Makar Allah Bekerja Pada Para Penentang Khilafah
“Mereka membuat makar, dan Allah (pun) membuat makar yang lebih (besar). Dan Allah sebaik-baik pembuat makar”.
Oleh: Endiyah Puji Tristanti, S.Si. (Penulis dan Pemerhati Politik Islam)
MuslimahNews.com, OPINI – Sungguh, empat pilar bangsa –Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika– selama ini telah diperalat musuh-musuh Allah untuk memerangi agama-Nya. Mereka berpikir kecintaan tertinggi umat terhadap Allah, Rasulullah, dan jihad fiy sabilillah mampu dijatuhkan dengan membangun kecintaan palsu terhadap bangsa dan negara atas nama nasionalisme.
Padahal, telah jelas firman-Nya dalam QS. At-Taubah ayat 24,
Katakanlah, “Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri, kaum keluarga kalian, harta kekayaan yang kalian usahakan, perniagaan yang kalian khawatirkan kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kalian sukai, adalah lebih kalian cintai daripada Allah dan Rasul-Nya, dan (daripada) berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya.” Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik. (QS. At-Taubah : 24)
Betapa kefasikan para penentang Khilafah telah menjadikan Allah SWT menutup mati hati dan pikiran mereka. Kebodohan telah menjatuhkan pemikiran mereka pada level terendah, pada saat berdalih bahwa bentuk negara dan sistem pemerintahan hari ini adalah hasil kesepakatan founding father yang bersifat final dan harga mati. Sehingga, dakwah bil haq untuk mengembalikan kehidupan Islam melalui penegakan Khilafah Islamiyah, liistinafil hayatil islamiyah diberi label kriminal dan makar.
Mereka berusaha menyembunyikan realitas sejarah bahwa berdirinya nation states, negara-negara bangsa di kawasan Asia Timur Jauh, tidak lepas dari aktivitas perebutan wilayah dan pengaruh politik internasional yang terjadi antara Amerika Serikat dan Uni Soviet pada waktu itu.
Berhala-berhala nasionalisme sengaja dibangun untuk mengokohkan imperialisme serta menghalangi tegaknya kembali Daulah Islam (Khilafah), musuh bersama (negara) Kapitalisme dan Sosialisme.
Pejabat Anti-Khilafah, Pesakitan KPK Tanpa Pembela
Mustasyar PBNU sekaligus Wakil Presiden terpilih, KH. Ma’ruf Amin berpendapat, bahwa Khilafah sebenarnya Islami karena memang pernah ada Khilafah yang diterima para ulama, hanya saja Khilafah bukan satu-satunya bentuk negara yang Islami.
Tetapi Khilafah harus ditangkal lantaran tidak sesuai dengan kesepakatan pendiri bangsa. Ma’ruf menegaskan, paham dan gerakan ini harus dilawan sebab mengancam NKRI dan Pancasila.
Lukman Hakim, Menteri Agama yang kini tersandung kasus korupsi, Mei 2017 menyatakan bahwa Indonesia menentang gerakan Khilafah. Pemerintah tidak boleh membiarkan ormas-ormas yang sengaja mengampanyekan perubahan sendi-sendi negara.
Sedangkan Juni 2017 lalu, pesakitan KPK, pada saat menjabat Ketum DPP PPP, Muhammad Romahurmuziy (Romi), mengatakan Khilafah di Indonesia dikampanyekan dengan dua model, yakni kekerasan dan persuasif-argumentatif. Jalur kekerasan oleh Jama’ah Ansharut Tauhid dan jalur persuasif-argumentatif oleh Hizbut Tahrir Indonesia (HTI).

Pesakitan KPK yang lain (7/2017), eks Kemenpora Imam Nahrawi pun pernah menegaskan agar Pramuka dijauhkan dari pemimpin yang menganut paham radikal, steril dari virus-virus Khilafah.
Meski para penentang Khilafah ini memiliki jabatan kekuasaan, namun begitu lemah argumentasi mereka sampai-sampai diremehkan oleh para kader dan lembaga sendiri.
Setelah Nahrawi ditetapkan sebagai tersangka korupsi dana hibah KONI, (20/9/2019) Ketua Pengurus Cabang PMII Sleman, Sidik Nur Toha menolak instruksi PB PMII untuk menggelar aksi penolakan penetapan tersebut.
Menurut Sidik, isu kelompok radikal Taliban dan Khilafah yang bersarang dalam tubuh KPK merupakan asumsi subjektif dari PB PMII yang tidak dapat dipertanggungjawabkan keabsahannya, bertentangan dengan budaya intelektualitas.

Sementara, tuduhan terhadap gerakan mahasiswa Gejayan Memanggil (23/9/2019) yang menggelar aksi menolak RUU bermasalah telah ditunggangi Khilafah, justru ditolak sendiri oleh lembaga survei anti-Khilafah, SETARA Institute. SETARA menyatakan sebenarnya tuduhan ini merupakan upaya pelemahan yang sistematis untuk mengerdilkan mahasiswa.
Sungguh malang nasib para penentang Khilafah. Di dunia saja mereka tanpa hujjah tanpa pembela. Bagaimanakah nasib mereka kelak di yaumil akhir yang kekal abadi selama-lamanya? Laa haula walla quwwata illabillah.
Kekuatan Dakwah Khilafah
Dua puluh tahun lalu, berbicara syariat, apalagi bicara Khilafah, sangat asing bagi benak masyarakat umum. Trauma sejarah masa lalu telah menempatkan penerapan syariat dan negara Islam sebagai bagian dari upaya pemberontakan, makar, dan kudeta pemerintahan yang sah.
Orde Baru cukup berhasil melakukan brainwashing pada benak umat, menciptakan ketakutan yang luar biasa akan bahaya Negara Islam bila berdiri di Indonesia.
Hari ini, roda dunia telah berputar. Dakwah syariat dan Khilafah naik level, selalu menjadi trending topic. Semua kalangan memperbincangkan Khilafah, baik dengan menunjukkan sikap memberi dukungan, atau bahkan memusuhi sampai menghalang-halangi. Total hasilnya dakwah Khilafah meluas dan tidak terbendung.
Inilah kekuatan dakwah mengikuti metode dakwah Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam. Dakwah yang bersifat pemikiran, politik, dan tanpa kekerasan. Bangunan pemikiran, meski tidak kasat mata, sesungguhnya merupakan bangunan yang paling kuat dan paling nyata. Karakter dakwah politiknya mengantarkan Islam menjadi solusi penyelesaian problematika manusia.
Kekuasaan bukanlah tujuan, namun kekuasaan mutlak diperlukan sebagai wasilah untuk menegakkan Islam sebagai metode problem solving. Dan karakter dakwah tanpa kekerasan tersebab partai yang menegakkan Khilafah, merupakan institusi pemikiran (kiyan fikriyyan) bukan kiyan tanfidziy (institusi eksekutif, ed.).
Dakwah ini menawarkan konsep sebuah institusi penerap syariat secara kafah. Wajar, berbagai upaya membenturkan dakwah Khilafah dengan komponen umat lainnya selalu menemukan kegagalan. Justru sebaliknya, mampu mengundang simpati umat yang lebih luas. Ini adalah sunnatullah.
Oleh karena itu, di tengah kezaliman rezim dan sistem, sudah waktunya umat bergabung dalam gerbong dakwah perjuangan menegakkan Khilafah ajaran Islam. Menjadikan tangan-tangan mereka dalam genggaman ideologi Islam. Semata mengharapkan keridaan Allah SWT saja.
Dan salah satu partai yang layak dijadikan tempat sandaran bergabung dalam barisan penegak Khilafah adalah Hizbut Tahrir. [MNews]
