AnalisisOpini

Derita Muslim Uyghur dan Pentingnya Khilafah

Ada kritik internasional terhadap keputusan Cina untuk menargetkan minoritas Muslim Uyghur. Namun, tidak ada yang mengambil langkah untuk menghentikannya. Analis politik percaya bahwa alasan negara-negara Muslim tidak melakukan apapun untuk menghentikannya adalah karena masalah keuangan. Mereka takut, berbicara akan membahayakan hubungan ekonomi mereka dengan Cina.


 

Oleh: Fatima Musab

MuslimahNews, ANALISIS – Berbagai laporan diskriminasi terhadap kaum Muslim telah ditampilkan di banyak berita selama beberapa dekade. Laporan terbaru terkait dengan Cina dan diskriminasi vulgar mereka terhadap populasi Muslim Uyghur Cina. “Menurut pejabat PBB, saat ini ada 1 juta orang Muslim yang ditahan di dalam kamp-kamp ‘pendidikan ulang’ Cina. Komisi Eksekutif Kongres AS Tentang Cina mengatakan bahwa faktanya ada ‘penahanan massal terbesar terhadap populasi minoritas di dunia saat ini.’” Penindasan telahmenjadi semakin parah sejak tahun 2017 dan tidak menunjukkan tanda-tanda akan berakhir dalam waktu dekat.

Kengerian di Cina

Nasib kaum Muslim di Xinjiang sangat mengerikan. Laporan Human Rights Watch yang dikeluarkan oleh komite Kongres Tentang Cina mengungkapkan bahwa orang-orang Uyghur sedang menghadapi pengawasan ketat. Anggota populasi minoritas berikut kerabat mereka di 26 negara telah ditahan. Di kamp-kamp ‘pendidikan ulang’, kaum Uyghur menghadapi ‘transformasi melalui pendidikan’. Di kamp-kamp ini, berbagai laporan mengungkapkan bahwa umat Islam dkpaksa menjalani proses indoktrinasi yang berlangsung selama beberapa bulan. Selama jangka waktu ini, mereka dipaksa untuk hidup dalam kondisi yang tidak sehat; menghadapi kekerasan, penyiksaan dan pencucian otak secara teratur.

Baca juga:  Ternyata Cina tak Hanya Mengintimidasi Muslim Uyghur Saja

Menurut laporan The Atlantik, pendidikan ulang itu memaksa Muslim untuk meninggalkan Islam, makan daging babi dan minum alkohol, mengkritik keyakinan Islam mereka dan membaca lagu-lagu propaganda Partai Komunis selama berjam-jam setiap hari.

Pemerintah Cina membantah laporan tersebut. Mereka hanya menyatakan bahwa para tahanan menerima ‘pelatihan kejujuran’. Namun faktanya, mereka juga menolak permintaan untuk rincian lebih lanjut. Menurut The Atlantik, mereka menyebut ‘kamp pendidikan ulang’ sebagai sekolah kejuruan bagi para penjahat. Laporan itu mengatakan bahwa anggota yang dipilih untuk menjalani pendidikan ulang ‘terinfeksi oleh penyakit ideologis’, ‘ekstremisme agama’, dan ‘ideologi teroris yang kejam’.

Para pejabat Cina percaya bahwa ada kebutuhan untuk memberantas ekstremisme agama sejak akarnya. Kalau tidak, insiden teroris kekerasan akan tumbuh dan tersebar ke mana-mana seperti tumor ganas yang tak tersembuhkan.

Mengapa Kita Terkejut?

Laporan itu memuakkan dan mengisi hati kita dengan kemarahan. Namun, kita tidak perlu terkejut. Orang-orang Cina sangat vulgar dalam membenci Islam. bahkan begitu juga dunia. Serangan terakhir terhadap Muslim ini adalah bagian dari serangan terhadap Muslim di Rohingya dan Yaman.

Pada saat seperti ini, penting untuk mengingat kembali kebencian orang-orang musyrik terhadap kaum Muslim. Allah SWT berfirman yang artinya, “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian menjadikan teman kepercayaan kalian orang-orang yang di luar kalangan kalian. Mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemadaratan bagi kalian. Mereka menyukai apa yang menyusahkan kalian. Telah nyata kebencian dari mulut mereka dan apa yang disembunyikan oleh ahti mereka lebih besar lagi. Sungguh telah Kami terangkan kepada kalian ayat-ayat (Kami) jika kalian memahaminya.” (QS Ali Imran[3]: 118)

Baca juga:  Uyghur Menjerit: Tolonglah Kami Wahai Dunia Islam

Di Mana Para Penguasa Muslim?

Pertanyaannya bukan mengapa rezim non-Muslim tidak melakukan upaya untuk menghentikan kebiadaban Cina?

Ada kritik internasional terhadap keputusan Cina untuk menargetkan minoritas Muslim Uyghur. Namun, tidak ada yang mengambil langkah untuk menghentikannya. Analis politik percaya bahwa alasan negara-negara Muslim tidak melakukan apapun untuk menghentikannya adalah karena masalah keuangan. Mereka takut, berbicara akan membahayakan hubungan ekonomi mereka dengan Cina. Hubungan ekonomi itu meliputi Sabuk dan Inisiatif Cina (Belt dan Road Initiative China – BRI). Banyak negara di Asia Tengah dan Timur Tengah menjadi bagian darinya. Hubungan ekonomi ini mencakup pinjaman dari Cina, yang di antaranya diterima oleh negara-negara seperti Pakistan, Indonesia, dll.

Yang lebih buruk adalah bahwa dunia Muslim tidak hanya diam. Mereka malah membantu orang-orang Cina menindas Muslim Uyghur. Mesir, misalnya, negara yang mendapat manfaat dari BRI, menahan puluhan Mahasiswa Uyghur tanpa menyatakan alasan. Mesirpun menolak akses mereka ke pengacara dan keluarga mereka. sekitar waktu yang sama, Kairo mendeportasi sekitar 12 orang Cina Uyghur kembali ke Cina (The Business Insider). Pada dasarnya, sekali lagi, uang dianggap lebih berharga daripada kehidupan saudara-saudari Muslim kita.

Baca juga:  Komunis China Memotong Rok Wanita Uighur di Tengah Jalanan

Umat Butuh Khilafah

Bandingkan realitas para penguasa Muslim saat ini dengan kisa para pemimpin Muslim pada masa lalu di bawah Khilafah. Tengoklah kisah para pemimpin seperti Khalifah al-Mu’tashim. Ia dengan sigap mengirim pasukan setelah seorang wanita Muslimah memanggil namanya saat tentara Romawi menyerang kota tempat wanita itu tinggal. Khalifah al-Mu’tashim sendirilah yang membebaskan wanita itu setelah tentara Romawi dikalahkan.

Kita tidak dapat berharap perlindungan atas saudara-saudari Muslim kita di bawah sistem saat ini. Umat Muslim perlu menyadari bahwa kita tidak akan bergantung pada sistem saat ini untuk keselamatan dan keamanan. Kita perlu membangun kembali negara Islam (Khilafah), melalui metode Nabi Saw. Hanya dengan Khilafah saudara-saudari Muslim kita akan menerima keadilan dan keselamatan yang pantas mereka terima.

Alangkah harum engkau dan alangkah harum aromamu. Alangkah agung engkau dan alangkah agung kehormatanmu. Demi Zat yang jiwa Muhammad ada di genggaman tangan-Nya, sungguh kehormatan seorang Mukmin lebih agung di sisi Allah dari engkau, hartanya dan darahnya serta agar kita tidak berprasangka kepadanya kecuali kebaikan.” (HR Ibnu Majah)[]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *