Kasus Covid Naik, Prestasi atau Kontroversi?
Oleh: Henyk Nur Widaryanti, S.Si., M.Si.
MuslimahNews.com, OPINI – “Agenda pemberantasan penyakitnya tidak ada, narasi yang dibawa malah ‘hidup berdampingan’, ‘berdamai dengan covid’. Ini masalahnya kebijakan amburadul karena arahnya bukan memberantas, kalau agendanya kuat untuk memberantas Covid-19 baru kita bisa menemukan jalan,” (dr. Panji Fortuna Hadisoemarto, Pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran)
Begitulah pendapat salah satu tokoh kesehatan saat ini. Melihat semakin pesatnya laju penyebaran virus corona, akhirnya banyak orang menyayangkan kebijakan dalam menyelesaikan pandemi ini.
Selama pascalebaran kemarin, jumlah pasien terpapar covid naik di atas seribu per harinya. Hingga diputuskan menuju new normal pun, tidak ada perkembangan lebih baik.
Wajar jika para pakar menyayangkan kebijakan new normal ini. Salah satunya dr. Panji di atas. Selain beliau masih ada dr. Iwan Ariawan dari Pengajar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.
dr. Iwan menyampaikan semakin masifnya peningkatan paparan corona menunjukkan penerapan new normal berisiko tinggi bagi keselamatan rakyat. Semestinya keselamatan rakyat lebih penting dari pembukaan ekonomi. (cnnindonesia, 22/6/2020)
Senada dengan Dewan Pakar Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) Hermawan Saputra, yang menuturkan bahwa kebijakan pembukaan ekonomi dan penerapan adaptasi kebiasaan baru (AKB) adalah keputusan gegabah yang akhirnya memunculkan persepsi keliru di tengah masyarakat. Mereka mengira ancaman wabah telah berakhir. Sehingga tidak sedikit yang akhirnya mengabaikan protokol kesehatan. (bisnis.com, 21/6/2020)
Sungguh Kontradiktif
Sayangnya tanggapan para ahli ini tak dinilai sebagai kritik yang membangun. Para pemegang kebijakan justru mengambil sikap berbeda meski angka kasus Covid terus bertambah.
Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Achmad Yurianto menyampaikan bahwa penambahan pasien Covid yang melebihi seribu kasus ini merupakan suatu keberhasilan. Keberhasilan dari masifnya pelacakan yang agresif. (Kompas, 20/6/20)
Pernyataan Juru Bicara Pemerintah ini seakan menyatakan bahwa kenaikan kasus Covid tidak berhubungan dengan diberlakukannya new normal. Kenaikan ini justru merupakan prestasi karena telah berusaha secara masif melakukan pelacakan. Sehingga, katanya, new normal tidak bisa disalahkan.
Sebuah analogi yang menggemaskan. Memang benar, dengan banyaknya tracking akhirnya orang yang terpapar bisa diketahui. Tapi, bagaimana cara kita menghentikan penyebaran, jika penyebab masifnya penyebaran masih terus ada?
Lalu lintas manusia, pergerakan mereka yang terinfeksi virus (terutama orang tanpa gejala), secara tidak sadar telah membawa virus menyebar ke tempat yang mereka kunjungi.
Bagaimana penyebaran bisa terhenti jika sektor ekonomi dibuka kembali? Kita diajak hidup berdamai dengan corona, hingga akhirnya mal, pusat perbelanjaan, kantor, pertokoan, industri sampai pariwisata, dan sekolah dibuka.
Sementara kasus penularan Covid setiap harinya terus bertambah bahkan mencapai seribu lebih. Yakinkah kita akan segera terbebas dari belenggu Covid-19?
Sebuah negara layaknya perisai bagi rakyatnya. Ia bertanggung jawab atas keselamatan rakyat. Juga berkewajiban memastikan kebutuhan mereka tercukupi. Apalagi di masa pandemi seperti ini, negara harus berperan lebih giat lagi.
Demi keamanan dan keselamatan rakyat, sebaiknya rakyat meminimalisasi pergerakan di luar. Namun jika rakyat tak keluar, sementara kebutuhan mereka tidak ditanggung negara, bagaimana mereka bisa menyambung hidup?
Di sinilah peran negara. Sebagai pengurus rakyat, negara akan melakukan pelacakan secara masif, di saat bersamaan akan memenuhi kebutuhan pokok rakyatnya. Rakyat tak perlu ambil pusing memikirkan bagaimana mereka hidup esok hari.
Dengan door to door petugas kesehatan memeriksa semuanya, tanpa kecuali. Dengan begitu, orang yang terinfeksi bisa langsung dikarantina, penyebaran virus dapat diminimalisasi
Jika kasus sudah mulai sedikit atau bahkan tidak ditemukan dalam kurun waktu tertentu, maka orang yang sehat bisa kembali beraktivitas. Karena orang yang terinfeksi telah dikarantina semua.
Oleh karena itu, sangat tidak manusiawi jika sumber penyebaran masih ada di luar, tapi demi menyelesaikan kelesuan ekonomi, roda perekonomian malah dibuka lebar. Ini sama saja menggunakan rakyat sebagai tameng pertumbuhan ekonomi.
Rakyatlah yang nantinya akan menjadi korban. Sungguh tidak etis bagi pengurus hajat rakyat yang justru mengorbankan rakyat demi para kapitalis.
Memang hanya sistem Islamlah yang mampu menyelesaikan masalah ini. Karena Islam terlahir untuk menyelamatkan manusia dunia dan akhirat. Islam adalah seperangkat tuntunan hidup yang langsung dibuat oleh Pembuat manusia, yaitu Allah SWT. Sehingga, ketika manusia mengalami masalah, Islam pun punya solusinya. [MNews]
Bner banget, islam adalah solusinya
Astaghfirullah
Astagfirullah
Astagfirullah
Kita butuh Khilafah Islamiyyah!
Astaghfirullah
Yaa Allah..
Sangat memprihatinkan..
Semoga Daulah Islamiah segera terwujud
Allohu Akbar..!!
Bukan menyelesaikan tapi menyusahkan rakyat
bukti bahwa new normal hanya akan menambah pasien
Gimn caranya Islam menjadi solusi?
Masyaallah
kebenaran akan ditutupi manakala nafsu menyelimuti
La Haula wa la Quwwata Illa Billah.. Ya Allah.. Lindungilah kami dari segala keburukan.