FokusOpini

Berjuang Mewujudkan Kepemimpinan Berdaulat dan Mandiri

Hari ini, bagi setiap pejuang yang merindukan kemuliaan Islam, jalan yang telah ditapaki Rasulullah inilah yang harus ditempuh. Bukan trial and error atau jalan yang pintas namun tak aman dari kesesatan. Jalan dakwah menuju tegaknya kepemimpinan yang berdaulat dalam naungan Khilafah ini, bukanlah jalan yang mulus. Jalan dakwah ini panjang, namun sudah mendekati ujungnya. Para pejuang dakwah tidak diminta sampai di ujungnya, namun mereka diminta mati di atas jalan dakwah ini.


Oleh: Retno Sukmaningrum

MuslimahNews, FOKUS — Di tengah persoalan Muslim Uyghur di wilayah Cina, masih ada pihak yang berupaya menutupi kondisi tersebut dari mata dunia. Dengan dalih konflik antar etnis semata, seolah mengajak dunia-terlebih dunia Islam memaklumi kondisi yang tengah terjadi pada Muslim Uyghur. Padahal yang terjadi adalah pembantaian kaum Muslimin dan dijadikannya Islam sebagai target. Pada bulan Agustus, sebuah panel hak asasi manusia PBB melaporkan bahwa hingga satu juta Muslim Uyghur dipaksa masuk ke tempat yang menyerupai kamp pengasingan besar di Xinjiang, daerah otonom di Cina barat yang menjadi rumah bagi sekitar 10 juta Muslim Uyghur.

Gay McDougall, Komisioner PBB terkait Penghapusan Diskriminasi Rasial, mengklaim bahwa hingga dua juta orang Uyghur dan minoritas Muslim lainnya dipaksa masuk ke kamp-kamp politik untuk (dijadikan target) indoktrinasi. Banyak para tahanan yang dipenjara untuk waktu yang tak ditentukan dan tanpa dakwaan. Bahkan ironisnya, warga Uyghur di wilayah itu ditahan hanya karena alasan seperti menghubungi teman atau kerabat di luar negeri, bepergian ke negara asing, menumbuhkan janggut, dan menghadiri pertemuan agama. Gadis-gadis muda Uyghur pun dibawa keluar dan diperkosa sepanjang malam. Jika mereka melawan, mereka akan dibunuh dengan suntikan

Melihat penderitaan Muslim Uyghur yang terjadi bertahun-tahun lamanya, menjadi tanya: mengapa tak seorangpun pemimpin negeri Muslim –sekadar- untuk mengecam? Tidak ada kepala negara Muslim yang membuat pernyataan publik untuk mendukung orang-orang Uyghur saat ini. Politisi dan banyak pemimpin agama yang mengaku berbicara atas nama iman terdiam menghadapi kekuatan politik dan ekonomi Cina.

Diamnya pemimpin negeri-negeri kaum Muslimin, bukan hanya pada persoalan ini saja. Persoalan Palestina yang berlarut-larut, hingga dihilangkannya Palestina dari peta dunia, tak membuat pemimpin negeri tergerak. Bahkan terkatung-katungnya penyelesaian Myanmar, Suriah, Yaman seolah menunggu penyelesaian dari negeri-negeri Barat, yang notabenenya adalah negeri kufar.

Baca juga:  Kegelisahan Nabi SAW

Hilangnya Pemimpin Umat

Sejak diruntuhkannya Daulah Khilafah Utsmaniyah tahun 1924, praktis kaum Muslimin kehilangan pemimpin di kehidupan dunia. Wilayah Daulah Khilafah pun dikerat-kerat menjadi beberapa nation state. Jadilah kaum Muslimin dipisahkan dari tubuh saudaranya. Jumlah kaum Muslimin yang besar tak berarti lagi. Mereka ibarat ayam yang kehilangan induknya.

Dulu saat daulah tegak, jangankan sebuah masyarakat-satu individu Muslim saja ternodai kehormatannya, Daulah islam akan membela kehormatan dan hak-hak mereka. Kepemimpinan Islam pada masa al Mu’tashim Billah menjadi salah satu bukti kepemimpinan Islam yang kuat dan disegani. Kota Amurriyah yang dikuasai oleh Romawi saat itu berhasil ditaklukkan oleh al-Mu’tashim. Pada penyerangan itu sekitar 3.000 tentara Romawi tewas terbunuh dan sekitar 30.000 menjadi tawanan. Dan di antara faktor yang mendorong penaklukan kota ini adalah karena jeritan seorang perempuan. Ia berseru, “Wahai Muhammad, wahai Mu’tashim!

Setelah informasi itu terdengar oleh Khalifah, ia pun segera menunggang kudanya dan membawa bala tentara untuk menyelamatkan perempuan tersebut. Setelah berhasil menyelamatkannya al-Mu’tashim menqgatakan, “Kupenuhi seruanmu, Wahai Perempuan!

Hari ini, saat kepemimpinan Islam memudar, justru negeri-negeri Barat menunjukkan kepemimpinannya. Para pemimpin mereka dengan leluasa mengatur dunia melalui PBB ataupun organisasi global maupun regional.

Dimotori oleh Amerika sebagai negara adidaya, mereka wujudkan tata dunia baru dalam bingkai sistem Demokrasi Kapitalis. Mereka wujudkan para pemimpin boneka di negeri-negeri kaum Muslimin. Oleh karenanya adalah wajar jika para pemimpin di negeri Muslim hanya akan bersuara sesuai dengan keinginan ‘tuannya’ dan bungkam saat saat sesama Muslim berteriak mohon bantuan. Dengan tunduknya penguasa negeri-negeri Muslim di lutut kaum kufar, hilanglah kemuliaan umat Islam sebagai umat terbaik.

Berjuang Wujudkan Pemimpin Berdaulat dan Mandiri

Islam merupakan agama yang sempurna. Tak ada satu sisi kehidupan yang lepas dari aturan Islam. Dari masalah dapur hingga masalah kepemimpinan kaum muslimin pun diaturnya. Bahkan dalam Islam, kepemimpinan memegang peranan penting. Imam al-Ghazali menyebutkan dalam kitabnya al-Iqtishad fi al-I’tiqad, Islam dan kepemimpinan yang mewujud dalam bentuk kekuasaan ini seperti dua saudara kembar. Islam menjadi pondasi kehidupan, sedangkan kepemimpinan, dengan kekuasaan yang ada di dalamnya, ibarat penjaga (pengawal)-nya. Tanpa kekuasaan, dengan kepemimpinannya, Islam akan lenyap. Begitulah, peranan penting kekuasaan dengan kepemimpinannya dalam Islam.

Baca juga:  Rekonstruksi Khilafah dan Masa Depan Cerah Peradaban Islam

Maka, adanya kepemimpinan dalam Islam merupakan keniscayaan. Mengangkat pemimpin (imamah) adalah kewajiban. Berdiam diri dari upaya mewujudkan kepemimpinan Islam adalah sebuah kemaksiatan. Terlebih lagi kepemimpinan Islam adalah merupakan janji Allah SWT yang akan terwujud kembali. Sebagaimana yang tersebut dalam QS. An Nuur 55 :
وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي الأرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضَى لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُمْ مِنْ بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْنًا يَعْبُدُونَنِي لَا يُشْرِكُونَ بِي شَيْئًا وَمَنْ كَفَرَ بَعْدَ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ
Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kalian dan mengerjakan amal-amal yang saleh, bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridai-Nya untuk mereka, dan Dia menukar (keadaan) mereka sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apa pun dengan Aku. Dan barang siapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.

Dalam nash tersebut telah jelas bahwa kepemimpinan dunia akan kembali di tangan kaum Muslimin. Kepemimpinan yang berbeda dengan kepemimpinan yang ada di negeri-negeri kaum Muslimin hari ini. Kepemimpin yang berdaulat, yang jauh dari intervensi asing. Kepemimpinan yang mampu memosisikan dirinya sebagai junnah/perisai bagi umat. Yang mampu menjaga umat dan mampu menyelesaikan menyelesaikan problematika mereka. Kepemimpinan tersebut hanya bisa wujud jika menjadikan pondasinya adalah aqidah islam dan pilarnya adalah syariat yang bersumberkan dari Alquran dan as Sunnah. Kepemimpinan tersebut wujud dalam bentuk Khilafah Islamiyah.

Adalah tidak mudah mewujudkan kembali Daulah Khilafah Islamiyah. Butuh perjuangan. Bagaimana tidak. Hari ini begitu banyak narasi buruk yang disematkan dalam menggambarkan Khilafah dan syariat Islam oleh musuh-musuh Islam. Tidak sedikit kaum Muslimin yang termakan narasi tersebut sehingga menjadi phobi terhadap ajaran agamanya sendiri. Hal tersebut sama dengan yang dialami oleh Rasul dan para sahabat. Cap ajaran sesat dan gila, hingga ujian fisik pun dialami.

Lalu upaya apa yang harus dilakukan untuk mewujudkan kewajiban tersebut? Tak lain adalah dengan menapaki kembali jalan yang sudah ditempuh oleh baginda Rasullah Saw. Bukankah beliau sebaik-baik contoh dan tauladan bagi umatnya. “Sesungguhnya pada diri Rasulullah itu ada terdapat suri teladan yang baik untuk kamu, bagi orang-orang yang mengharap-harap rahmat Allah dan hari kemudian, maka dzikirlah kepada Allah yang sebanyak-banyaknya.” (TQS. Al Ahzab : 21)

Baca juga:  Pandemi Covid-19, “New Normal”, dan Kebutuhan Dunia terhadap Peradaban Islam

Perlu digarisbawahi bahwa Daulah Islam adalah kepemimpinan di tengah umat. Oleh karenanya kesiapan umat untuk diatur dengan syariat Islam adalah mutlak adanya. Maka sejak awal dakwahnya Rasulullah melakukan aktivitas dakwah siyasi yang dibangun atas pondasi aqidah Islam di tengah umat. Kesadaran yang muncul pada diri umat akan Islam, menumbuhkan kecintaan dan kesiapan berkorban untuk Islam. Dalam melakukan hal tersebut Rasul tidak sendiri menjalaninya. Bersama para sahabat yang tergabung dalam kutlah siyasi (partai politik), beliau bergerak di tengah umat.

Dengan demikian, hari ini adanya partai politik berakidah Islam dan melakukan amar ma’ruf nahi munkar adalah mutlak adanya. Partai politiklah yang melakukan kifah siyasi dan shira’ul fikr, guna membongkar makar musuh-musuh Allah dan kaum Muslimin. Partai politik juga melakukan aktivitas thalabun nusrah guna memeroleh perlindungan dan dukungan dakwah dari ahlu quwwah.

Aktivitas itupun dilakukan oleh baginada Rasulullah. Sebagaimana disampaikan oleh Ibnu Saad dalam kitabnya At-Thabaqat menyebutkan 15 kabilah yang didatangi Rasulullah Saw. dalam rangka thalabun-Nushrah. Mereka adalah kabilah Kindah, Hanifah, Bani ‘Amir bin Sha’sha’ah, Kalb, Bakar bin Wail, Hamdan, dan lain-lain. Kepada setiap kabilah Rasulullah Saw. mengajak mereka untuk beriman dan memberi Nushrah kepada beliau untuk memberikan kekuasaan demi tegaknya agama Allah. Rasulullah melakukan aktivitas tersebut hingga pertolongan Allah datang melalui tangan suku Aus dan Khazraj di Madinah.

Hari ini, bagi setiap pejuang yang merindukan kemuliaan Islam, jalan yang telah ditapaki Rasulullah inilah yang harus ditempuh. Bukan trial and error atau jalan yang pintas namun tak aman dari kesesatan. Jalan dakwah menuju tegaknya kepemimpinan yang berdaulat dalam naungan Khilafah ini, bukanlah jalan yang mulus. Jalan dakwah ini panjang, namun sudah mendekati ujungnya. Para pejuang dakwah tidak diminta sampai di ujungnya, namun mereka diminta mati di atas jalan dakwah ini. Wallahu a’lam.[]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *