Nafsiyah

Pidato Syekh ‘Atha: Empat Hakikat Kemenangan Bagi Pejuang Khilafah

Allah SWT akan memuliakan sebagian dari penduduk bumi untuk siapa pun di antara mereka yang berhak mendapatkan kemuliaan ini (mendirikan daulah Khilafah) dengan (melalui) kedua tangannya, (yang dia lakukan) dengan kesungguhan, keseriusan, dan kredibel dalam aktivitasnya lagi terampil.


بسم الله الرحمن الرحيم

MuslimahNews.com — Adapun Hakikat (Kemenangan/Pertolongan) ini ada empat perkara.

Hakikat Pertama:

Bahwa sesungguhnya (yang namanya) kesulitan itu akan mengantarkan kepada kelapangan, dan ini terdapat di ayat-ayat muhkam di banyak tempat.

Allah SWT berfirman,

(حَتَّىٰ إِذَا اسْتَيْأَسَ الرُّسُلُ وَظَنُّوا أَنَّهُمْ قَدْ كُذِبُوا جَاءَهُمْ نَصْرُنَا فَنُجِّيَ مَنْ نَشَاءُ ۖ وَلَا يُرَدُّ بَأْسُنَا عَنِ الْقَوْمِ الْمُجْرِمِينَ)

Sehingga apabila para rasul tidak mempunyai harapan lagi (tentang keimanan kaumnya) dan telah meyakini bahwa mereka telah didustakan, datanglah kepada mereka (para rasul) itu pertolongan Kami, lalu diselamatkan orang yang Kami kehendaki. Dan siksa Kami tidak dapat ditolak dari orang yang berdosa. (Surat Yusuf : 110)

Juga, semakin menegaskan lagi terhadap apa yang terjadi di dalam sirah Rasul shallallahu’alaihi wa sallam ketika pertolongan itu semakin mendekat dibarengi juga (di waktu yang bersamaan) dengan kekrisisan (penderitaan) yang semakin menderita.

Terdapat di dalam kitab Sirah Ibnu Hisyam dengan redaksi sebagai berikut:

Berkata Ibnu Ishaq: “Kemudian tatkala Ibunda Khadijah Ra, dan pamannya Abu Thalib wafat di tahun yang sama, (maka saat itu juga) Baginda SAW diikuti dengan berbagai musibah. Itu terjadi selama tiga tahun, sebelum masa hijrah beliau.”

Ibnu Ishaq melanjutkan: “Maka, tatkala Allah subhanahu wa ta’ala ingin menampakkan kemenangan kepada agama-Nya, kemuliaan kepada nabi-Nya, dan menginginkan untuk melaksanakan janji-Nya, (maka beliau) menemui sekelompok dari kaum ‘Khazraj. Lalu beliau SAW menyeru mereka kepada Allah. Maka seruan itu pun diterima dan dijawab olehnya.

Maka, di tahun berikutnya terjadilah bai’at awal kemudian yang kedua, lalu tak lama berdirilah daulah.

Dan seperti inilah, bahwa kesulitan yang menimpa kaum mukminin yang (sedang) berjuang, mengantarkan kepada kelapangan dan pertolongan Allah SWT Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.

Baca juga:  Muhasabah Akhir Tahun 2018: Saatnya Berubah, Agar Musibah Berubah Berkah

Hakikat Kedua:

Bahwasanya Allah SWT telah menjanjikan dengan menjadikan (memberikan) kekuasaan (kepada hamba-Nya yang beriman dan beramal saleh).

Allah SWT berfirman:

(وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي الْأَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ ..)

Allah telah menjanjikan kepada orang-orang di antara kamu yang beriman dan yang mengerjakan kebajikan, bahwa Dia sungguh, akan menjadikan mereka berkuasa di muka bumi [ini], sebagaimana [juga] Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh, Dia akan meneguhkan bagi mereka dengan agama yang telah diridai-Nya.” (Surat An-Nur 55).

Rasul SAW (juga) telah memberikan kabar gembira pascakekuasaan yang diktaktor ini, di mana kita (sekarang) berada di dalamnya.

Telah dikeluarkan oleh Iman Ahmad dan Abu Dawud, dari jalur Huzaifah bin al-Yaman Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda:

«…. ثُمَّ تَكُوْنُ جَبْرٍيّةً، فَتَكُوْنُ ما شاءَ اللهُ أنْ تَكُوْنَ، ثُمَّ يَرْفَعُهَا إذا شاءَ أنْ يَرْفَعَهَا، ثُمَّ تَكُوْنُ خلافةً على منهاجِ النُبُوَّةِ» ثم سَكَتَ…”….

Selanjutnya datang masa mulkan jabriyyan (penguasa-penguasa yang memaksakan kehendak/diktaktor) dalam beberapa masa hingga waktu yang Allah ta’ala tentukan. Setelah itu akan datang kembali masa/periode khilafah ‘ala minhaj nubuwwah. Kemudian Nabi Muhammad Saw diam.”

Hakikat Ketiga:

Baca juga:  Islam adalah Sistem Hidup, bukan Sekadar Nilai-nilai

Bahwa janji Allah SWT dan bisyarah (kabar gembira) Rasulullah SAW akan kembalinya daulah Khilafah, adalah sesuatu yang sudah tergarisi (tercatat) di dalam ketetapan-Nya, di ilmu-Nya SWT, di Lauh al-Mahfudz.

Kedatangannya (khilafah) juga merupakan suatu keniscayaan yang tertulis pada sisi-Nya Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana, yang tidak akan berubah, dan setiap waktu yang kita lalui akan semakin terus mendekatkan kita dengan janji itu, bukan menjauhkan kita (darinya).

Maka dari situ jiwa kita tetap bergantung dengan janji tersebut sambil berseri-seri (atasnya).

Dan Hakikat Keempat:

Bahwasanya Allah SWT tidak akan menurunkan malaikat-malaikat-Nya, lalu kemudian mendirikan untuk kita daulah Khilafah, tetapi sunnatullah (telah berlaku) pada makhluk-makhluk-Nya.

Allah SWT akan memuliakan sebagian dari penduduk bumi untuk siapa pun di antara mereka yang berhak mendapatkan kemuliaan ini (mendirikan daulah Khilafah) dengan (melalui) kedua tangannya, (yang dia lakukan) dengan kesungguhan, keseriusan, dan kredibel dalam aktivitasnya lagi terampil.

Dan sungguh, Hizbut Tahrir beraktivitas untuknya (mewujudkan kehidupan Islam di bawah naungan daulah Khilafah, pen.) dan bahwasanya dengan izin Allah SWT, dialah yang lebih berhak dan layak untuk (menerima) pertolongan (kemenangan) ini.

Kita bermohon kepada Allah SWT untuk memuliakan kita dengan pertolongan dan kemenangan (yang dijanjikan ini), dan (semoga) Allah SWT menjadikan kita bagian dari yang menyaksikan (berdiri daulah) Khilafah dan bagian dari tentara-tentaranya.

Dari sini kita bisa mengintegralisasikan takbiran Eid kita dengan pekikan-pekikan takbir para penakluk (yang dianugerahkan) kemenangan yang nyata (atasnya).

Baca juga:  Adakah Model Baku Negara Khilafah?

{…و يومئذ يفرح المؤمنين بالنصر الله…}

Dan pada hari [kemenangan] itu kaum mukminin bersuka cita dengan pertolongan [dari] Allah.” (TQS.Ar-Rum: 4-5)

الله أكبر الله أكبر الله أكبر … لا إله إلا الله … الله أكبر الله أكبر ولله الحمد …

Malam kesepuluh Dzulhijjah 1440 H (11/08/2019 M).

Pidato Al Alim al-Jalil Syekh ‘Atha bin Khalil Abu Ar-Rustha.

Sumber

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *