Kisah InspiratifSirah Nabawiyah

Mukjizat Nabi dan Pertolongan Allah

Suraqah, di pagi hari begitu menggebu untuk menangkap Nabi Saw. dan Abu Bakar, tetapi di sore harinya, justru dia menjaga keduanya.


Oleh: KH Hafidz Abdurrahman

MuslimahNews.com — Dalam perjalanannya di hari kedua dan ketiganya ke Madinah, setelah meninggalkan Gua Tsur, Rasulullah Saw. melewati dua dua buah tenda Ummu Ma’bad al-Khuza’iyyah. Keduanya berada di daerah Musyallal, dari arah Qudaid, yang jaraknya kira-kira 130 Km dari Makkah. Ummu Ma’bad adalah perempuan yang sabar, dan tekun. Dia tinggal di pelataran tenda untuk memberi makan dan minum siapapun yang lewat di situ.

Nabi Saw. dan Abu Bakar bertanya, “Apakah Engkau mempunyai sesuatu?” Ummu Ma’bad menjawab, “Demi Allah, andai saja kami punya, tentu sudah kubagi dengan kalian. Makanan dan minuman itu telah habis. Saat ini memang tahun paceklik.” Pada saat itu, Rasulullah Saw. melihat seekor kambing dari celah kemah Ummu Ma’bad. Baginda Saw. bertanya, “Ada apa dengan kambing ini, wahai Ummu Ma’bad?” Ummu Ma’bad menjawab, “Ini adalah kambing betina yang tidak lagi bisa beranak.” Baginda Saw. bertanya, “Apakah masih mengeluarkan susu?” Ummu Ma’bad menjawab, “Dia sudah terlalu tua untuk itu.

Nabi Saw. kemudian meminta izin kepada Ummu Ma’bad, “Bolehkah aku memerah susunya?” Ummu Ma’bad menjawab, “Silahkan saja, kalau menurutmu masih bisa diperah susunya. Perah saja.” Nabi Saw. pun mengelus-elus embingnya, membaca Basmalah dan doa. Seketika itu pula, air susu kambing itu keluar, dan memancar dengan deras. Baginda Saw. meminta wadah untuk menampungnya. Kemudian memerah sampai penuh, dan mempersilahkan Ummu Ma’bad untuk meminumnya. Dia pun meminumnya sampai kenyang.

Setelah itu, baginda Saw. pun memberi minum orang-orang yang menyertainya. Mereka semua minum sampai kenyang, baru kemudian baginda Saw. sendiri. Selanjutnya, baginda Saw. memerah lagi untuk mengisi wadah sampai penuh, barulah meninggalkan Ummu Ma’bad, untuk melanjutkan perjalanannya.

Tak lama kemudian, suami Ummu Ma’bad datang sambil menggiring kambing-masing yang kurus kering. Ketika Abu Ma’bad melihat wadahnya penuh dengan air susu, dia pun terheran-heran, lalu bertanya, “Dari mana kamu dapatkan ini? Bukankah kambing kita itu mandul, dan tidak mungkin bisa mengeluarkan susu?” Ummu Ma’bad menjawab, “Demi Allah, tidak ada. Demi Allah, tadi ada seorang pria pembawa berkah. Tutur katanya begini dan begitu. Keadaannya begini dan begitu.

Baca juga:  Adakah Kriminalisasi Ulama di Era Khilafah?

Abu Ma’bad berkata dengan antusias, “Demi Allah, dia pasti orang Quraisy yang sedang mereka cari. Coba ceritakan kepadaku ciri-cirinya.” Ummu Ma’bad pun mulai menuturkan ciri-ciri Rasulullah Saw. dengan lengkap, dan detail, seolah-olah Abu Ma’bad bisa melihatnya sendiri. Abu Ma’bad berkata, “Demi Allah, dialah penguasa Quraisy yang selalu mereka sebut-sebut itu. Sungguh, aku ingin sekali menyertainya, dan pasti akan kulakukan jika ada kesempatan untuk itu.” [Mubarakfuri, ar-Rahiq al-Makhtum, hal. 169-170]

Dalam perjalanannya di hari ketiganya ke Madinah, setelah meninggalkan Gua Tsur, rombongan kecil Rasulullah Saw. dibuntuti oleh Suraqah bin Malik. Suraqah menuturkan, “Ketika aku tengah duduk di salah satu majelis kaumku, Bani Mudlij, seseorang dari kalangan mereka datang hingga berdiri di depan kami. Ketika kami masih duduk.” Dia berkata, “Wahai Suraqah, aku tadi telah melihat beberapa orang di pesisir pantai. Menurutku itu adalah Muhammad dan para sahabatnya.” Suraqah berkata, “Aku tahu itu memang mereka. Tetapi, aku katakan, “Itu bukan rombongan mereka.”

Aku berkata kepadanya, “Itu bukanlah mereka. Kamu paling melihat Fulan dan Fulan yang telah menghilang dari pandangan kami. Tidak lama di majelis itu, aku pun berdiri, lalu masuk rumah. Aku perintahkan budakku untuk mengeluarkan kudaku. Ia dari belakang, lalu ia membawakannya untukku. Lalu, aku menyambar tombakku, lalu menentengnya keluar dari belakang rumah.

Suraqah berkata, “Kupegangi pucuknya, dan kubiarkan bawahnya terseret membentuk garis di tanah. Aku segera naik ke punggung kuda dan memacunya cepat-cepat, agar bisa mengejar rombongan tersebut.” Suraqah menuturkan, “Saat jarak sudah dekat, tiba-tiba kudaku terperosok, sampai aku jatuh terpelanting. Aku bangkit, lalu mengambil panah untuk mengundi nasib, apakah aku akan terus memburunya, atau tidak. Ternyata, pilihan yang keluar bukan yang aku harapkan.

Suraqah menuturkan, “Kupacu lagi kudaku, dengan mengabaikan hasil undian tersebut. Ketika aku semakin dekat dengan mereka, aku mendengarkan bacaan Rasulullah Saw. tetapi beliau tidak menoleh. Sementara Abu Bakar sebentar-sebentar menoleh, tiba-tiba kedua kaki kudaku terperosok ke tanah sampai se dalam kedua lututnya. Aku pun terpelanting darinya, kemudian aku menariknya hingga bangkit kembali. Tidak lama setelah kedua kakinya keluar dari pasir, dan ia berdiri tegak, tiba-tiba ada badai debu tebal di langit seperti asap.” Suraqah menuturkan, “Aku mencoba mengundi nasib, tetapi pilihan yang keluar lagi-lagi tidak seperti yang aku harapkan. Diam-diam rasa takut mulai merasuki hatiku.”

Baca juga:  Surat dari Serambi Makkah Membuatnya Marah (Khalifah Sultan Abdul Hamid II, 1842-1918)

Suraqah berkata, “Aku memanggil mereka dengan ajakan damai. Mereka berhenti. Aku lalu menaiki kudaku hingga aku mendatangi mereka. Aku mengalami apa yang aku alami, yaitu tertahan dari mereka, hingga Allah tunjukkan urusan Rasulullah.” Suraqah berkata, “Kaummu telah menjadikan tebusan untukmu. Aku telah memberitahukan kepada mereka apa yang orang inginkan. Aku tawarkan kepada mereka bekal dan perniagaan, tetapi keduanya tidak mau mengambilnya, dan tidak pula menanyaiku.” Tutur Suraqah, “Muhammad hanya meminta, “Rahasiakanlah jejak kami.” Selanjutnya, kata Suraqah, “Aku memintanya agar menuliskan jaminan keamanan.” Beliau pun menyuruh Amir bin Fuhairah untuk menuliskannya untukku di selembar kulit. Setelah itu, mereka pun berlalu. [Bukhari, Shahih al-Bukhari, Juz I/554]

Dalam riwayat lain disebutkan dari Abu Bakar, “Berkata Abu Bakar, “Kami pun berangkat, sementara kaum [Quraisy] itu terus mencari kami. Namun tak seorang pun bisa menemukan kami, kecuali Suraqah bin Malik bin Ju’syam, dengan kudanya.” Aku berkata kepadanya, “Dia telah benar-benar menyusul kita, wahai Rasulullah?” Baginda Saw. bersabda, “Jangan bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita.” [Q.s. at-Taubah: 40]

Suraqah kembali. Kepada mereka yang masih melakukan pengejaran, dia berkata, “Aku telah mendapatkan informasi yang kalian butuhkan. Sampai di sini saja, pengejaran kalian.” Suraqah, di pagi hari begitu menggebu untuk menangkap Nabi Saw. dan Abu Bakar, tetapi di sore harinya, justru dia menjaga keduanya.[]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *