisnya iman dan Islam.
Inilah alasannya, mengapa melalui film JKdN ini kita dapat menyasar dan menyisir kronik dakwah dan jihad di masa lalu, agar peran politik Khilafah terus terjaga, meski masih sebatas sebagai sejarah.
Namun melalui sejarah itu, hendaklah kita bisa mengambil ibrah (pelajaran), sehingga kita dapat menentukan langkah berikutnya.
Perjuangan penegakan Khilafah adalah jalan hidup yang mulia. Maka, Khilafah adalah ide yang memerlukan mitigasi serangan agar tak gentar menuai penghina, tapi juga harus ditampakkan bahwa tak sedikit pembela dan pejuangnya. Karena bagaimanapun, Khilafah adalah ajaran Islam.
Detik ini, Khilafah kian ramai hingga menjadi perbincangan internasional. Luar biasa, dunia digital “sangat membantu” penyebarluasan ide Khilafah ini.
Gelombang opini yang terbangun di Indonesia melalui film JKdN, dikuatkan dengan peristiwa penemuan ratusan koin emas langka di Palestina. Koin yang telah terkubur selama 1.100 tahun itu, disebut berasal dari era Kekhalifahan Abbasiyah (bbc.in, 25/08/2020).
Dan berita ini diangkat oleh BBC. Bukankah ini menyuratkan realitas bahwa Khilafah terbentang dari Palestina hingga Nusantara? Bahkan mungkin lebih luas lagi wilayahnya.
Bayangkan, ini setelah di bulan Ramadan lalu, BBC di Inggris juga membuat siaran berkonten Islam, yang mana saat itu dunia internasional sedang parah-parahnya pandemi Covid-19.
Dan bi idznillah, kini konten Islam mulai kembali mendunia. Ini tentu mengingatkan kita pada firman Allah SWT:
يُرِيدُونَ أَن يُطْفِئُوا نُورَ اللَّهِ بِأَفْوَاهِهِمْ وَيَأْبَى اللَّهُ إِلَّا أَن يُتِمَّ نُورَهُ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُونَ (٣٢) هُوَ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَىٰ وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُونَ (٣٣)
“Mereka berkehendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, dan Allah tidak menghendaki selain menyempurnakan cahaya-Nya, walaupun orang-orang yang kafir tidak menyukai. (32) Dialah yang telah mengutus Rasul-Nya (dengan membawa) petunjuk (Alquran) dan agama yang benar untuk dimenangkan-Nya atas segala agama, walaupun orang-orang musyrikin tidak menyukai. (33)”
Berikutnya, coba kita meraba diri kita, sejarah bangsa kita. Benarkah sejarah kita cukup ditelusuri melalui keberadaan artefak nenek moyang kita yang diklaim berwujud manusia kera yang berjalan tegak? Pun para penganut animisme dan dinamisme?
Wahai umat, bandul sejarah sedang berayun! Jangan sampai ayunan bandul itu menampar kita tanpa kita punya kesempatan menyadari kebutaan sejarah pada diri kita.
Jangan sampai terlewat, apalagi salah kaprah, hingga tak sempat ambil bagian. Sudah waktunya, semua orang “melek” Khilafah.
Sejarah kelayakan kita sebagai bangsa besar bukanlah saat Sriwijaya dan Majapahit yang pernah berkuasa. Tapi justru pada masa kesultanan-kesultanan Islam di Nusantara terintegrasi menjadi bagian kekuatan super power dunia, yang saat itu adalah Khilafah Islamiyah.
Karena itu, sungguh JKdN ini adalah sebuah film langka yang akan sangat membuka cakrawala pemikiran baru dan pengetahuan sejarah kita. Film ini fokus menyusuri jejak keberadaan Khilafah di Nusantara sekaligus menyapu debu-debu keraguan kita selama ini tentang awal mula masuknya Islam ke kawasan zamrud khatulistiwa.
Ketahuilah, identitas umat Islam adalah identitas terbaik yang pernah ada. Karena garansinya datang langsung dari Allah SWT, sebagaimana firman-Nya:
كُنتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَلَوْ آمَنَ أَهْلُ الْكِتَابِ لَكَانَ خَيْرًا لَّهُم مِّنْهُمُ الْمُؤْمِنُونَ وَأَكْثَرُهُمُ الْفَاسِقُونَ
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.” (TQS Ali Imran [03]: 110).
Ketika trailer-nya diluncurkan pada awal Agustus lalu, film JKdN begitu menyedot perhatian khalayak negeri ini.
Di tengah keterpurukan umat dalam pandemi Covid-19, yang diperburuk ancaman resesi ekonomi dan krisis pangan, film ini hadir mengetuk ketakwaan umat Islam. Sekaligus membangkitkan perasaan umat, ketika di satu sisi pandemi sedang menggerogoti motivasi dan makna kehidupan.
Belum lagi dengan tindak-tanduk rezim yang begitu abai dengan keselamatan jiwa rakyatnya, membuat rakyat kian terjebak dalam trauma jiwa. Sektor kesehatan yang dikapitalisasi, semakin mengungkap keserakahan rezim.
Demikianlah, film JKdN ini turut membangun kesadaran umat, bahwa hanya dengan membela keyakinan mereka kepada Allah SWT sajalah yang menjadikan hidup lebih bermakna.
Yang berawal dari identitas kita selaku masyarakat muslim menuju cita-cita persatuan politik global umat Islam.
Tentu masih begitu tajam terpatri dalam memori, bahwa pemisahan agama dari kehidupan adalah racun abadi bagi dunia Islam.
Sekularisme yang terduplikasi menjadi nasionalisme dan patriotisme, sungguh luar biasa berbisa membunuh identitas ummatan wahidan (umat Islam yang satu).
Islam adalah ideologi penegak identitas dan persatuan kaum muslimin. Sejak diturunkan oleh Allah SWT kepada Rasulullah Muhammad Saw., Islam tak hanya memberikan spirit kepada Nusantara dan kaum muslimin yang tinggal di wilayah tersebut.
Lebih dari itu, Islam mewarnai dan memberi mereka karakter yang unik. Islamlah yang telah mengeluarkan masyarakat Nusantara dari kegelapan, dari ritual paganisme menuju penyembahan kepada Allah SWT semata.
Islam juga melepaskan warga Nusantara dari belenggu kesukuan dan kebangsaan, menjadi ikatan akidah Islam dan ukhuwah Islamiyah, sebagai bekal menuju persatuan umat Islam global.
Islam jugalah yang mengatur dan mengajak kaum muslimin Nusantara untuk secara praktis bernaung di bawah satu kekuasaan politik Islam, yakni Khilafah Islamiyah.
Ajaran Islam telah memompa semangat perlawanan jihad fi sabilillah terhadap penjajahan bangsa Eropa. Khilafah yang saat itu berpusat di Istanbul, Turki, tidak bisa dilalaikan jejaknya dalam membantu kesultanan-kesultanan Islam mengusir para penjajah dari wilayah Nusantara.
Ini semua fakta sejarah yang terlalu pekat untuk dihapus. Terlalu tajam untuk dikaburkan. Jejak Khilafah di Nusantara itu begitu nyata. Kesultanan-kesultanan Islam Nusantara di masa lalu telah menorehkan kiprah politik internasional mereka yang sangat erat hubungannya dengan Khilafah Turki Utsmaniy, bahkan Khilafah era sebelum Utsmaniy.
Karena itu, menyatakan Khilafah adalah ide asing, maka sungguh demokrasi itu jauh lebih asing. Demokrasi bahkan tiada tuntunannya dari Sang Pencipta langit dan bumi, Allah SWT.
Pun upaya penolakan terhadap syariat Islam dan keberadaan negara Khilafah, adalah tindakan ahistoris. Termasuk distorsi istilah “Khilafah” dari buku-buku pelajaran di sekolah, semua ini adalah benar-benar upaya lancang yang tidak menginginkan umat Rasulullah Saw. ini kembali kepada kemuliaannya.
Benarlah, bahwa tiada alasan untuk tidak kita segerakan firman Allah SWT berikut ini:
وَذَكِّرْ فَإِنَّ الذِّكْرَىٰ تَنفَعُ الْمُؤْمِنِينَ
“Dan tetaplah memberi peringatan, karena sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang yang beriman.” (TQS Adz-Dzariyat [51]: 55)
Sungguh, begitu mudah bagi Allah SWT, untuk berkehendak pada makhluk-Nya. Suburkan terus kerinduan, bahwa Khilafah adalah janji Allah yang akan segera tegak. Insya Allah. [MNews]
Allahu Akbar. Khilafah pasti bangkit.. Karena janji Allah itu Pasti, bukan mungkin.. Jadi yakinlah bahwa semua Allah janjikan tidak pernh meleset