Nafsiyah

Nasehat untuk Para Pengemban Dakwah dari Al-‘Alim Al-Jalil Syaikh ‘Atha’ bin Khalil Abu Rasytah Seputar Taghyir dan Amal Manusia

Mari kita renungkan nasehat Al-‘Alim Al-Jalil ‘Atha’ bin Khalil Abu Rasytah Hafidzahullahu berikut,

“Upaya untuk mewujudkan perubahan (taghyir) dengan perjuangan yang baik dan sempurna, dengan memperbagus uslub-uslub dan potensi-potensi, serta menebar dakwah di banyak tempat; semua itu berada di dalam wilayah yang dikuasai manusia, dan manusia akan dimintai pertanggungjawaban atasnya.

Manusia wajib melakukannya secara serius dan penuh kesungguhan, baik jalan itu panjang ataupun pendek.

Kesulitan jalan tidak membengkokkan punggungnya. Musibah-musibah tidak melemahkan tekadnya.

Akan tetapi ia harus tetap berdiri tegak dan lurus, kokoh diatas kebenaran laksana gunung yang menjulang.

Ia menghisab dirinya sendiri siang dan malam atas kebaikan dan kesempurnaan amalnya.

Ia bertawakal kepada Allah dan berdoa kepada-Nya siang maupun malam agar Allah menyegerakan pertolongan untuknya dan memberikan karunia kepadanya.

…Panjangnya jalan perjuangan tidak berarti bahwa perjuangan manusia untuk mewujudkan perubahan (taghyir) telah gagal atau salah. Akan tetapi itu seperti yang difirmankan Allah dalam surah Ath-Thalaq [65] ayat 3:

“Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan (yang dikehendaki) Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.”

Maka, barangsiapa yang menginginkan taghyir yang dia idam-idamkan maka ia wajib berjuang serius, penuh kesungguhan, jujur dan ikhlas.

Baca juga:  Nasikh dan Mansukh (Terkait Metode Penegakan Khilafah)

“Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.” (TQS. Ar Ra’d [13]: 11)

Allah SWT tidak merealisasikan perubahan untuk orang-orang pemalas dan tidur saja. Akan tetapi Allah akan merealisasikan untuk para aktivis yang berjuang dengan serius, sungguh-sungguh, jujur, dan mukhlis!”

(Nasehat Al-‘Alim Al-Jalil Syaikh ‘Atha’ bin Khalil Abu Rasytah Hafidzahullahu yang diambil dari soal jawab seputar “Taghyir dan Amal Manusia” pada 2 Maret 2009).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *