Kisah InspiratifSirah Nabawiyah

Datangnya Pertolongan Allah

Sa’ad bin Mu’adz pun mengajak kaumnya, Bani Asyhal, untuk memeluk Islam. Kata-katanya yang sangat terkenal kepada kaumnya, “Sesungguhnya kalian haram berbicara denganku, hingga kalian masuk Islam.”


Oleh: KH Hafidz Abdurrahman

MuslimahNews.com — Tahun 11 kenabian, ada 6 orang penduduk Yatsrib telah memeluk Islam. Mereka berjanji kepada Rasulullah Saw. untuk menyampaikan risalahnya kepada kaumnya, Aus dan Khazraj. Setelah peristiwa itu, pada saat musim haji berikutnya, tahun 12 kenabian [621 M], ada 12 orang penduduk Yatsrib, termasuk 5 orang, dari 6 orang yang sebelumnya telah memeluk Islam, dan melakukan kontak dengan Rasulullah Saw. tahun sebelumnya datang kembali ke Makkah. Satu orang dari keenam orang yang tidak hadir adalah Jabir bin ‘Abdullah bin Ri’ab.

Tujuh orang yang lain, selain 6 orang yang telah memeluk Islam sebelumnya, adalah: (1) Mu’adz bin al-Harits bin Afra’, dari Bani an-Najjar, suku Khazraj; (2) Dzakwan bin ‘Abdul Qais, dari Bani Zariq, suku Khazraj; (3) ‘Ubadah bin as-Shamit, dari Bani Ghanam, suku Khazraj; (4) Yazid bin Tsa’labah, dari sekutu Bani Ghanam, suku Khazraj; (5) al-‘Abbas bin ‘Ubadah bin Nadhlah, dari Bani Salim, suku Khazraj; (6) Abu al-Haitsam bin at-Taihan, dari Bani ‘Abdul al-Ashal, suku Aus; (7) ‘Uwaim bin Sa’idah, dari Bani ‘Amru bin ‘Auf, suku Aus [Ibn Hisyam, asSirah an-Nabawiyyah, Juz I/431-433].

Mereka telah melakukan kontak dengan Rasulullah Saw. di Aqabah, Mina. Mereka telah membai’at Nabi Saw. sebagaimana bai’at kaum wanita, yang diberikan saat Penaklukan Makkah. Dalam riwayat al-Bukhari, dari ‘Ubadah bin as-Shamit telah dinyatakan, bahwa Rasulullah Saw. bersabda, “Mari ke sini, berbai’atlah kepadaku agar kalian tidak menyekutukan Allah dengan apapun. Tidak mencuri, tidak berzina, tidak membunuh anak-anak kalian, dan tidak lancang melakukan kebohongan baik di depan maupun di belakang mereka, tidak maksiat kepada Nabi dalam kemakrufan. Siapa saja di antara kalian yang memenuhinya, maka pahalanya di sisi Allah. Siapa saja yang melanggarnya, lalu dikenai sanksi di dunia, maka dia berhak atas kafarat. Siapa saja yang melanggarnya, lalu Allah tutupi aibnya, maka urusannya diserahkan kepada Allah. Jika berkenan, Allah bisa menjatuhkan sanksi kepadanya. Jika berkenan, Allah pun bisa mengampuninya.” ‘Ubadah bin as-Shamit pun berkata, “Aku pun membai’at baginda Saw.” Dan, redaksi lain, “Kami pun membai’at baginda atas dasar semuanya itu.” [al-Bukhari, Shahih al-Bukhari, Juz I/7, 550, 551; Juz II/727 dan 1003]

Pendek kata, pasca peristiwa Isra’ dan Mi’raj, Allah pun memberikan pertolongan kepada Nabi-Nya, dengan dipertemukannya baginda Saw. dengan kaum Anshar, Aus dan Khazraj, dari Yatsrib, sampai terjadi Bai’at ‘Aqabah I di lembah ‘Aqabah, Mina. Setelah berakhirnya Bai’at ini, dan musim haji tahun itu pun berakhir, maka Nabi Saw. mengutus salah seorang sahabatnya, yang memiliki wajah yang mirip dengannya. Dia adalah Mush’ab bin ‘Umair. Dia pun ditugasi untuk menjadi Muqri’ al-Madinah [orang yang membacakan Alquran kepada penduduk Madinah]. Mush’ab meninggalkan Makkah, menuju ke Madinah bersama mereka yang telah membai’at Nabi di ‘Aqabah.

Tugas Mush’ab di Yatsir adalah mengajarkan Islam, menjadikan mereka yang telah memeluk Islam faqih dalam urusan agama, sekaligus menyebarkan Islam di tengah-tengah penduduk Yatsrib, yang saat itu mayoritas masih Musyrik. Setiba di Yatsrib, Mush’ab pun singgah di tempat As’ad bin Zurarah. Keduanya mulai menyebarkan Islam di tengah-tengah penduduk Yatsirb, dengan serius dan semangat. Di antara kesuksesannya, suatu hari As’ad bin Zurarah keluar bersamanya, hendak menuju ke kampung Bani ‘Abdul Asyhal dan Bani Dhufur. Keduanya memasuki salah satu kebun milik Bani Dhufur. Keduanya duduk di sumur, yang disebut Sumur Maraq. Beberapa penduduk Yatsrib yang telah memeluk Islam kemudian menemui mereka di sana. Sementara, Sa’ad bin Mu’adz dan Usaid bin Hudhair, yang merupakan pemimpin kaumnya, yaitu Bani Asyhal, masih Musyrik.

Ketika keduanya mendengar berita tentang pertemuan kaum Muslim di Bani Dhufur dan Bani Asyhal, maka Sa’ad bin Mu’adz berkata kepada Usaid bin Hudhair, “Pergilah kamu kepada dua orang yang datang untuk membodohi orang-orang lemah di antara kita. Cegahlah mereka. Cegahlah mereka agar tidak mendatangi kampung kita. Karena, As’ad bin Zurarah adalah putra bibiku. Kalau bukan karena itu, aku niscaya tidak membutuhkanmu dalam urusan ini.

Usaid bin Hudhair pun mengambil tombaknya, dan berangkat menemui mereka. Ketika As’ad bin Zurarah melihatnya, maka As’ad berkata kepada Mush’ab, “Ini adalah pemimpin kaumnya. Dia mendatangimu, maka jujurlah kepada Allah terhadapnya.” Mush’ab berkata, “Jika dia bersedia duduk, aku akan mengajaknya berbicara.” Usaid bin Hudhair pun tiba, dan berdiri di hadapan keduanya sambil mengumpat. Dia berkata, “Apa yang telah membawa kalian berdua hingga datang kepada kami? Kalian membodohi orang-orang lemah di antara kami? Tinggalkanlah kami, jika kalian masih membutuhkan hidup kalian berdua.” Mush’ab berkata kepadanya, “Bagaimana kalau Anda duduk dulu, dan dengarkan baik-baik. Jika Anda puas, silahkan Anda terima. Jika Anda tidak puas, maka cukuplah dengan apa tidak Anda sukai.” Dia pun menancapkan tombaknya, dan duduk. Mush’ab benar-benar telah menyampaikan Islam kepadanya, dan membacakan Alquran kepadanya.

As’ad bin Zurarah berkata, “Demi Allah, aku mengetahui Islam melalui wajahnya, sebelum dia berkata-kata. Tampak pada kerinduan dan sambutannya.” Lalu dia berkomentar, “Alangkah indah dan bagusnya ini? Apa yang kalian lakukan, jika kalian ingin masuk ke dalam agama ini?” Mush’ab dan As’ad pun menjawab, “Anda mandi, bersihkan pakaian Anda, dan menyatakan kesaksian dengan kalimat syahadat, lalu shalat dua rakaat.” Dia pun berdiri, mandi dan membersihkan pakaiannya, menyatakan kesaksian, dan shalat dua rakaat.

Usaid bin Hudhair pun berkata, “Di belakangku ada seseorang, jika dia mengikuti kalian, maka tak seorang pun dari kaumnya yang akan meninggalkannya. Aku akan membawanya kepada kalian sekarang juga.” Dia pun mengambil tombaknya, dan berangkat menemui Sa’ad bin Mu’adz di tengah kaumnya. Ketika itu, mereka duduk-duduk di tempat pertemuan mereka. Sa’ad berkata, “Demi Allah, dia datang kepada kalian dengan wajah yang berbeda saat dia pergi meninggalkan kalian.

Ketika Usaid berdiri di ruang pertemuan mereka, Sa’ad bin Mu’adz bertanya kepada, “Apa yang telah kamu lakukan?” Usaid menjawab, “Aku telah berbicara dengan dua orang lelaki. Demi Allah, aku tidak melihat ada sesuatu pada mereka. Aku telah menghalangi mereka, tetapi mereka berkata kepada kami, “Kami akan melakukan apa yang kamu mau.” Begitulah, pendek kata, Sa’ad bin Mu’adz pun akhirnya diajak bertemu As’ad bin Zurarah dan Mush’ab bin ‘Umair. Sa’ad pun memeluk Islam di tengan mereka.

Setelah itu, Sa’ad bin Mu’adz pun mengajak kaumnya, Bani Asyhal, untuk memeluk Islam. Kata-katanya yang sangat terkenal kepada kaumnya, “Sesungguhnya kalian haram berbicara denganku, hingga kalian masuk Islam.” Maka, seluruh kaumnya, Bani Asyhal, pun berbondong-bondong masuk Islam. Itulah jasa Sa’ad bin Mu’adz, Usaid bin Hudhair, As’ad bin Zurarah dan Mush’ab bin ‘Umair yang luar biasa dalam mengislamkan penduduk Madinah. Inilah yang membuka pintu terjadinya Bai’at ‘Aqabah II, bai’at untuk menyerahkan kekuasaan kepada Nabi Saw. Wallahu a’lam.[]

Sumber gambar: Pixabay

One thought on “Datangnya Pertolongan Allah

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *