Berita

Foto Satelit ‘Perlihatkan’ Desa Rohingya Dibuldoser Myanmar

Foto-foto satelit memperlihatkan semua hal di daerah tersebut, termasuk pepohonan, sudah menjadi rata dengan tanah.

Human Rights Watch -seperti dilaporkan kantor berita Reuters- menyatakan paling tidak 55 desa diratakan untuk menghilangkan bukti pelanggaran yang dilakukan pasukan saat mereka beroperasi di sejumlah desa.

Lembaga pegiat hak asasi itu juga menyatakan tindakan tersebut akan semakin menyulitkan Muslim Rohingya untuk kembali ke bekas rumah mereka.

Ratusan ribu warga Rohingya telah melarikan diri ke Bangladesh menyusul aksi kekerasan setelah serangan atas 30 pos polisi dan markas militer oleh kelompok militan Rohingya pada 25 Agustus 2017.

Sebelumnya, para pejabat Myanmar mengatakan tanah tersebut perlu dibersihkan agar rumah-rumah baru dapat dibangun.

Pada bulan September, menteri yang bertanggung jawab atas usaha rehabilitasi di Rakhine, Win Myat Aye, mengatakan tanah yang rusak karena kebakaran akan menjadi ‘tanah yang dikelola pemerintah’.

Sampai sejauh ini tidak satupun dari pengungsi Rohingya kembali ke Myanmar.

Operasi militer pada bulan Agustus menyebabkan 688.000 orang melintasi perbatasan ke Bangladesh dan sebagian besar dari mereka menceritakan terjadinya pembunuhan, perkosaan, dan pembakaran yang dilakukan tentara dan polisi Myanmar.

Pada tanggal 21 Februari, video yang diperoleh tim Arakan Project -yang menggunakan jaringan di lapangan untuk mendokumentasikan perlakuan buruk terhadap warga Muslim Rohingya di Rakhine- menunjukkan lokasi kuburan massal sebelum dihancurkan.

Baca juga:  Dr Nazreen Nawaz: Penyakit Nasionalisme Mendasari Rezim Saudi Menangkapi Kaum Perempuan dan Anak-anak Rohingya

Video yang ditunjukkan kepada koran Inggris, The Guardian, memperlihatkan kantong-kantong jenazah dari terpal yang setengah terkubur di tanah, salah satunya dengan jelas menunjukkan kaki manusia.

Chris Lewa, Direktur Arakan Project, mengatakan buldoser dikerahkan ‘untuk menyembunyikan bukti kuburan massal’ setelah kuburan tersebut dilaporkan media.

Diperkirakan ribuan warga Rohingya tewas dalam operasi militer, sementara hampir 700.000 warga Rohingya menyelamatkan diri ke negara tetangga, Bangladesh.

Utusan khusus PBB untuk masalah HAM Myanmar, Yanghee Lee, mengatakan krisis ini memperlihatkan ‘adanya genosida’.

Sebelumnya, pejabat PBB lain menggambarkan yang terjadi terhadap warga Rohingya sebagai ‘jelas-jelas pembersihan etnik’. (bbc.com/indonesia, 23/2/2018)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *