Nafsiyah

Khilafah Belum Juga Tegak, Thalab An-Nushrah Metode Tidak Baik?

Tidakkah berarti bahwa panjangnya tahun-tahun berlalu tanpa sampai ke tujuan (tegaknya Khilafah, red.), itu berarti tidak bagusnya pelaksanaan thalab an-nushrah?

Jawab:

MuslimahNews.com — Sebelum menjawab Anda, saya buka jawaban dengan beberapa informasi tentang thalab an-nushrah Rasul Saw.:

Setelah wafat Ummul Mukminin Khadijah ra. yang menjadi bantuan terbaik untuk beliau, wafat pula Abu Thalib, paman beliau yang melindungi beliau dari gangguan Quraisy. Hal itu terjadi pada tahun ke sepuluh kenabian. Tahun itu disebut tahun kesedihan.

Setelah itu Allah SWT memuliakan Rasul-Nya dengan dua perkara agung: Isra’ Mikraj dan izin meminta pertolongan (thalab an-nushrah). Lalu Rasul Saw. meminta pertolongan belasan kali dari Tsaqif, Bani Amir, Bani Syaiban, Bani Hanifah dan lain-lain. Tidak ada dari mereka yang menjawab permintaan tolong beliau. Bahkan sebagian dari mereka menolak Rasul Saw. dengan buruk dan membuat beliau berdarah-darah.

Berikutnya Rasul Saw. mengutus Mush’ab bin Umair ke Madinah. Lalu Allah membuka kemenangan lewat tangannya. Sejumlah ahlul quwah wal man’ah dari kaum Anshar menjawab beliau. Mereka datang ke Makkah pada musim haji. Mereka lalu membaiat beliau dengan baiat nushrah, Baiat ‘Aqabah kedua. Kemudian beliau hijrah ke Madinah. Sejak itu Negara Islam pun ditegakkan.

Baca juga:  Catat, Yusril Bakal Bikin HTI Eksis Lagi Lewat Upaya Banding, Ini Tiga Alasannya

Pertanyaannya: Apakah Rasulullah Saw. tidak bagus meminta pertolongan (thalab an-nushrah), berikutnya thalab an-nushrah beliau tidak dijawab? Apakah Mush’ab lebih bagus dalam melakukan thalab an-nushrah dibandingkan thalab an-nushrah Rasulullah Saw.? Tentu tidak karena segala sesuatu ada ketentuannya. Allah SWT berfirman:

إِنَّ ٱللَّهَ بَٰلِغُ أَمۡرِهِۦۚ قَدۡ جَعَلَ ٱللَّهُ لِكُلِّ شَيۡءٖ قَدۡرٗا ٣

Sungguh Allah melaksanakan urusan-Nya. Sungguh Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu (QS ath-Thalaq [65]: 3).

Kami pun, ya Akhi, meneladani Rasulullah Saw. Karena itu kami bersungguh-sungguh dan mengerahkan kesungguhan dalam melakukan thalab an-nushrah. Kami mengikuti thalab an-nushrah dengan kebagusan dan kesempurnaan yang mampu kami usahakan. Kami pun bertawakal kepada Allah SWT dalam segala perkara. Kami meneliti dan menganalisis masalah ini agar kami merasa tenteram dengan implementasi perkara tersebut sesuai dengan ketentuannya dengan izin Allah.

Namun demikian, kami terus berjalan di jalan ini. Di hati dan pikiran kami ada dua perkara: Pertama, bagaimanapun bagusnya perjuangan untuk menegakkan Khilafah, Allah Yang Mahakuat lagi Mahaperkasa, Dialah Yang memutuskan kapan dan di mana tegaknya Khilafah. Kedua, sunnatullah mengharuskan Daulah itu tidak tegak melalui tangan-tangan orang yang pemalas, yang duduk-duduk saja. Malaikat tidak turun dari langit, lalu berjuang untuk menegakkan Khilafah mewakili kita. Akan tetapi, dengan izin Allah, Khilafah akan bisa ditegakkan melalui bantuan kaum Mukmin yang berjuang sungguh-sungguh dan mengerahkan kesungguhan. Jika Allah menyegerakan pertolongan untuk mereka, mereka menjadi orang-orang yang bersyukur. Jika Allah menundanya, mereka menjadi termasuk orang-orang yang sabar. Tanpa putus asa dari rahmat Allah. Tanpa kendor dari perjuangan untuk menegakan syariah-Nya sampai datang keputusan-Nya. Mereka di atas yang demikian itu.

Baca juga:  Ciri Kaum Munafik, Diskriminatif terhadap Hukum Syara

Ringkasnya:

Pertama, tertundanya pertolongan dengan tegaknya Khilafah tidak mesti berarti bahwa thalab an-nushrah tidak dilakukan dengan bagus. Rasul Saw. mencari pertolongan belasan kali tetapi tidak dijawab. Padahal beliau melakukan amal thalab an-nushrah itu di atas ihsân. Lalu Mush’ab ra. dijawab permohoannya. Padahal beliau tidak memperbagus amal sebagaimana bagusnya amal Rasulullah Saw. Jadi untuk setiap ajal (jangka waktu) ada ketentuannya.

Kedua, kami dengan izin Allah SWT, memahami perkara sesuai ketentuannya. Kami pun selalu memonitornya sebaik mungkin. Kami berjuang, sementara hati kami tenteram dengan perealisasian oleh Allah Yang Mahaperkasa lagi Maha Bijaksana untuk kita apa yang Allah realisasikan kepada saudara-saudara kita yang telah beriman lebih dulu daripada kita. Allah SWT berfirman:

وَٱذۡكُرُوٓاْ إِذۡ أَنتُمۡ قَلِيلٞ مُّسۡتَضۡعَفُونَ فِي ٱلۡأَرۡضِ تَخَافُونَ أَن يَتَخَطَّفَكُمُ ٱلنَّاسُ فَ‍َٔاوَىٰكُمۡ وَأَيَّدَكُم بِنَصۡرِهِۦ وَرَزَقَكُم مِّنَ ٱلطَّيِّبَٰتِ لَعَلَّكُمۡ تَشۡكُرُونَ ٢٦

Ingatlah (hai Muhajirin) ketika kalian masih berjumlah sedikit, lagi tertindas di muka bumi (Makkah). Kalian takut orang-orang (Makkah) akan menculik kalian. Lalu Allah memberi kalian tempat menetap (Madinah). Dia menjadikan kalian kuat dengan pertolongan-Nya. Dia memberi kalian rezeki dari yang baik-baik agar kalian bersyukur (QS al-Anfal [8]: 26) .

Baca juga:  Unsur Kedua Kepribadian Manusia: Nafsiyah

Bukan hanya dengan menopang kita, tetapi mendukung kita dengan nushrah. Demikian juga “memberi kita rezeki dari yang baik-baik”. Segala pujian hanya milik Allah SWT.[]Sumber

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *