BeritaNasional

Pengamat: Sistem Demokrasi Memproduksi Para Koruptor

MuslimahNews.com — “Terjadinya korupsi massal pada 90 persen ya DPR Malang, dan sebelumnya sudah terjadi pada DPR Sumatera Utara, ini jelas bukan faktor keburukan perilaku individu saja. Ini adalah kombinasi dari faktor individu, mekanisme politik, maupun banyaknya peluang,” tukas Iffah Ainur Rochmah kepada MNews, terkait fakta miris banyaknya wakil rakyat yang ditetapkan sebagai tersangka korupsi, Rabu (9/5/2018).

Iffah lalu mendetili bahwa saat ini paling menonjol adalah individu yang naik menjadi anggota parlemen ataupun menjadi kepala daerah bukanlah orang yang benar-benar dikenal oleh rakyat, dikenal ketakwaan dan dedikasinya sehingga diharapkan bisa amanah, dikenal kapabel dalam bidangnya sehingga bisa memberikan jalan keluar atas masalah rakyat. “Bukan karena faktor itu. Tapi mereka yang naik dalam posisi legislatif ataupun eksekutif itu lebih karena faktor mekanisme yang dia jalani dalam sistem demokrasi ini, yakni bahwa ada partai yang mencalonkan, kemudian mereka mengampanyekan dirinya, dan mereka mendapatkan suara. Dan seterusnya kemudian mereka naik menjadi anggota legislatif maupun eksekutif.”

“Untuk bisa mencukupkan semua proses itu adalah mekanisme yang sangat mahal. Karenanya tidak ada orang yang bisa naik (mencalonkan diri) selain mereka yang memiliki dana yang besar atau memiliki penyuntik dana, tentu dari kalangan pengusaha misalnya. Dan bukan hanya itu, mereka juga harus orang-orang yang dikehendaki oleh partai,” ungkap Iffah menyiratkan terdapat kepentingan yang menomorduakan kepentingan rakyat di balik mekanisme yang ada dalam sistem demokrasi.

Baca juga:  Memberantas Korupsi dengan Duta Antikorupsi, Akankah Teratasi?

Karena begitu mereka naik, kata Iffah, mereka tidak hanya memenangkan kepentingan rakyat, tapi mereka juga harus menjalankan agenda partai atau memenangkan kepentingan partainya juga. “Nah ini yang harus kita lihat sebagai faktor kenapa mekanisme politik yang mahal, dan adanya partai yang mengusung, adanya kepentingan pihak penyuntik dana, ini membuat mekanisme politik menghasilkan banyak tuntutan untuk abuse of power (penyalahgunaan kekuasaan), salah satunya adalah terjadinya korupsi. Sehingga tak berlebihan jika kita katakan bahwa mekanisme yang dijalankan dalam sistem kapitalisme demokrasi ini memproduksi para koruptor.”[] MNews

Gambar: Tribunnews

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *